Selasa, 30 April 24

Aktivis Lingkungan Dibunuh Secara Sadis

Aktivis Lingkungan Dibunuh Secara Sadis

Jakarta, Obsessionnews – Sejak 26 Sepetember 2015 lalu digegerkan dengan penganiayaan dan pembunuhan sadis terhadap aktivis lingkungan dan juga petani Lumanjang, Jawa Timur. Peristiwa sadis ini berawal dari penolakan Forum Komunikasi Masyarakat peduli desa Selok Awar-awar terhadap penambangan pasir besi yang berkedok pariwisata berujung pada perusakan lingkungan desa.

Sebelumnya mereka sudah meminta audiensi pada Bupati setempat, tapi tak ada tanggapan. Hingga akhirnya pada 9 September 2015, mereka menyetop truk pengangkut pasir. Tindakan tersebut langsung mendapat reaksi dari Kepala Desa dan kalangan preman Desa yang melakukan intimidasi maupun pengancaman pembunuhan kepada Tosan.

Tokoh (Tosan) salah satu yang menolak penambangan itu, langsung melaporkan kepada Polres Lumajang, disertai laporan mengenai tambang yang ilegal pada 21 september 2015. Mereka yang berencana menghentikan pertambangan pada 26 September tersebut, berujung pada penganiayaan. Tosan kembali didatangi puluhan preman, ia dikeroyok, hingga terjatuh. Saat itu juga Tosan dianiaya, dipukul dengan pentungan kayu, pacul, batu dan clurit dan melindasnya dengan sepeda motor. Tosan akhirnya diselamatkan temannya dan di bawah ke Rumah Sakit.

Tidak sampai di situ, aksi gerombolan preman langsung menyambangi Salim Kancil (52), warga Dusun Krajang II yang kemudian diseret ke balai desa setempat (2 km) dengan tangan diikat, warga yang melihatnya ketakutan. Fenomena ini menimbulkan reaksi berbagai para aktivis HAM, lingkungan Hidup (Laskar Hijau, WALHI Jawa Timur, Kontras Surabaya dan LBH Disabilitas).

Bukan saja itu berbagai kalangan warga mengecam persoalan ini yang ditandatangan dalam sebuah petisi online. Sedangkan Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Laode Ida menilai peristiwa ini sangat memiluka, terkait kesadisan pada orang-orang kecil yang mengepresikan hak-hak asasinya. “Bukan saja itu, mereka juga membela masa depan generasi, terhadap Sumber Daya Alam (SDA) di daerahnya yang notabenenya dapat mengancam sumber hidup anak cucu ke depan,” tegas mantan Aktivis ini.

Pembunuhan keji seorang Salim Kancil menjadi bukti bahwa perlindungan masyarakat dari "preman-preman" agraris masih minim. Salim sempat disiksa dan dikeroyok di hadapan warga yang kemudian jasadnya dibuang di jalan dalam keadaan terikat.
Pembunuhan keji seorang Salim Kancil menjadi bukti bahwa perlindungan masyarakat dari “preman-preman” agraris masih minim. Salim sempat disiksa dan dikeroyok di hadapan warga yang kemudian jasadnya dibuang di jalan dalam keadaan terikat.

Tidak bisa dipungkiri kenapa berujung pada pembunuhan para ativis itu. Terkait insiden ini, Laode menduga ada kepentingan pemilik modal yang bukan mustahil katanya menjadi bagian dari karakter kontemporer negeri ini. “Sebagaimana pemilik modal merasa punya segalanya, merasa diback up oleh kekuasaan “seperti Kades yang mungkin ditugasi organisir preman pembunuh Salim” oleh aparat keamanan, sehingga siapapun penghalangnya maka harus dihabisi,” ungkapnya pada Obsessionnews.com, Selasa (29/9/2015).

“Toh yang bertindak menghabisi bukanlah pemilik modal langsung, melainkan sebagai rakyat miskin pula yang diperdaya dengan hanya mengeluarkan sejumlah kecil uang. Sehingga dengan sendirinya pihak pengusaha bisa cuci tangan dan bebas dari tuntutan pidana,” sindirnya.

Selain itu kata Laode kekerasan dan pembunuhan terhadap salim bisa jadi sebagian mereka pebisnis, merupakan cara memberikan pelajaran agar tak ada lagi orang-orang yang bisa menghalangi rencana bisnisnya dikemudian hari.

“Karena siapa saja yang kritis maka harus siap tanggung risiko dihabisi seperti halnya Salim. Ya…, begitulah. Maka kedepan akan kian habis para aktivis kritis, seperti halnya juga hari ini yang umumnya terkooptasi oleh kekuasaan dan pemodal. Lalu, pada siapa lagi kita berharap untuk bela hak rakyat dan lingkungan untuk generasi kedepan? Sulit untuk menjawab sekarang ini,” kata dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.

“Karena, jika jujur diakui, kata Laode masyarakat sipil di bangsa ini umumnya terjinakan oleh modal dan kekuasaan. Bahkan tak jarang-jarang di antara figur-figur barisan Civil Society dijadikan instrument untuk kepentingan dua pihak itu,” tandasnya.

Terkait kasus penganiayaan dan pembunuhan ini, polisi telah mengamankan 36 orang di Polres Lumajang. Sebanyak 18 dari 36 orang tersebut kemudian dijadikan tersangka. Terkait actor intelektual penggerak pembunuhan dan penganiayaan, pihak kepolisian setempat masi berkonsentrasi mendalami kasusnya.

Polisi juga berjanji akan menuntaskan kasus ini sampai selesai. “Kami akan bekerja semaksimal mungkin untuk terus mengungkapkan sampai tuntas,“ tegas Kapolres Lumajang AKBP Fadly Munzir Ismali (28/9/2015).

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.