AA LaNyalla Mahmud Mattalitti: Saya Dulu Dekat dengan Dunia Malam

AA LaNyalla Mahmud Mattalitti: Saya Dulu Dekat dengan Dunia Malam

Jakarta, obsessionnews.com - Selasa, 1 Oktober 2019 menjadi momentum bagi AA LaNyalla Mahmud Mattalitti dalam perjalanan karier politiknya. Betapa tidak, pada Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) yang berlangsung hingga tengah malam di Gedung Nusantara 5 Kompleks Parlemen itu, mayoritas para senator itu mendaulat LaNyala sebagai Ketua DPD RI. Dengan perolehan suara sebanyak 47 suara ia mengungguli kandidat lainnya, yaitu Nono Sampono, Mahyudin, dan Sultan Bachtiar, yang kemudian secara otomatis mendampingi LaNyalla dalam kepemimpinan di DPD RI periode 2019-2024.

Pilihan mayoritas anggota DPD kepada LaNyalla cukup beralasan. Selain karena sarat dengan pengalaman kepemimpinan, ia juga dikenal sebagai sosok yang memiliki idealisme dan kepedulian tinggi dalam membawa kiprah DPD dalam pembangunan nasional. Dalam beberapa kesempatan dia selalu menekankan agar seluruh senator di 34 provinsi turun ke daerah untuk menyerap aspirasi, guna mempercepat pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

“Saya sudah sampaikan kepada seluruh senator untuk lebih sering turun ke daerah untuk menyerap aspirasi masyarakat,” tegasnya.

Ia menambahkan, DPD merupakan wakil daerah dan bekerja untuk kepentingan daerah, sehingga dapat memajukan serta mempercepat pembangunan daerah. Sehingga mereka harus membawa permasalahan- permasalahan daerah ke Senayan untuk dibantu dicarikan solusinya.

Karena itu program kunjungan kerja anggota DPD RI, katanya, harus dilihat sebagai tanggung jawab dan fungsi perwakilan serta pengawasan program-program pembangunan yang telah dicanangkan pemerintah pusat dan daerah dapat berjalan dengan baik.

Halaman selanjutnya

LaNyalla meyakini jika 34 provinsi yang ada di negeri ini maju, maka Indonesia juga akan maju.

“Karena wajah bangsa ini dapat dilihat dari perkembangan dan kemajuan di daerah,” imbuhnya.

Tak heran kalau dalam setiap kali kunjungan ke suatu propinsi, tokoh Pemuda Pancasila ini tidak langsung ke kantor gubernur, tapi “sowan” terlebih dulu ke masyarakat baik itu tokoh, pengusaha daerah lalu menemui para wali kota dan bupati sebelum beranjak ke kantor gubernur. Sehingga ia menerima langsung aspirasi dan masalah yang dihadapi pemerintah dan masyarakat daerah tersebut.

Model kepemimpinan pria yang lahir di Jakarta, 10 Mei 1959, ini memang tegas, pantang mundur, tidak mudah putus asa, namun membumi. Hal itu sudah terlihat sejak ia remaja. Bahkan ketika merintis sebagai pengusaha, putra dari Mahmud Mattalitti tokoh akademisi Universitas Airlangga, ini sempat jatuh bangun.

Bisa jadi kegigihannya dalam berbisnis menurun dari darah sang kakek, Haji Mattalitti, sosok saudagar Bugis-Makassar yang cukup disegani di Surabaya, Jawa Timur.

Berdarah Makassar dan lahir di Jakarta, LaNyalla ternyata besar dan berkembang di Surabaya. Di Kota Pahlawan itulah alumnus Teknik Sipil di Universitas Brawijaya ini mengasah dan menempa kemampuannya dalam berbisnis dan berorganisasi. Terbukti ia pernah dipercaya sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Jawa Timur, Ketua Pemuda Pancasila (PP) Jawa Timur dan pernah juga menjadi Wakil Ketua KONI Jawa Timur.

Halaman selanjutnya

Di KONI interaksinya dengan dunia olahraga semakin intens. Ia sempat duduk sebagai Ketua Pengprov PSSI Jawa Timur dan Anggota Komite Eksekutif PSSI Sampai kemudian ia menjadi Ketua Umum PSSI atas prakarsa Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI). Empat tahun kemudian, LaNyalla Mattalitti terpilih sebagai Ketua Umum PSSI dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya tanggal 18 April 2015.

Tentu saja masih berderet lagi organisasi yang pernah dipimpinnya dan itu semua membuktikan kapasitasnya sebagai seorang leader yang mumpuni yang kini sedang membawa lokomotif DPD RI.

Dari Utang Hingga Kebocoran Tegas tanpa basa-basi namun solutif, begitulah cara LaNyalla mengritisi berbagai problematika kekinian yang dihadapi Indonesia sekarang. Melalui pemikiran kritis yang disampaikannya langsung kepada pihak yang berkompeten maupun kepada wartawan via info digital, merupakan cara dia untuk menegur pelaku ketidakberesan di negeri ini.

Sejak memimpin DPD sudah banyak pemikiran kritis dan solutif yang disampaikannya itu. Soal ancaman utang negara yang sudah sedemikian tinggi, misalnya, ia melakukan kritik keras. Meski demikian, dia tetap mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus optimistis dan berpikiran positif.

Seperti kita ketahui, utang Indonesia saat ini mencapai Rp8.670,66 triliun, terdiri dari utang pemerintah Rp6.527 triliun perakhir April 2020 dan utang BUMN yang mencapai Rp2.24,37 triliun per kuartal IV 2020.

“Tidak bisa dipungkiri jika Indonesia menghadapi masa-masa sulit sejak wabah Covid-19 melanda. Seperti negara lain, Indonesia harus merasakan terpuruknya sektor ekonomi dan kesehatan. Bahkan kondisinya bisa semakin memburuk,” tutur LaNyalla.

Halaman selanjutnya

Senator asal Jawa Timur itu menambahkan, kondisi tersebut membuat Indonesia harus menghadapi fase di mana negara berutang sangat tinggi. Menurutnya, banyak pihak khawatir utang yang tinggi tersebut dapat menyebabkan ketidakstabilan permasalahan lain seperti sosial dan politik.

“Memang kondisi ini bisa jadi preseden buruk sepanjang tahun ini. Namun, kita harus tetap optimistis dapat keluar dari masalah ini. Pemerintah sedang menggenjot iklim investasi dan menumbuhkan industri. Jadi, kita masih punya harapan besar melalui program pemulihan ekonomi nasional,” katanya.

LaNyalla juga berharap usaha tersebut dapat didukung pemerintah daerah dengan melakukan inovasi pengembangan potensi-potensi sumber ekonomi. Menurutnya, pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi dan bergerak bersama.

“Inovasi sangat dibutuhkan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Karena, pemerintah perlu mendapatkan solusi untuk memecahkan defisit anggaran, dan harus kita ikhtiarkan tanpa harus membebani masyarakat,” katanya.

Ia juga mengkritisi penyaluran Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) yang sangat membantu dalam menggerakkan ekonomi di tengah pandemi, namun ternyata masih adanya kebocoran dalam penyaluran BPUM. Ia mengkritisi itu setelah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan adanya temuan kebocoran penyaluran BPUM senilai Rp1,18 triliun dan penyaluran dana yang salah sasaran dengan nominal mencapai Rp91,8 miliar yang diperuntukkan pada 38,2 ribu penerima namun sudah meninggal dunia. LaNyalla meminta perbaikan dilakukan agar program ini bisa tepat sasaran.

Halaman selanjutnya

"Kementerian Koperasi dan UMKM, serta Kemensos sebaiknya segera mengevaluasi kinerjanya agar tidak terjadi kesalahan berulang dan merugikan keuangan negara yang kini sedang terpuruk,” ucapnya.

“Temuan penyaluran dana salah sasaran itu menunjukkan kalau pemerintah belum memiliki sistem yang simpel dan efektif dalam distribusi bantuan. Ini permasalahan yang serius, semestinya kita memiliki sistem penyaringan kriteria penerima penyaluran BPUM agar tepat sasaran,” ujar LaNyalla lagi.

Data dari BPK, jika dirinci, setidaknya penyaluran yang tak tepat sasaran menyentuh nominal Rp673,9 miliar.

“Temuan-temuan tersebut harus diusut sampai tuntas secara hukum. Setiap penyalahgunaan harus diberikan sanksi sehingga siapa saja baik aparat pemerintahan maupun masyarakat harus bertanggung jawab akan tindakannya. Karena ini adalah anggaran negara yang harusnya disalurkan kepada yang berhak. Tidak boleh main-main,” jelasnya.

Ide keras namun cerdas juga pernah ia sampaikan terkait kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sudah tidak berfungsi. Misalnya ketika ia melihat masih beroperasinya sejumlah perusahaan BUMN yang sudah mati dan ia meminta agar Kementerian BUMN segera membubarkan perusahaan- perusahaan pelat merah yang sudah tak beroperasi itu. Sejumlah perusahaan BUMN yang sudah mati namun masih tetap beroperasi di antaranya seperti PT Merpati Nusantara Airlines, PT Kertas Kraft Aceh (KKA), PT Kertas Leces, PT Iglas, dan PT Industri Soda Indonesia. Setidaknya masih ada sekitar 10 perusahaan yang masih diperlakukan seperti perusahaan biasa, bahkan tetap memiliki direksi dan komisaris yang masih diundang dalam berbagai rapat.

"Kondisi ini seharusnya jadi perhatian serius Kementerian BUMN. Perusahaan- perusahaan BUMN yang sudah mati perlu segera dibubarkan, dengan menyelesaikan kewajiban yang ada, karena jika dibiarkan akan membebani negara,” ungkap LaNyalla.

Halaman selanjutnya

Ia mempertanyakan mengapa Kementerian BUMN tidak cepat-cepat membubarkan perusahaan-perusahaan tersebut. LaNyalla menyebut, perusahaan-perusahaan BUMN yang diketahui sudah tak memiliki karyawan itu sudah tidak memiliki manfaat dan cenderung memberatkan pemerintah.

"BUMN yang sudah kalah bersaing tidak bisa dibiarkan berdiri. Harus dievaluasi seperti apa jalan terbaiknya. Kondisi pandemi Corona sudah memberatkan, ditambah dengan beban BUMN yang sudah mati sejak lama akan makin menambah beban pemerintah,” jelasnya.

Untuk memproses pembubaran tersebut, diakui LaNyalla, Kementerian BUMN memang masih perlu melakukan penilaian melalui PPA.

“Kami harapkan penilaian dapat segera rampung dan pembubaran BUMN yang mati cepat dilakukan,” kata LaNyalla.

LaNyalla menyadari perlu ada assessment mengenai kondisi terakhir perusahaan BUMN yang akan dibubarkan. LaNyalla mengatakan, apabila ada aset yang bisa dimanfaatkan, Kementerian BUMN harus segera mengambil alih.

“Saya meminta Komite II DPD RI untuk mengikuti perkembangan permasalahan ini dan akan terus mengingatkan pemerintah untuk segera menutup perusahaan-perusahaan BUMN yang tak lagi punya nilai alias mati,” tandasnya.

Halaman selanjutnya

Punya Simpanan Keris Berusia 800 Tahun Atas kiprahnya menjaga warisan budaya, LaNyalla dua kali mendapat gelar kehormatan dari Keraton Kasunanan Surakarta. Pada 2003 silam dia meraih gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT). Lalu pada 2020 lalu, Keraton Surakarta kembali memberikan gelar kehormatan untuk LaNyalla dengan nama Pangeran Hardonagoro.

Selain dikenal sebagai pengusaha dan organisatoris, LaNyalla juga dikenal sebagai kolektor keris. Bahkan pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1959 ini memaknai benda warisan budaya tersebut sarat akan falsafah hidup. Proses pembentukan keris yang terpadu dari beragam unsur, dengan campuran batu meteorit dari langit, dan ditempa dengan pukulan dan panas api adalah gambaran perjalanan hidup manusia menuju tujuan paripurna.

“Paling tidak seperti itulah perjalanan hidup saya ditempa bagai keris,” ungkap dia.

Pria berdarah Bugis ini mengisahkan, perjalanan hidupnya memang penuh liku. Bukan saja jalan terjal. Namun, jalan gelap pun dia daki.

“Saya dulu dekat dengan dunia malam. Orang memberi cap saya sebagai orang yang hidup di dunia hitam. Biar saja. Itu kan cap orang atas penglihatan kasat mata mereka. Padahal saya berdakwah di sana. Saya memberi pengaruh. Saya memberi warna. Tetapi biarlah orang menilai apa,” ungkapnya.

Tetapi alhamdulillah, ketika LaNyalla menginjak usia 40 tahun, dia berhenti dari aktivitas dunia malam.

Halaman selanjutnya

“Setelah berhenti, saya berdakwah dengan cara yang berbeda. Sebagai pengusaha, saya berdakwah dengan harta yang dititipkan Allah kepada saya,” urainya.

Kini LaNyalla memang dikenal sebagai pengusaha sukses, dan aktivis organisasi yang kemudian memasuki dunia politik, sebagai Ketua DPD RI masa bakti 2019- 2024.

Lebih lanjut dia menuturkan, selain mengandung falsafah hidup, ada sejumlah alasan lain yang membuat dirinya jatuh hati kepada keris, di antaranya serat-serat lapisan logam cerah pada helai logam atau yang dikenal sebagai pamor dalam sebilah keris banyak menyimpan nilai estetika tinggi. Ketertarikan ini yang kemudian menjadikan dia sebagai kolektor keris ulung. Keris memiliki keunikan tersendiri bagi para kolektor.

Menurut LaNyalla, setiap pamor punya filosofi beragam tergantung bentuknya.

"Saya mengambil pamor positif dari setiap koleksi keris yang saya punya. Pamor positif yang saya maknai adalah agar bisa lebih tangguh menjadi seorang pemimpin,” tuturnya.

Lebih dari 3.000 keris tersimpan apik di kediamannya di Surabaya, Jawa Timur. Sekitar 300- an keris tergolong sebagai keris pusaka.

Halaman selanjutnya

Koleksi keris pusaka LaNyalla pun tak main-main. Mayoritas merupakan pusaka sejak zaman Kerajaan Majapahit yang usianya mencapai 800 tahun. Namun, dia juga memiliki keris era Kerajaan Mataram dan Singosari.

“Rata- rata dari Majapahit dan Singosari sudah 800 tahun. Paling muda Mataram, usianya 300 tahun,” imbuhnya.

Dia mengisahkan, kecintaannya pada keris tumbuh sejak tahun 1999. Mantan Ketua Umum PSSI ini menapaki perjalanan panjang keliling Indonesia untuk berburu keris dari berbagai wilayah di Nusantara, hingga saat ini. Para kolektor memahami tidak mudah mendapatkan keris bernilai tinggi, terlebih keris-keris pusaka. Hal tersebut lantaran tidak sembarang orang bisa memilikinya. Perjalanan mengumpulkan keris dijadikan sebagai salah satu perjalanan spiritual bagi LaNyalla. Bahkan dia harus menjalankan puasa sunah Daud agar sisi spiritualnya mampu menjaga keris-keris tersebut serta dapat berfungsi secara semestinya dan tidak disalahgunakan.

Kendati demikian dia tidak mau menempatkan keris sebagai benda yang harus diagungkan. Dia murni mengumpulkan keris sebagai bentuk cita rasa seni dan caranya untuk menjaga warisan budaya Tanah Air.

“Seni dan spiritual terkadang memang bisa melebur menjadi sebuah estetika bagi para pecintanya. Namun jangan sampai nilai-nilai budaya menggoyahkan sisi keagamaan seseorang. Harus bisa membedakan antara hak dan batil, ini benar atau musyrik, di situ bedanya. Ini semua sebagai alat, alat pengantar, bukan karena dia. Dia hanya mengantarkan,” jelas LaNyalla.

Halaman selanjutnya

Atas kiprahnya menjaga warisan budaya, jebolan Universitas Brawijaya Malang tersebut beberapa kali mendapat penghargaan. Bahkan dia dua kali mendapat gelar kehormatan dari Keraton Kasunanan Surakarta. Pada 2003 silam, dia meraih gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KRHT). Lalu pada 2020 lalu, Keraton Surakarta kembali memberikan gelar kehormatan untuk LaNyalla dengan nama Pangeran Hardonagoro. Pemberian gelar tersebut disampaikan oleh Gusti Kanjeng Ratu Pameswari Dalem PB XIII. Gusti Kanjeng mengatakan, LaNyalla sebagai pelestari benda pusaka, khususnya keris pusaka, layak mendapat penghargaan tersebut.

Menanggapi hal itu, LaNyalla berterima kasih atas apresiasi yang diberikan Keraton Kasunanan Surakarta. Dirinya mengoleksi keris pusaka semata untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah tersebut dari kerusakan. Sehingga keris Indonesia yang telah mendapat sertifikat dari UNESCO pada 2005 lalu tetap terpelihara.

“Keris menjadi bagian dari identitas Indonesia, khususnya Jawa dan tentunya menjadi kekayaan budaya Nusantara. Kita harus jaga betul, sehingga kelak anak cucu kita dapat membanggakan warisan budaya tersebut,” kata LaNyalla.

Kiprah LaNyalla di dunia perkerisan juga tidak sedikit. Tak jarang dia menggelar dan memberikan dukungan untuk berbagai acara perkerisan, termasuk berbagai pameran. Pengusaha yang merintis kesuksesannya dari bawah ini juga sering menjaring aspirasi insan perkerisan Indonesia. LaNyalla kerap memfasilitasi aspirasi tersebut untuk disampaikan ke pemerintah, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Halaman selanjutnya

“Kita harus dukung para insan perkerisan nasional. Mereka menyampaikan aspirasi agar keris buatan para penerus Mpu bisa digunakan untuk cendera mata resmi dari Presiden kepada tamu negara. Kita akan teruskan harapan mereka,” ujar Ketua Dewan Kehormatan Kadin Jawa Timur ini.

LaNyalla juga selalu memberikan dukungan kepada para perajin keris sebagai generasi penerus para Mpu. Dia mendukung terus dipeliharanya warisan budaya oleh para generasi milenial.

“Keris bukan cuma diminati oleh warga sendiri. Banyak kolektor dari luar negeri yang juga berburu keris, dan ini harus dimanfaatkan oleh pengrajin keris sehingga bisa menambah nilai dari budaya kita. Maka saya berpesan, generasi muda juga harus peduli dengan keris sebagai warisan budaya Indonesia,” pungkasnya. (Men's Obsession/Rud/Gia Putri/red)