Sabtu, 27 April 24

Wukuf di Arafah, Saatnya Manusia Intropeksi Diri

Wukuf di Arafah, Saatnya Manusia Intropeksi Diri

Makkah, Obsessionnews.com- Hari ini jutaan manusia melakukan wakaf di padang Arafah, Saudi Arabia, melengkapi rangkaian ibadah haji. Sedangkan umat Islam lainnya menggantinya dengan Sholat Idul Adha. Pesan moralnya, saatnya manusia intropeksi diri.

“Di padang Arafah ini semua bangsa dan kelompok bergabung lebur menjadi satu kaum, umat. Semua ke’aku’an telah mati di Miqat dan yang berkelanjutan adalah ‘kita’. Dan mereka semua secara serentak bermunajat menghadap sang Maha Kuasa Allah SWT. Akhirnya; satu adalah semua dan semua adalah satu. Setiap manusia adalah sama,” demikian pesan yang disampaikan khatib pada wukuf di tenda misi haji Indonesia di Arafah, KH Miftahul Akhyar, Minggu (11/9), seperti dilansir laman kemenag.go.id, Senin (12/9/2016).

Wakil Rais Am PBNU ini mengingatkan sifat manusia yang sering lupa terhadap ‘persamaan’ di antara sesama mereka. Sebelumnya mereka bercerai-berai karena kekuatan, kekayaan, keluarga, tanah dan ras, kehidupan mereka hanyalah sekadar eksistensi.

“Pengalaman ini (haji/arafah) telah membuat mereka menemukan jati-diri mereka dalam kerangka mereka semua adalah sama. Pertahankan temuan-temuan ini sebagai oleh-oleh yang amat-amat berharga untuk bangsa tercinta,” tuturnya.

Menurut KH Akhyar, dalam prosesi haji, para jemaah harus berhenti/singgah di Padang Arafat, Masy’aril Haram dan Mina. Bahwa jemaah harus ‘singgah’ (wukuf) di Arafah, lanjut KH Akhyar, alasannya tidak sederhana.

“Haji adalah gerakan; dan perjalanan kita kembali kepada Allah SWT ada beberapa tahap ( Arafah, Masy’aril Haram dan Mina) yang kesemuanya harus kalian lalui. Yang lain, misalnya Thowaf adalah konsekwensi rukun/wajib dari akumulasi ketiganya. Apakah arti dari tahapan tersebut ? Allah SWT telah menganugerahkan masing-masing nama nan mulia,” jelasnya.

“Arafat berarti pengetahuan dan sains. Masy’ar berarti kesadaran dan pengertian. Mina berarti cinta dan keyakinan. Betapa anehnya (secara logika) ketika melakukan Haji, gerakan pertama bermula di Arafah. Berhenti ( wukuf) di Arafah di mulai di siang hari tanggal 9 Dzulhijjah ketika matahari sedang terik-teriknya. Hikmahnya agar kalian memperoleh kesadaran, wawasan, pengetahuan di siang hari. Begitu matahari terbenam maka wukuf di Arafah itupun berakhir. Bersama-sama dengan matahari padang Arafah terbenam para hujjaj pun bergerak ke arah barat, mereka terus bergerak hingga sampai ke Masy’aril Haram ( Muzdalifah) atau negeri kesadaran. Di sini lalu mereka berhenti Sesudah tahap pengetahuan adalah tahap kesadaran. Kita tidak dapat memahami Agama kita seperti ini jika tahap-tahap kalau yang ada hanya Masy’aril Haram (kesadaran) dan Mina (cinta),” papar Akhyar.

baca juga:

Wafat Sebelum Wukuf, Jemaah Haji akan Diibadah-hajikan

Isu Visa Haji Berbayar, Akan Dicek Dubes Indonesia

Dianggap Ilegal, 229 Jamaah Haji Indonesia Ditangkap

Dengan disinari terik mentari Arafah, kata Akhyar, biarkanlah insting-insting dan sifat-sifat manusia yang hakiki berkembang. Jangan hindari sinar mentari dan biarkan ego manusia hangus terbakar.

“Wahai manusia! Pada hari ini, hendaklah kalian menjadi sebuah pelita yang sedang mengisi bahan bakar guna menerangi hatimu dan hati umat manusia. Dalam waktu yang singkat ‘kota Matahari’ ini menghilang ke arah barat. Kemanakah kita sekarang? Kita menuju ke Masy’aril Haram. Maka apabila kalian bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah SWT di Masy’aril Haram,” tuturnya.

Menurut Akhyar, jika padang Arafah merupakan tahap pengalaman dan obyektivitas maka Masya’ir adalah tahap wawasan dan subyektivitas. Arafah adalah tahap pemikiran yang bersih dari penyelewengan dan penyakit. Masya’ir adalah tahap kesadaran yang penuh dengan tanggung jawab, kesucian, dan kesalehan. Masy’aril Haram yang suci dan aman sebagaimana Masjidil Haram dan Bulan Haram (Muharram).

“Lalu kalian melanjutkan perjalanan ke Mina (cinta hakiki). Dengan sedemikian menakjubkan, inilah sebuah kesadaran yang lahir dari pengetahuan dan yang sarat dengan cinta. Intuisi tidak memerlukan cahaya pemikiran dan dapat memecahkan setiap masalah cinta hakiki dan hikmah. Hikmah adalah semacam pengetahuan atau wawasan tajam yang disampaikan kepada umat oleh para Nabi, bukan oleh para ilmuwan atau para Filosof. Ia adalah cahaya yang terang (nur). Inilah jenis pengetahuan yang memancar dalam diri Nabi Muhammad SAW. Allah akan menyalakan cahaya (nur) ini didalam diri orang-orang yang dikehendaki-Nya. Semoga para Hujjaj khusnya saudara kita tergolong orang-orang yang memperoleh Hikmah,” kata Akhyar.

Pada hari ini, menurut Akhyar, setan kecewa berat lantaran derasnya rahmat Allah SWT dan dosa-dosa diampuni. Imam an Nawawi Rahimahullah di dalam syarah Muhazzab menjelaskan tentang kelebihan berzikir dan berdoa pada hari Arafah. Beliau menyebutkan bahwa, hendaklah memperbanyak doa, tahlil, talbiah, istighfar, membaca Al-Quran dan merendah diri kepada Allah.

Oleh karenanya, kesempatan dan peluang emas selama berada di Arafah ini jangan disia-siakan, lantaran inilah puncak ibadah dalam kehidupan seorang muslim. Air mata kesadaran yang mengalir saat ini, adalah penebus dosa bagi pemburu kasih dan ampunan-Nya. Bermunajatlah kepada Allah sepuas-puasnya disertai aliran airmata keinsafan dari pertaubatan yang tulus yang lahir dari hati yang telah kembali kepada fitrahnya. Mohonlah kebaikan dunia akhirat. Semua doa dan permohonan pasti maqbul.

“Apabila kita pulang ke Tanah Air kelak hendaklah kita mengambil pengalaman dari pada haji ini yaitu : semangat Fastabiqul Khairat dan bergairah dalam ibadah sebagai titik nol perubahan dalam kehidupan kita dengan mengoptimalkan segala perintah Allah dalam kesatuan iman, ibadat, pergaulan, dan bermuamalah vertikal maupun horisontal,” jelasnya.

Perbuatan yang Dilarang saat Berihram

Dalam khutbahnya, Akhyar juga memaparkan larangan-larangan saat jemaah sudah mengenakan pakaian ihram. Larangan itu mulai dari tidak dibolehkannya menggunakan wewangian hingga memotong kuku.

Berikut selengkapnya:

1. Jangan menggunakan wewangian
2. Jangan sakiti binatang-binatang termasuk serangga
3. Jangan mencabut atau mematahkan pepohonan
4. Jangan berburu
5. Jangan bercumbu dan melakukan hubungan kelamin
6. Jangan berdandan
7. Jangan berlaku curang, bertengkar, mencaci-maki, atau bersikap sombong
8. Jangan jahit pakaian kalian
9. Jangan memotong rambut
10. Jangan memangkas kuku
11. Jangan menggunakan bedak atau minyak rambut
12. Jangan membuat darah tertumpah
13. Jangan nikah baik ijab maupun qabul, baik untuk diri sendiri atau orang lain atau mewakilkan

“Lantaran semua atau sebagian itu manakala masih kita lakukan berarti kalian masih mengingat, melirik dan mementingkan diri (syahwat) mu. Padahal semuanya telah kalian lepas di Miqat. Tentu masih ada larangan-larangan lainnya yang perlu kalian cermati. Agar kalian kembali ke-negeri kalian betul-betul telah menjadi manusia yang baru yang mampu mengaplikasikan pelajaran yang amat penting ini sebagai konsekuensi Haji yang Mabrur,” ungkap Akhyar.

“Pertunjukan haji ini bermula di Miqat. Disinilah sang aktor (manusia) harus berganti pakaian. Mengapa demikian? Karena pakaian akan menutupi diri dan watak manusia. Pakaian melambangkan pola, prefensi, status dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian melahirkan ‘batas’ palsu yang menyebabkan perpecahan diantara umat manusia. Dan hampir pasti perpecahan ini melahirkan diskriminasi. Selanjutnya dari perpecahan itu akan timbul konsep ‘aku’, bukan ‘kami/kita’. ‘Aku’ dipergunakan dalam konteks-konteks seperti: rasku, kelasku, kelompokku, kedudukanku, keluargaku, nilai-nilaiku,” pungkasnya. @reza_indrayana

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.