Sabtu, 27 April 24

Waspada Parental Burnout Saat Pandemi

Waspada Parental Burnout Saat Pandemi
* Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Menjadi orangtua memang membutuhkan usaha ekstra apalagi di masa pandemi. Pandemi mengharuskan segala aktivitas dilakukan di dalam rumah. Interaksi antara orang tua dan anak jadi berubah drastis.

Aktivitas intensif bersama keluarga memang terasa menyenangkan tapi lama-kelamaan justru dapat memicu stres hingga kelelahan emosi dan fisik. Hal ini dikenal dengan istilah parental burnout.

“Semenjak tahun lalu ada penambahan serta perubahan tugas sehari-hari bagi orangtua. Kondisi dan sistuasi yang enggak pasti membuat tingkat stres dan kelelahan menjadi lebih tinggi, ini yang disebut parental burnout,” ujar Psikolog Saskhya Aulia Prima dalam acara ‘LazBaby Media Briefing’, Selasa (9/3/2021).

Parental burnout yang memicu kelelahan intens pada mental dan fisik akan berpengaruh besar pada pola pengasuhan anak. Relasi dengan anak berpotensi menjadi buruk. Orangtua jadi mudah marah dan komunikasi dengan anak pun jadi terhambat.

“Parantel burnout akan berdampak pada relasi, kita jadi gampang marah dengan anak dan jadi gampang marah dengan suami,” kata Co-Founder 3 Generasi ini.

Merasa jauh secara emosi dengan anak berakibat menghilangkan kepercayaan diri dalam mengasuh anak.

“Dari survey yang dilakukan Lazada bersama babyologist, 69 % ingin lari dari tanggung jawab menjadi orangtua. Umumnya ketika kita emosi dengan anak, kita jadi menyesal. Kita merasa tidak mampu menjadi orang tua yang baik,” ucap Sherlly Yusuf, Co-Founder Babyologist pada kesempatan yang sama.

Lakukan 3 Hal Ini
Bagaimana caranya agar anak bisa mengekspresikan perasaannya lewat seni dan gambar.

– Ruangan Khusus
Ciptakan ruang ramah anak yang tak masalah jika berantakan dan memungkinkan mereka mengeluarkan kreativitasnya. Sediakan alat gambar dan berkesenian seperti kertas, krayon, plastisin, cat, glitter dan biarkan mereka bereksplorasi dan berkreasi dengan bebas. Beberapa anak akan menikmati duduk di meja dan yang lainnya akan menikmati lantai. Tidak masalah bagaimana mereka memilih untuk berkreasi, jika ruang tersebut mendukung kenyamanan dan kreativitasnya.

– Tetap dekat dan ikuti kemauan anak
Biarkan anak mencoret-coret sesuka hati. Jangan khawatir tentang seperti apa bentuknya. Ekspresi tersebut bermanfaat untuk psikologis anak. Cobalah untuk tidak menekan anak untuk berkreasi.

– Respons positif
Berikan umpan balik positif saat mereka menunjukkan hasil karyanya. Ingat, ini adalah ekspresi perasaan mereka dan cara mereka memandang diri sendiri dan dunia. Jangan mencoba mengubah atau “meningkatkan” itu. Bisa minta anak untuk bercerita apa yang digambar dan dibuatnya. (Fatherly/Dream/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.