Jumat, 26 April 24

Tony Wenas, Bisnis Meningkat dan Lingkungan Terjaga

Tony Wenas, Bisnis Meningkat dan Lingkungan Terjaga
* Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper, Tony Wenas.

Obsessionnews – Sebagai salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar di dunia, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) terus menunjukan kinerja yang cemerlang. Di bawah komando Tony Wenas, RAPP membangun pabrik baru untuk memperluas kinerja ekspor hingga 85 negara di Eropa dan Asia Pasifik. Bahkan, perusahaan anak Asia Pacific Resources International Holdings Ltd. (APRIL GROUP) ini meraih PROPER Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Mengawali tahun 2016, RAPP menerima hasil penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) tahun 2014-2015 berupa PROPER Biru dari KLHK melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Riau. Dasarnya perbaikan kegiatan operasional perusahaan yang patuh terhadap aturan pemerintah serta ramah lingkungan.

Perusahaan yang berbasis di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau ini, punya kapasitas produksi pulp sebesar 2,8 juta ton per tahun dan paper sebesar 850 ribu ton tiap tahun. Sebanyak 75 persen produknya pun diekspor dan menjamah lebih dari 75 negara di dunia

Hingga saat ini, ada 6.800 pekerja langsung dan 90 ribu tenaga kerja tak langsung yang menggantungkan hidup pada RAPP. Sementara itu, sumber bahan baku berasal dari konsesi hutan tanaman yang dikelola secara berkelanjutan termasuk perusahaan mitra dengan luas 480 ribu hektar.

Di tahun 2016, RAPP menargetkan pembangunan pabrik kertas atau Paper Machine 3 di Palelawan yang mulai beroperasi pada September tahun ini. “Pabrik terbaru ini akan menambah kapasitas sebesar 250.000 ton per tahun, menghasilkan high grade digital paper,” terang Presiden Direktur RAPP Tony Wenas.

Tony Wenas - 1Ia memaparkan, penambahan pabrik ini menjadi wujud komitmen mendukung hilirisasi industri berorientasi ekspor yang meningkatkan nilai tambah di Riau maupun Indonesia. Tahun ini, perseroan berencana untuk meningkatkan ekspor hingga 85 negara dengan memperluas pasar ke Uni Eropa, meskipun fokus ekspansi pasar masih akan tetap di Asia, Pasifik, Australia dan China.

Pria yang memiliki nama lengkap Clayton Allen Wenas ini juga berpendapat potensi produk kertas Indonesia sebagai pemain dunia masih perlu ditingkatkan. Dari seluas 70 juta hektar lahan hutan yang bisa dimanfaatkan sebagai produksi industri, hanya ada seluas 10 juta hektar hutan tanaman industri (HTI) dan yang baru dikelola baru seluas 3,5 juta hektar. Sisanya, seluas 6,5 juta hektar diharapkan lahan hutan tersebut bisa segera dioperasikan agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi pulp dan paper Indonesia.

Pria lulusan Universitas Indonesia dan MIT Sloan School of Management itu juga mengatakan tahun ini pihaknya akan mulai melakukan diversifikasi produk menjadi dissolving pulp atau serat rayon untuk kebutuhan tekstil. Diversifikasi produk tersebut sebagai upaya memberikan nilai tambah dengan bahan baku yang berbeda dari produk pulp. Itu sangat dibutuhkan karena selama ini Indonesia mengimpor. RAPP memproduksi dissolving pulp tersebut untuk pasar dalam negeri. Dengan diversifikasi produk ini, RAPP menambah 50 tenaga kerja baru dengan tidak menambah kapasitas produk dan tetap menggunakan pabrik di Riau seluas 1.750 hektar.

Lantas bagaimana RAPP dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitar area konsesinya? Sejumlah program terkait penanganan kebakaran yang dikembangkan RAPP dapat menjadi model dalam mengatasi persoalan kebakaran. “Program Desa Bebas Api atau Fire Free Village Programme (FFVP) dan pelatihan bagi masyarakat melalui program Masyarakat Peduli Api (MPA) terbukti efektif sebagai tindakan awal pencegahan,” ujar pria kelahiran Jakarta, 8 April 1962 ini.

Pengembangan program desa bebas api diterapkan pada sembilan desa yang berlokasi di wilayah operasional perusahaan. “Tiga desa diantaranya tidak mengalami kebakaran sama sekali, sedangkan di desa lainnya terjadi penuruan yang signifikan sehingga sekitar 90%,” jelasnya.

Lewat keberhasilan itu, kata Tony, pihaknya akan menambah jumlah desa hingga 20 desa untuk dilibatkan dalam program tersebut di tahun 2016. “Kami mengharapkan lebih banyak lagi desa bebas api tercipta sehingga membawa dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat,” ujarnya.

RAPP membidani Program Community Development (CD) khusus bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Small Medium Enterprises (SME) yang sudah banyak meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar area operasional RAPP.

Selain itu RAPP telah membangun jalan poros sepanjang 12 ribu kilometer di sekitar konsesinya.  “Sepanjang 2.600 km bisa diakses publik sehingga memberikan kemudahan kepada publik untuk mengakses pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan,” jelasnya.

Pria yang masih aktif bermusik bersama band Solid’80 ini memiliki obsesi untuk terus menjamin keberlanjutan hutan bernilai konservasi tinggi, karenanya perusahaan telah menerapkan kebijakan “Sustainable Forest Management Policy (SFMP)” yang telah dicanangkan APRIL Group  selaku induk usaha RAPP. “Saya memiliki visi yang sama dengan shareholder perusahaan saya, Pak Sukanto Tanoto, yaitu suatu perusahaan harus baik for the community, for the country, baru for the company,” jelas pria yang memiliki filosofi hidup work smart, fokus dan jujur.

Kebijakan itu sudah diimplementasikan dengan komitmen RAPP tidak akan membuka lahan berhutan maupun lahan gambut yang baru. “Kita komitmen 1:1. Untuk setiap hektar yang kita tanami, akan kita konservasi 1 hektar juga,” tegas pria yang menerapkan kutipan Albert Einstein ‘Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value’ dalam hidupnya ini.

 

Pengakuan Internasional

APRIL, dalam hal ini RAPP menjadi perusahaan pertama di Indonesia menerima Sertifikat Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC). Ini merupakan pengakuan terbesar di dunia untuk pengelolaan hutan berkelanjutan.

Tony Wenas yang juga Managing Director APRIL Group Indonesia Operations mengatakan Sertifkat PEFC akan memotifasi pihaknya untuk mengoptimalkan pengelolaan hutan secara berkelanjutan.

“Kami memiliki luas konsesi sekitar satu juta hektar. Sekarang baru lebih dari 300 ribu hektar yang telah terseritifikasi. Kami berharap sisanya bisa segera dinilai untuk  mendapatkan sertifikat,” harap pria necis ini.

Dengan adanya Sertifikat PEFC, maka produk kertas atau pulp asal Indonesia tidak lagi dikucilkan di dunia, tetapi bisa diterima tanpa ada prasangka mengenai pengelolaan hutan yang tak berkelanjutan. []

(Naskah: Giattri Fachbrilian/Men’s Obsession)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.