Setelah McClane memohon bantuannya, Farrell menebak bahwa target Gabriel berikutnya adalah jaringan listrik.
Hidup masyarakat dan pergerakan pemerintahan sangat bergantung pada listrik dan internet. Dan aliran-aliran internet serta listrik yang menjadi nyawa orang banyak tersebut tersebar dalam kerumitan kabel di bawah tanah, dan juga yang mungkin sering kita temui di jalan sedang semerawut dibetulkan oleh teknisi. Tak jarang kabel tersebut tak memiliki nama.
Singkatnya Indonesia harus memiliki badan khusus yang mendata kabel-kabel yang menyambung nyawa Indonesia. Bayangkan jika ada serangan yang tak pernah tahu datang dari mana terhadap kabel-kabel tersebut, maka kita sudah pasti lumpuh karena tidak memiliki time plan recovery karena tak mengantongi data yang lengkap kepemilikan kabel dan infrastruktur jaringan di lapangan. Saat ini saja, jika listrik padam, internet pun latah down. Lalu jika dalam kondisi mendesak, jika recovery memerlukan waktu yang panjang. Apa yang harus dilakukan?
Dan saat semua sedang berlari ke arah transformasi digital, orang banyak lupa tentang layanan yang kini sudah banyak “dialmarhumkan”. Kita sibuk mengejar teknologi dengan kecanggihan terbaru, dan meniadakan fax serta telepon.
Padahal kita dapat mengandalkan layanan mereka dalam kondisi khusus seperti yang telah saya jabarkan di atas.
Terutama kantor pemerintah pusat, kantor pemda, kantor kedutaan besar pasti harus memiliki fax dan menyiapkan gardu khusus (misalnya kurir) untuk menyampaikan pesan saat emergency sehingga komunikasi tidak terputus.
Jadi, siapa the old blue ocean yang dimaksud? Mereka adalah fax dan telepon rumah/telepon kantor yang sudah kalian tutup layanananya. Hidupkan mereka kembali, karena mereka bisa menjadi alat komunikasi kita saat listrik mati lebih dari 8 jam, internet down serta batere HP sekarat karena tak bisa dicharge akibat listrik tak kunjung nyala.
