Jumat, 26 April 24

Ternyata Otak Manusia Menyusut, Lebih Besar 3000 Tahun Lalu

Ternyata Otak Manusia Menyusut, Lebih Besar 3000 Tahun Lalu
* Science photo library. (BBC)

Ternyata, nenek moyang kita punya otak yang lebih besar dari kita. Otak manusia lebih besar 3000 tahun yang lalu, mengapa menyusut?

Beberapa tahun lalu, umat manusia mencapai tonggak dalam sejarahnya — kemunculan peradaban kompleks pertama yang diketahui. Orang-orang yang tinggal di kota-kota pertama dunia akan terasa familier dalam banyak hal bagi warga kota masa kini. Namun sejak masa itu, otak manusia sebenarnya sudah sedikit menyusut.

Volume yang hilang, rata-rata, secara kasar setara dengan empat bola ping pong, kata Jeremy DeSilva, antropolog di Dartmouth College, AS. Dan menurut analisis fosil tengkorak, yang dia dan koleganya terbitkan di sebuah jurnal ilmiah tahun lalu, penyusutan tersebut dimulai sekitar 3000 tahun yang lalu.

“Ini lebih baru dari yang kami antisipasi,” kata DeSilva. “Awalnya kami memperkirakan hampir 30.000 tahun yang lalu.”

Agrikultur muncul antara 10.000 dan 5000 tahun yang lalu, meskipun ada beberapa bukti bahwa budidaya tanaman mungkin sudah dimulai sejak 23.000 tahun yang lalu. Peradaban luas, penuh dengan arsitektur dan mesin, menyusul tak lama kemudian. Tulisan pertama muncul kira-kira pada waktu yang sama. Lalu kenapa, selama masa-masa perkembangan teknologi yang luar biasa ini, ukuran otak manusia malah mulai menyusut?

Pertanyaan itu membuat para ilmuwan garuk-garuk kepala. Dan itu juga menimbulkan pertanyaan tentang apa artinya ukuran otak bagi kecerdasan, atau kemampuan kognitif suatu hewan secara umum. Banyak spesies memiliki otak yang jauh lebih besar dari manusia namun kecerdasan mereka – sejauh yang kita pahami – sangat berbeda. Jadi volume otak dan kemampuan berpikir manusia tidaklah berhubungan langsung. Pasti ada faktor yang lain.

Hal yang mendorong otak suatu spesies menjadi lebih besar atau lebih kecil juga seringkali sulit diketahui secara pasti. DeSilva dan koleganya menerangkan bahwa tubuh manusia mengecil seiring waktu. Namun, fakta itu tidak cukup untuk menjelaskan pengurangan volume otak. Pertanyaan seputar mengapa perubahan ini terjadi belum terjawab. Karena itu, dalam makalah terbaru, mereka mencari inspirasi dari sumber yang tidak biasa: semut.

Dilihat sekilas, otak semut mungkin tampak sangat berbeda dari otak manusia. Volumenya sekitar sepersepuluh milimeter kubik atau tiga kali lebih kecil dari sebutir garam. Semut punya hanya 250.000 neuron, otak manusia memiliki sekitar 86 miliar.

Namun kehidupan sosial beberapa spesies semut sangat mirip dengan manusia. Bahkan, ada spesies semut yang mempraktikkan suatu bentuk agrikultur dengan membiakkan jamur di dalam sarang mereka. Semut-semut ini mengumpulkan dedaunan dan material tumbuhan lainnya untuk digunakan dalam peternakan mereka sebelum memanen jamur tersebut untuk dimakan.

Ketika tim DeSilva membandingkan ukuran otak berbagai spesies semut, mereka menemukan bahwa kadang-kadang spesies yang hidup dalam populasi yang besar berevolusi sehingga memiliki otak yang lebih besar, kecuali kalau mereka juga suka beternak jamur.

Itu tampaknya berarti, setidaknya bagi semut, otak yang lebih besar penting untuk sukses dalam komunitas besar, namun sistem sosial yang lebih kompleks dengan pembagian tugas yang lebih beragam dapat, sebaliknya, mendorong otak mereka untuk menyusut. Ini bisa jadi karena kemampuan kognitif dibagi-bagi dan didistribusi di antara banyak anggota kelompok, dengan berbagai peran untuk dimainkan.

Dengan kata lain, kecerdasan menjadi kolektif.

“Bagaimana kalau itu terjadi pada manusia?” kata DeSilva. “Bagaimana jika, pada manusia, kita mencapai ambang batas ukuran populasi, ambang batas individu berbagi informasi dan mengeksternalisasi informasi di otak orang lain?”

Salah satu kemungkinan lain ialah berkembangnya tulisan – yang terjadi kira-kira 2000 tahun sebelum otak manusia mulai menyusut – juga berdampak. Tulisan adalah salah satu dari relatif sedikit hal yang membedakan kita dari spesies lain dan DeSilva mempertanyakan apakah ini dapat memengaruhi volume otak melalui “eksternalisasi informasi dalam bentuk tulisan dan kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan mengakses informasi di luar otak Anda”.

Banyaknya perbedaan antara otak semut dan manusia berarti kita perlu berhati-hati dalam menarik persamaan. Namun demikian, Desilva berargumen bahwa kemungkinan itu adalah titik awal yang berguna untuk memikirkan apa yang menyebabkan penyusutan yang mencolok, dan relatif baru, pada volume otak manusia.

Ide-ide ini masih menjadi hipotesis untuk sementara ini. Ada banyak teori lainnya yang berusaha menjelaskan reduksi ukuran otak manusia. Namun, sebagian dari mereka menjadi tidak masuk akal jika penyusutan otak benar-benar baru dimulai 3000 tahun yang lalu.

Contoh yang bagus adalah domestikasi. Puluhan hewan yang telah didomestikasi, termasuk anjing, memiliki otak yang lebih kecil dibandingkan nenek moyang mereka. Namun domestikasi manusia diperkirakan terjadi puluhan, bahkan ratusan ribu, tahun yang lalu — jauh sebelum otaknya menyusut.

Tetapi apakah otak yang lebih kecil berarti, sebagai individu, manusia menjadi kurang cerdas?

Tidak juga, kecuali Anda bicara tentang perbedaan subtil dalam populasi besar. Pada 2018, sekelompok peneliti menganalisis data dari UK Biobank, basis data biomedis raksasa yang menyimpan, antara lain, hasil pindaian otak dan tes IQ untuk ribuan orang.

Basis data itu menyimpan data dari 13.600 orang, sampel yang lebih besar dari semua studi tentang ukuran otak dan IQ yang pernah dilakukan, kata salah satu peneliti dalam studi tersebut, Philipp Koellinger, pakar genetik perilaku di Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda.

Studi tersebut menemukan bahwa otak yang besar, rata-rata, berkaitan dengan hasil yang sedikit lebih baik dalam tes IQ namun, yang paling penting, kaitannya non-deterministik.

Itu berarti bahwa ada beberapa orang yang mendapatkan hasil sangat baik dalam tes meskipun memiliki otak yang relatif kecil, dan sebaliknya.

“Benar-benar tidak ada hubungan yang cukup kuat, kata Koellinger. “Variasinya sangat tinggi.”

Hal itu penting sebagian karena orang-orang secara historis telah berusaha mengkategorikan individu berdasarkan hal-hal seperti ukuran atau bentuk kepala mereka.

“Ada sejarah yang sangat buruk di dunia Barat, gerakan eugenik dan hal-hal lainnya yang berdasarkan gagasan tentang biodeterminisme,” kata Koellinger. “Korelasi yang kami laporkan tidak mengindikasikan adanya biodeterminisme dalam bentuk apapun.”

Karena hasil pindaian otak juga mengungkap informasi tertentu tentang struktur otak manusia, tidak hanya ukurannya, studi tersebut juga dapat mendeteksi sesuatu yang lain. Para peneliti menemukan hubungan antara volume materi abu (grey matter) – lapisan terluar otak yang memiliki paling banyak neuron – dan performa dalam tes IQ.

Bahkan, perbedaan struktur seperti itu mungkin lebih berarti dalam menentukan kemampuan kognitif seseorang secara umum daripada sekadar ukuran otak.

“Gila kalau kita berpikir volume saja bisa menjelaskan seluruh perbedaan,” kata Simon Cox, yang mempelajari penuaan otak di Universitas Edinburgh. Itu mungkin salah satu faktor yang paling tidak penting, ia menambahkan.

Ini masuk akal kalau Ansa pikir-pikir. Otak laki-laki secara umum 11% lebih besar dari otak perempuan karena badan mereka lebih besar. Namun banyak studi menemukan bahwa, rata-rata, perempuan unggul dalam sebagian kemampuan kognitif, sedangkan laki-laki unggul dalam sebagian yang lain.

Cox menerangkan bahwa penelitian lain yang pernah ia ikuti menunjukkan bagaimana otak perempuan mungkin mengompensasi ukurannya yang lebih kecil melalui perbedaan struktur. Misalnya, perempuan, rata-rata, korteks yang lebih tebal (lapisan yang mengandung materi abu).

Ada banyak fitur dan aspek otak yang tampaknya memengaruhi kemampuan kognitif. Contoh lainnya ialah myelinasi. Ini merujuk pada lapisan material yang menyelimuti akson, “kabel” panjang dan tipis yang memungkinkan neuron terhubung dengan sel-sel lain dan membentuk jaringan syaraf. (Red)

Sumber: BBC News

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.