Jumat, 3 Mei 24

Sebut Warga Indonesia Ngemis Jadi Babu, Fahri Panen Kecaman

Sebut Warga Indonesia Ngemis Jadi Babu, Fahri Panen Kecaman
* Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.

Jakarta, Obsessionnews.com – Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tersebar di berbagai negara berkontribusi besar bagi bumi pertiwi. Mereka salah satu sumber devisa yang cukup signifikan, sehingga mereka dijuluki pahlawan devisa.

Tetapi, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memandang TKI adalah pekerjaan hina. Dalam kicauan di akun Twitternya, @Fajrihamzah, Selasa (24/1/2017) Fahri menyebut warga Indonesia mengemis jadi babu di negeri orang.

“Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela…,” tulisnya di akun Twitternya.

Tweet  politisi PKS tersebut membuat banyak orang marah. Akibanya Fahri panen kecaman. Para aktivis menilai sebutan babu yang dilontarkan Ketua Tim Pengawas TKI DPR itu merendahkan profesi asisten rumah tangga di luar negeri.

Direktur Migrant Care Anis Hidayah dalam cuitannya mengatakan, “tak ada yang mengemis, mereka bekerja sebagai PRT (pekerja rumah tangga, Red.) di luar negeri secara terhormat. Apakah Anda sudah memartabatkan mereka? Revisi UU TKI jalan di tempat sejak 2010.”

Yang dimaksud Anis adalah UU Nomor 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri yang revisinya menjadi salah satu program legislasi nasional prioritas 2016. Hingga kini belum ada kejelasan kapan revisi itu rampung.

Anis juga menghubungkan cuitan ini dengan RUU Perlindungan PRT yang belum juga disahkan oleh DPR. Dia mengatakan bahwa pantas saja RUU itu ‘mangkrak karena pola pikir salah satu pembuat UU-nya menganggap PRT sebagai babu.’

Protes juga muncul dari Sandra Waroruntu, aktivis pekerja migran asal Indonesia di Amerika Serikat. “Saya, anak bangsa ke luar negeri untuk bekerja, bukan mengemis menjadi BABU, tolong diralat! Anda menghina anak bangsa.”

Sementara itu netizen berakun @MiminkSuryadi berkomentar,”Cuma kelas tukang adu domba… sayang banget pajak yang dibayar buat gaji dan tunjangan-tunjangan orang sekelas Anda.”

“minta maaflah sama yang dikatain babu, bukan sama yang marah-marah untuk mengingatkanmu untuk berbicara sopan,” tulis akun @tudiro.

Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI) juga mengecam pernyataan Fahri. Juru Bicara JBMI Eni Lestari mengatakan, sebagai jaringan yang selama ini berjuang memberdayakan dan menegakkan martabat buruh migran, JBMI sangat khawatir dengan pernyataan-pernyataan Fahri Hamzah yang tidak berlandaskan fakta, merusak reputasi buruh migran dan menjerumuskan masyarakat.

“Jika Fahri mempelajari seluk-beluk persoalan buruh migran, tentu dia tahu bahwa anak bangsa menjadi ‘babu’ di negeri orang, karena memang negara gagal mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja layak di dalam negeri,” kata Eni dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/1).

JBMI menyatakan Fahri Hamzah sudah tidak layak lagi menjadi anggota DPR dan Ketua Tim Pengawasan TKI. Untuk itu, JBMI menuntut agar Fahri meminta maaf secara resmi dan terbuka serta mencabut pernyataannya.

“JBMI menuntut agar Fahri Hamzah untuk meminta maaf secara resmi dan terbuka serta mencabut pernyataannya,” ujar Eni.

JBMI sebagai jaringan yang menyatukan organisasi-organisasi massa buruh migran yang berada di Hong Kong, Macau, Taiwan, dan Indonesia itu juga mendesak Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), untuk menurunkan Fahri Hamzah dari jabatannya sebagai Ketua Tim Pengawasan TKI.

Fahri Hamzah (juga) untuk mundur sebagai Wakil Ketua DPR-RI,” tandas Eni.

Fahri menjelaskan mengapa dia menyebut ‘babu’ dan ‘mengemis’. “Saya menyebut anak bangsa mengemis karena ada yang lebih ekstrem dijual dan diperbudak. Saya sebut istilah babu karena ada yang lebih ekstrem dibunuh dan disekap serta ditindak,” katanya.

Dia kemudian meminta maaf atas ucapannya karena banyak yang marah. Selain itu dia juga menghapus cuitannya tersebut.

Berita tentang Fahri yang melecehkan TKI itu menjadi viral di media sosial. Di mesin pencari Google berita itu menjadi trending topic. Pengamatan Obsessionnews.com di Google Trends wilayah Indonesia pada Rabu (25/1) hingga pukul 11.17 WIB berita tersebut dicari lebih dari 5.000 kali. (arh)

Sumber 1

Sumber 2

 

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.