Momen Langka di Alor: Mawar Si Dugong Ditemani Bayi Dugong di Pantai Mali

Momen Langka di Alor: Mawar Si Dugong Ditemani Bayi Dugong di Pantai Mali
Penampakan Dugong Mawar di Alor yang kerap dijumpai oleh wisatawan. (Foto Dok. WWF-Indonesia/Juraij)

Obsessionnews.com —Laut tenang di Pantai Mali, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, menjadi saksi momen langka. Seekor bayi dugong (Dugong dugon) terekam kamera sedang berenang bersama dua dugong dewasa yang dikenal masyarakat setempat sebagai Mawar dan Melati.

Rekaman berdurasi kurang dari satu menit itu memperlihatkan Mawar, dugong jantan yang sudah lama mendiami perairan Mali, tampak seperti menggendong bayi dugong di punggungnya, lalu berenang bersama Melati. Momen ini berhasil direkam oleh Engky Bain, anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola (FKNK).

Ketua FKNK, Onesimus La’a, mengonfirmasi penampakan tersebut. “Kami sering melihat Melati dan bayinya dari jauh, tapi baru kali ini bisa didokumentasikan dengan jelas. Ini tanda bagus bahwa padang lamun di sini sehat dan cukup untuk mendukung hidup tiga ekor dugong,”ujarnya.

Dugong atau sering disebut “sapi laut”merupakan mamalia laut herbivora yang hidup di perairan dangkal dan hanya memakan lamun (seagrass). Spesies ini berperan penting menjaga keseimbangan ekosistem laut, karena padang lamun adalah habitat penting bagi banyak biota, mulai dari ikan kecil hingga penyu. Populasi dugong di dunia terus menurun akibat kerusakan lamun, perburuan, dan aktivitas kapal. Saat ini, dugong berstatus Rentan Punah (Vulnerable) menurut daftar merah IUCN dan dilindungi penuh oleh pemerintah Indonesia.

Menurut Ranny R. Yuneni, Koordinator Nasional Program Spesies Laut Dilindungi WWF-Indonesia, kemunculan bayi dugong di Alor menunjukkan kualitas ekosistem yang masih baik. “Padang lamun di Mali memiliki tutupan 73–76% dan delapan jenis lamun, termasuk Halophila ovalis yang merupakan makanan favorit dugong. Ini bukti bahwa lingkungan di Alor masih mampu menopang kehidupan mamalia laut,”jelasnya.

WWF-Indonesia bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan UPTD Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor akan melaksanakan survei mamalia laut tahun ini untuk memantau populasi dugong, lumba-lumba, dan paus.

Direktur Konservasi Spesies dan Genetik KKP, Sarmintohadi, menyebut kelahiran bayi dugong ini sebagai kabar baik dari timur Indonesia. “Ini bukti bahwa konservasi berbasis masyarakat membuahkan hasil. Dugong hanya akan berkembang biak di laut yang aman dan sehat,”ujarnya.

Kemunculan bayi dugong di Pantai Mali menjadi simbol harapan: ketika laut dijaga bersama, kehidupan akan terus berlanjut bahkan untuk makhluk laut yang paling lembut sekalipun. (Ali)