Kemendag Lepas Ekspor Perdana Peralatan Rumah Tangga dan Furnitur ke Guyana

Kemendag Lepas Ekspor Perdana Peralatan Rumah Tangga dan Furnitur ke Guyana
Pelepasan ekspor dilakukan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/8) Foto Dok. Huma Kemendag)

Obsessionnews.com – Indonesia kembali menorehkan langkah penting dalam memperluas pasar nontradisional. Kementerian Perdagangan melepas ekspor perdana produk peralatan rumah tangga dari plastik ke Guyana, Amerika Selatan. Produk yang diekspor diproduksi PT Benteng Mas Persada (BMP) dan senilai USD 23 ribu atau sekitar Rp374 juta, dengan total 4.432 jenis produk meliputi piring, mangkuk, gelas, ember, hingga toples, dan volume pengiriman mencapai 70 meter kubik (cbm).

Pelepasan ekspor dilakukan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/8). Momentum ini sekaligus menandai keseriusan pemerintah dalam mendorong diversifikasi pasar ekspor Indonesia agar tidak hanya bergantung pada negara mitra utama.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Fajarini Puntodewi, dalam sambutannya menegaskan bahwa capaian ini menunjukkan adanya peluang nyata di negara-negara yang selama ini jarang disasar eksportir nasional.

“Ekspor perdana PT BMP membuktikan bahwa produk rumah tangga Indonesia mampu menembus pasar Guyana, sebuah negara dengan potensi besar di Amerika Selatan yang selama ini belum banyak dijajaki. Ini momentum penting bagi para eksportir untuk lebih berani mengeksekusi peluang di pasar baru,” kata Puntodewi dalam sambutan virtual.

Menurutnya, produk peralatan rumah tangga plastik memiliki karakteristik unik, yaitu permintaan stabil dan berkesinambungan. Pasarnya tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, melainkan juga sektor hospitality, restoran, hingga ritel modern. Dengan kualitas yang konsisten dan harga kompetitif, produk asal Indonesia berpeluang merebut pangsa lebih luas di kawasan tersebut.

Puntodewi menekankan, keberhasilan PT BMP mengekspor ke Guyana harus menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lain. Indonesia, katanya, tidak boleh hanya bertumpu pada pasar tradisional seperti ASEAN, Jepang, atau Amerika Serikat. Negara-negara Amerika Selatan, Afrika, hingga Timur Tengah perlu dijadikan target baru untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekspor nasional.

“Pelepasan ekspor dari Surabaya ini bukan hanya transaksi komersial, melainkan simbol semangat kita untuk menembus pasar global dengan lebih luas. Indonesia harus berani masuk ke negara-negara baru yang strategis, sekaligus memperkuat posisi kita di Amerika Selatan,” lanjut Puntodewi.

Kementerian Perdagangan juga memberi perhatian serius agar keberhasilan ekspor perdana ini tidak berhenti di satu transaksi. Direktur Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur, Deden Muhammad FS, menegaskan Kemendag terus mendukung BMP melalui fasilitasi promosi pada berbagai pameran internasional, baik di dalam negeri maupun luar negeri, serta kegiatan business matching dengan buyer potensial.

“Ke depan kami berharap BMP semakin memperluas penetrasi, tidak hanya ke Guyana, tetapi juga ke pasar potensial lain di Amerika Selatan dan Afrika. Kemendag juga telah menyiapkan pelatihan kapasitas ekspor agar UMKM dan perusahaan nasional semakin siap menembus pasar global,” ujar Deden.

Ia menambahkan, sepanjang Januari–Juli 2025, program inisiasi ekspor UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (BISA Ekspor) berhasil memfasilitasi 410 kegiatan business matching dengan potensi transaksi mencapai USD 90,04 juta. Angka ini menjadi bukti bahwa dukungan pemerintah berperan langsung dalam membuka akses pasar baru bagi pelaku usaha.

Presiden Direktur PT BMP, Melinda Wijono, menyampaikan rasa syukur sekaligus tekad perusahaan untuk terus memperkuat kiprahnya di pasar global. Menurutnya, dukungan pemerintah sangat membantu perusahaan dalam memahami dinamika pasar internasional, memenuhi standar, serta menjaga kualitas produk.

“Kami berkomitmen menghadirkan produk rumah tangga yang berkualitas tinggi, inovatif, dan berdaya saing. Sinergi antara dunia usaha dan pemerintah menjadi kunci agar produk Indonesia semakin diterima luas di dunia. Kami optimistis, dengan langkah ini, PT BMP bisa memperluas jangkauan ke berbagai negara lain,” ujar Melinda.

Data Kemendag menunjukkan, hubungan dagang Indonesia dan Guyana terus tumbuh pesat. Pada semester I 2025, total perdagangan kedua negara mencapai USD 2,7 juta, meningkat 46,20 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Ekspor Indonesia ke Guyana sendiri tercatat naik 62,25 persen, dengan nilai USD 2,7 juta.

Produk peralatan rumah tangga dan furnitur plastik (HS 392410) asal Indonesia sejatinya sudah beredar di Guyana sejak 2022, meski dengan nilai yang masih terbatas. Pada Januari–Juni 2025, ekspor produk tersebut baru mencapai USD 17 ribu, dan pada 2024 Indonesia tercatat masih berada di posisi kesembilan sebagai pemasok. Dengan ekspor perdana BMP ini, peluang untuk naik peringkat dan memperbesar pangsa pasar kian terbuka.

Pelepasan ekspor perdana ini memperlihatkan arah baru strategi perdagangan Indonesia: mendiversifikasi tujuan ekspor, memperkuat peran UMKM dan industri nasional, serta meningkatkan daya saing produk di pasar nontradisional.

Guyana mungkin negara kecil dengan populasi sekitar 800 ribu jiwa, tetapi posisinya strategis di kawasan Karibia dan Amerika Selatan. Jika pasar ini berhasil dikuasai, produk Indonesia berpeluang masuk ke negara tetangga seperti Suriname, Trinidad & Tobago, hingga Brasil.

“Ke depan, keberhasilan seperti ini harus diperbanyak. Ekspor ke Guyana adalah pintu masuk bagi produk Indonesia di Amerika Selatan, dan sekaligus sinyal bagi dunia bahwa industri nasional kita siap bersaing,” pungkas Puntodewi.  (Ali)