Dari Kopi Hingga Kerajinan, Indonesia Bersinar di China Lanzhou Investment and Trade Fair 2025

Obsessionnews.com —Aroma kopi khas Nusantara menyeruak dari sudut Paviliun Indonesia dalam ajang bergengsi The 31st China Lanzhou Investment and Trade Fair (CLITF) 2025, yang berlangsung pada 6–10 Juli 2025. Di tengah hiruk pikuk Gansu International Convention and Exhibition Center, Indonesia tampil memukau sebagai Guest Country of Honor, menyuguhkan bukan hanya produk unggulan, tapi juga semangat diplomasi ekonomi kreatif yang membanggakan.
Tidak sekadar pameran, keikutsertaan Indonesia di CLITF 2025 membukukan potensi kerja sama bisnis senilai USD 360 ribu (setara Rp 5,86 miliar) dari transaksi business-to-business (B2B). Potensi terbesar berasal dari produk biji kopi yang telah dipanggang (roasted), yang kian digemari pasar Tiongkok, khususnya kawasan Barat Laut seperti Lanzhou, Xi’an, dan Yinchuan.
“Partisipasi Indonesia kali ini bukan hanya soal penjualan langsung, melainkan membuka jalan panjang kolaborasi dengan mitra dagang strategis di kawasan yang selama ini belum maksimal dijangkau,”ujar Budi Hansyah, Atase Perdagangan RI di Beijing.
Paviliun Indonesia menempati lahan seluas 162 m²di Zona Silk Road International Cooperation. Dengan nuansa tropis, dekorasi tradisional modern, dan ragam produk yang ditampilkan, Indonesia menjelma menjadi primadona pameran. Produk-produk seperti kopi kemasan, mi instan, makanan ringan, sarang burung walet, batik, perhiasan, gaharu, serta minyak aromaterapi mendapat sambutan meriah dari pengunjung lokal dan internasional.
Tidak hanya B2B, Indonesia juga mencatatkan penjualan ritel langsung senilai USD 12.360 atau sekitar Rp 201 juta. Pembeli individu membeli langsung kopi kemasan, baju batik, hingga aksesoris dan makanan ringan, menandai antusiasme pasar yang kuat terhadap kualitas dan estetika produk Indonesia.
Keikutsertaan ini menjadi semakin istimewa dengan dukungan 16 perusahaan ternama seperti Indofood, Nabati, United Harvest China Co., John Andrew Coffee, dan lainnya. John Andrew Coffee, misalnya, mencatat potensi transaksi terbesar—sekitar 75% dari total potensi. “Pasar Tiongkok Barat Laut sangat menyukai kopi Indonesia yang unik dan berkarakter. Kami menjalin kesepahaman awal untuk suplai reguler ke Lanzhou,”ujar Yenny, perwakilan perusahaan tersebut.
Sebagai Guest Country of Honor, Indonesia memperoleh posisi strategis dalam arena pameran. Panggung besar, kunjungan resmi dari Pemerintah Provinsi Gansu, hingga eksposur media lokal memberikan nilai tambah yang besar bagi promosi produk Indonesia. Duta Besar RI untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun, membuka langsung Paviliun Indonesia yang juga dihadiri pejabat dari Kota Lanzhou dan Kemenko Bidang Pangan RI.
Ajang CLITF bukan sembarang pameran. Dikenal sebagai salah satu forum perdagangan terbesar di Tiongkok Barat Laut sejak 1993, pameran ini menjadi titik temu penting sektor pertanian modern, energi baru, budaya, dan perdagangan internasional. Momentum ini sejalan dengan strategi Indonesia untuk menembus pasar non-tradisional Tiongkok dan memperkuat daya saing UMKM serta industri kreatif tanah air.
Dalam konteks perdagangan bilateral, hingga Mei 2025 Tiongkok tetap menjadi mitra ekspor utama Indonesia dengan nilai ekspor nonmigas mencapai USD 24,25 miliar atau sekitar 22,9% dari total ekspor nonmigas nasional. Komoditas utama seperti besi baja, batu bara, nikel, dan kelapa sawit tetap mendominasi, namun komoditas seperti kopi dan kerajinan mulai menempati ruang ekspor baru.
Pemerintah Tiongkok yang tengah menggiatkan inisiatif Made in China 2025 untuk memperkuat kemandirian industri, membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengisi kebutuhan bahan baku dan produk konsumen yang berkualitas dan ramah lingkungan. Dalam hal ini, Indonesia hadir tidak hanya sebagai mitra dagang, tetapi juga sahabat budaya dan mitra strategis pembangunan ekonomi kawasan. (Ali)