Prof. Dr. Anter Venus dan Transformasi Memimpin Dengan Hati Menuju Indonesia Emas

Prof. Dr. Anter Venus dan Transformasi Memimpin Dengan Hati Menuju Indonesia Emas
Prof. Dr. Anter Venus, MA. Comm. - Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ), (Foto Dok. Razak)

Obsessionnews.com - Di balik gerbang megah Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jakarta (UPNVJ), berdiri sosok rektor yang tak hanya cerdas dan karismatik, tetapi juga memimpin dengan hati. Dialah Prof. Dr. Anter Venus, MA. Comm.—seorang akademisi yang menyadari sejak dini bahwa pendidikan bukan semata proses mencerdaskan, melainkan membentuk karakter dan membangun peradaban.

Intelligence plus character—that’s the goal of true education,”kutip Prof. Venus dari Martin Luther King Jr. Kutipan ini bukan sekadar moto baginya, tapi menjadi pijakan dalam membangun arah kebijakan dan wajah baru UPNVJ.

Dalam kepemimpinannya, UPNVJ mengalami lompatan transformasi. Dari perguruan tinggi negeri yang baru disahkan pada 2014, kini UPNVJ masuk jajaran kampus BLU terbaik kedua nasional dari 34 perguruan tinggi. Tak hanya unggul secara administratif, ada 16 prodi yang sudah terakreditasi internasional oleh FIBAA dan ASIIN Germany dan WFME -LAMPTKes. Tahun 2025 ini dua prodi fakultas Teknik yang sudah terakreditasi unggul juga mengikuti akreditasi Internasional IABEE, sisanya menyusul ke arah “unggul”. 

Namun, di balik capaian itu, Prof. Venus punya mimpi lebih dalam: membentuk kampus sebagai enriched learning environment—lingkungan belajar yang hidup, dari kelas, kantin, hingga toilet. “Kampus bukan tempat kuliah semata. Tapi ruang peradaban. Di sinilah manusia belajar berpikir, bertindak, dan menjadi,”ujarnya.

Poster gizi di kantin, panduan etika di ruang publik, hingga kebersihan toilet menjadi media pembelajaran. “Kalau buang sampah di tempatnya, itu sudah bagian dari bela negara,”ucapnya sambil tersenyum.

Menghadapi derasnya arus teknologi dan disrupsi, Prof. Venus sadar bahwa kecerdasan saja tak cukup. Generasi muda harus dibekali kompetensi abad 21: berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, kolaborasi, dan tentu saja keterampilan digital.

Namun, menurutnya, yang tak kalah penting adalah karakter: pola pikir etis, jiwa kewirausahaan, dan growth mindset. “Kami ingin membentuk lulusan yang tidak hanya siap kerja, tapi siap hidup, siap berkontribusi,”tegasnya.

Milestone UPNVJ 2025–2029 difokuskan pada riset berdampak dan kewirausahaan. Visi ini bukan sekadar visi institusi, melainkan gerakan kolektif seluruh civitas akademika. “Semua harus terlibat. Pendidikan karakter itu tidak bisa diajarkan dalam ceramah saja, tapi lewat teladan dan sistem,”tambahnya.

Lahir dari keluarga guru, Anter Venus kecil sudah terbiasa berdiskusi dan membaca buku sastra berat sejak SD. Novel seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck atau Atheis menjadi bacaan masa kecilnya. Kecintaan pada ilmu menjadi napas hidupnya.

Sempat bekerja di dunia korporasi setelah lulus dari Universitas Padjadjaran, jiwa pendidiknya memanggil kembali. Ia memilih menjadi dosen, lalu meniti karier akademik dari bawah: kepala prodi, dekan, wakil rektor, hingga kini menjabat sebagai Rektor.

“Menjadi dosen itu bukan pekerjaan, tapi cara hidup. Pilihan hidup. Saya hidup dengan prinsip akademisi: berpikir, membaca, meneliti, menulis, dan mengabdi,”katanya mantap.

Sebagai kampus dengan identitas Bela Negara, UPNVJ mengusung pendekatan modern. Bela Negara di sini bukan baris-berbaris atau slogan, melainkan tindakan nyata sehari-hari. “Menjaga kebersihan, menghormati perbedaan, tidak menyebar hoaks, mengantre—itu semua bentuk bela negara,”ujarnya.

Bersama tim, ia mengembangkan indeks implementasi bela negara yang bisa digunakan untuk mengukur jiwa patriotisme di berbagai institusi. Tak hanya itu, UPNVJ juga melahirkan buku-buku Bela Negara dari berbagai perspektif: politik, hukum, kedokteran, hingga komunikasi.

“Di era disrupsi ini, mempertahankan negara tidak cukup dengan senjata. Tapi juga dengan pikiran dan etika,”katanya.

Ketika kecerdasan buatan (AI) makin mudah diakses, Prof. Venus tak melarang penggunaannya bagi para mahasiswa. Tapi ia mengedepankan integritas. Di UPNVJ, mahasiswa dibekali pemahaman etika penggunaan AI: membuat parafrase, memperluas konteks, menyebut sumber, hingga diskusi langsung dengan dosen.

“AI itu alat bantu, bukan pengganti otak. Kalau kita malas berpikir, maka teknologi malah membuat kita tumpul,”tegasnya.

UPNVJ juga tengah mengembangkan sistem deteksi AI dan menyiapkan kebijakan akademik agar teknologi mendukung pembelajaran, bukan merusaknya.

Di akhir wawancara, Prof. Venus mengungkapkan bahwa filosofi kepemimpinannya adalah “memimpin dengan hati”. Ia percaya, bangsa Indonesia bukan sekadar hidup dengan logika, tapi juga rasa. “Orang Indonesia memperhatikan, bukan memikirkan. Mereka membaca dalam hati, bukan hanya di pikiran. Jadi kepemimpinan di negeri ini harus hadir sepenuh hati,”ujarnya sambil tersenyum.

Baginya, hati bukan hal sentimentil, tapi sumber nilai dan keputusan. Karena itu, di UPNVJ, empati menjadi salah satu nilai dasar kepemimpinan—mulai dari rektor hingga kepala program studi.

Menuju Indonesia Emas 2045, UPNVJ bukan hanya tempat belajar. Ia menjadi rumah bagi jiwa-jiwa muda yang siap membangun negeri. Dengan pendekatan berbasis karakter, teknologi, dan nasionalisme, Prof. Venus ingin UPNVJ menjadi kampus rujukan nasional.

“Kita tidak butuh lulusan yang sekadar cerdas. Kita butuh generasi yang jujur, berani, dan mau berkontribusi. Jika dua hal ini—kompetensi dan karakter—menyatu, maka Indonesia Emas 2045 bukan hanya mimpi,”tutupnya. (Ali)