Pengumuman APBN Molor karena Data Tak Stabil, Negara Defisit Rp31,2 triliun

Pengumuman APBN Molor karena Data Tak Stabil, Negara Defisit Rp31,2 triliun
Menkeu Sri Mulyani. (X)

 

 

Obsessionnews.com - Setelah tertunda, Kementerian Keuangan akhirnya melaporkan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara periode Januari 2025 kepada publik. Molornya pengumuman dikarenakan data tak stabil. Kinerja APBN hingga 28 Februari 2025 defisit Rp31,2 triliun (0,13%) dari PDB.

 

Menkeu Sri Mulyani menilai defisit yang dialami masih dalam target APBN 2025. Pemerintah menargetkan defisit Rp616,2 triliun atau 2,53% terhadap PDB. Sementara kondisi APBN pada 31 Januari 2024 mengalami surplus Rp35,12 triliun atau 0,16% terhadap PDB.

Baca Juga:
Segera Rilis APBN Kita

"Terjadi defisit Rp31,2 triliun untuk posisi akhir Februari atau sebesar 0,13% dari PDB," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (13/3).

 

Terjadinya defisit menandakan pendapatan negara lebih kecil dibanding pengeluara. Namun dalam keseimbangan primer tercatat masih surplus Rp48,1 triliun. Sementara penerimaan pajak Januari 2025 hanya terealisasi Rp88,89 triliun atau turun 41,86% dibandingkan Januari 2024 yang mencapai Rp152,89 triliun.

 

Pendapatan negara hingga Februari 2025 terkumpul Rp316,9 triliun atau 10,5% yang berasal dari pajak, bea cukai, dan PNBP. Angka belanja negara mencapai Rp348,1 triliun atau 9,6% terhadap APBN berupa belanja pemerintah pusat yakni belanja K/L dan belanja non K/L, serta transfer ke daerah.

 

"Saya ingatkan kembali APBN didesain dengan defisit Rp616,2 triliun, jadi defisit 0,13% masih dalam target desain APBN sebesar 2,53% dari PDB," kata Sri Mulyani.

 

Pengumuman APBN Kita biasanya disampaikan paling lama tiga pekan setelah akhir bulan. Namun mengalami keterlambatan karena menunggu data stabil.  Artinya Sri Mulyani menyampaikan laporan untuk dua bulan sekaligus yakni Januari dan Februari 2025.

 

"Mungkin untuk menjelaskan beberapa hal kita melihat datanya masih sangat belum stabil karena beberapa faktor," ungkap Sri Mulyani tanpa merinci faktor-faktor yang dimaksud. (Erwin)