Mari Belajar Keselamatan Lalu Lintas dari Australia

Mari Belajar Keselamatan Lalu Lintas dari Australia
Indonesia perlu belajar dari Australia dalam mengendalikan kecelakaan lalu lintas. (Ilustrasi/Freepik)


Obsessionnews.com - Australia mampu mengendalikan tingkat kecelakaan lalu lintas hingga banyak negara meniru dan memelajarinya. Sementara Indonesia, masih bergelut dalam urusan perlindungan pengguna jalan. Apa yang bisa dipelajari dari Australia?

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, berdasarkan data Bureau of Infrastructure and Transport Research Economics (BITRE) 2023, terdapat 1.188 kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Australia. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, namun tetap menjadi perhatian utama bagi Negeri Kangguru.

Baca Juga:
Pentingnya Kurikulum Pendidikan Keselamatan Berlalu Lintas

Menurutnya, keberhasilan Australia mengendalikan kecelakaan lalu lintas dipicu dari sejumlah faktor. Misalnya, infrastkruktur yang memadai. Australia memiliki jalan tol dan jalan raya dengan kualitas yang sangat baik.

"Jalan-jalan tersebut dirancang dan dipelihara dengan baik, dilengkapi dengan rambu lalu lintas yang jelas, lampu jalan, dan fasilitas keselamatan lainnya. Kondisi jalan yang baik meminimalkan risiko kecelakaan akibat jalan yang rusak atau tidak memadai," kata Djoko, di Jakarta, Selasa (11/2).

Australia juga menerapkan penegakan hukum yang ketat terhadap peraturan lalu lintas. Tindakan tegas seperti tilang dan penalti berat diberlakukan untuk pelanggaran seperti ngebut, mengemudi dalam keadaan mabuk, atau menggunakan ponsel saat mengemudi. Penegakan hukum yang tegas memberikan efek jera bagi pelanggar dan membuat pengguna jalan lebih berhati-hati.

Baca Juga:
Darurat Keselamatan Transportasi Jalan, Memohon Presiden Bertindak

Selain itu, pemerintah Australia juga aktif mengampanyekan keselamatan jalan dan menggelar pendidikan serta pelatihan tertib berlalu lintas. Bahkan pemerintah menerapkan teknologi modern seperti sistem pengereman anti-terkunci (ABS), kontrol stabilitas elektronik (ESC), kantong udara, dan sistem peringatan tabrakan untuk kendaraan.

Inisiatif
Faktor lain, Australia aktif menggunakan data dan penelitian. Data ini digunakan untuk mengidentifikasi tren dan faktor-faktor risiko kecelakaan, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan program keselamatan jalan yang lebih efektif. Penelitian tentang keselamatan jalan juga terus dilakukan untuk mencari cara-cara baru untuk mengurangi kecelakaan.

"Pemerintah Australia terus berupaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas melalui berbagai inisiatif," kata Djoko.

Inisiatif yang dimaksud antara lain meningkatkan keselamatan jalan di daerah pedesaan, karena level kecelakaan di kawasan tersebut cenderung lebih fatal dibandingkan di perkotaan sehingga perlu perhatian khusus. Pemerintah Australia juga peka terhadap pengembangan teknologi cerdas untuk diterapkan dan berkontribusi pada pengurangan kecelakaan lalu lintas di masa depan.

"Program pendidikan dan pelatihan keselamatan jalan terus ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keselamatan berlalu lintas," ungkap Djoko.

Penurunan tingkat kecelakaan lalu lintas di Australia, lanjutnya, merupakan hasil dari upaya kolektif pemerintah, masyarakat, dan industri otomotif. Namun, kecelakaan lalu lintas masih merupakan masalah yang perlu terus ditangani sehingga penangannya dilakukan secara berkelanjutan dan inovasi.

"Dengan kombinasi dari berbagai faktor ini, Australia telah berhasil menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas secara signifikan. Negara ini menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam upaya meningkatkan keselamatan jalan," katanya. (Erwin)