Konflik Iran-Israel, Kemungkinan Penggunaan Nuklir dan Posisi Indonesia

Obsessionnews.com - Ketegangan antara Israel dan Iran semakin meningkat selepas Israel melancarkan serangan peluru kendali (rudal) ke arah kota Isfahan, Iran, Jumat, (19/4/2024) pagi. Saling serang Israel dan Iran berawal dari aksi Israel yang menembakan rudalnya ke Kedutaan Besar Teheran di Damaskus, Suriah pada Senin (1/4) lalu yang menewaskan sejumlah perwira tinggi Iran. Aksi Israel itu dibalas Iran dengan memborbardir negeri zionis itu lewat 300 drone maupun rudal pada Sabtu (13/4). Baca juga: Hindari “Pertempuran”Besar, Prancis Cegat Drone dan Rudal Iran di Atas Yordania Menurut pengamat Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (UPH) Edwin Tambunan, serangan lanjutan kemungkinan akan dilancarkan oleh Israel kepada Iran. Namun, waktunya tidak dapat dipastikan. Dia pun menambahkan ada dua kondisi yang dapat menghalangi Israel melakukan serangan. “Pertama, apabila negara sekutu utamanya yaitu Amerika Serikat (AS) sama sekali tidak memberikan dukungan. Kedua, apabila dalam kalkulasi Israel efek dari serangan lanjutan justru destruktif bagi pencapaian kepentingan Israel dalam urusannya dengan Palestina maupun kepentingan regional jangka panjang,” ungkap Edwin saat dihubungi obsessionnews.com, Jumat (19/4). Edwin pun melanjutkan jika Israel tetap bersikukuh melakukan serangan, dipastikan negara-negara di dunia akan terbelah. “Israel akan tetap didukung oleh sekutu tradisionalnya yaitu AS, Inggris, dan sejumlah negara Barat lainnya. Sementara Rusia, dan mungkin China, bersama-sama dengan negara-negara yang anti-Barat akan berada di pihak Iran,” ujarnya. Jika skenario ini yang terjadi, maka dunia akan berada dalam kondisi perang dingin, sebut Edwin. Namun, dia menampik skenario ini akan terjadi. Pasalnya, saat ini tidak ada satu pun negara di dunia yang siap dengan perang. “Tapi, kita akan menyaksikan politik global akan terpolarisasi antara negara-negara Barat pro-Israel dan negara-negara anti-Barat,” tambahnya. Terkait dengan dukungan yang diberikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Iran beberapa waktu lalu, Edwin juga menyebut tiga kemungkinan dari dukungan tersebut. Pertama, secara literal Rusia mengakui tindakan Iran selaras dengan kepentingan regionalnya. Kedua, dukungan yang dinyatakan oleh Rusia diharapkan memberikan efek deterrence bagi Israel dan sekutunya, sehingga tidak akan melanjutkan serangan. Ketiga, dukungan yang disampaikan menyiratkan Rusia akan memberikan bantuan militer. “Mengingat situasi rumit yang sedang dihadapi Rusia di Ukraina, pernyataan dukungan Rusia kepada Iran lebih tepat dipahami dalam makna yang pertama dan kedua,” lanjut Edwin. Menyoal senjata nuklir yang dimiliki kedua negara tersebut, Edwin menyebut kecil kemungkinan Iran dan Israel akan menggunakan senjata tersebut. Ia berpendapat kehancuran bersama secara total (mutual assured destruction) akan menghalangi kedua negara itu untuk menggunakannya. “Tidak ada pemenang dalam perang nuklir,” katanya singkat. Lantas bagaimana dengan posisi Indonesia di tengah ketegangan di Timur Tengah? Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana membeberkan hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia. “Menlu Retno perlu segera menghubungi Menlu Iran dan meminta agar Iran tidak melakukan serangan balik karena bisa memicu perang lebih besar,” ungkapnya dalam keterangannya kepada obsessionnews.com, Jumat (19/4). Selain itu Menlu AS, China, Rusia, Prancis, dan Inggris perlu membawa Israel ke Dewan Keamanan (DK) PBB dan mengutuk serangan disertai dengan sanksi. Hikmahanto juga menyebut Menlu Retno Marsudi harus meyakinkan lima negara yang memiliki hak veto untuk memastikan Israel menghentikan serangan ke Gaza atau menghadapi konsekuensi Iran melakukan serangan balasan ke Israel. “Bila langkah ini tidak diambil oleh negara-negara anggota tetap DK PBB, maka perang di Timur Tengah akan bereskalasi dan berdampak buruk pada perdamaian dunia,” tutupnya. (Agnes)