Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti Tegaskan Negara Selalu Hadir dalam Layani Kesehatan Warganya

Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti Tegaskan Negara Selalu Hadir dalam Layani Kesehatan Warganya
Obsessionnews.com - Sebuah perjalanan luar biasa telah diukir oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam satu dekade terakhir. Momen ini bukan hanya semata merayakan pencapaian angka atau statistik, tetapi tentang perjalanan yang membentuk wajah kesehatan masyarakat Indonesia.   Salah satu pencapaian gemilang yang diungkapkan Direktur Utama (Dirut) BPJS Kesehatan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., AAK adalah peningkatan signifikan dalam akses pelayanan kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).   “Kami berkomitmen memberikan akses kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat Indonesia,” ujar Ghufron dikutip Obsessionnews.com dari Majalah  Men’s Obsession.   Dengan cakupan kepesertaan mencapai lebih dari 95% dari total penduduk Indonesia, BPJS Kesehatan berhasil memberikan perlindungan kesehatan kepada lebih dari 267 juta orang. Dalam upaya memperluas akses, BPJS Kesehatan telah menjalin kerja sama dengan 23.639 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas, Klinik, Dokter Praktik Perorangan, RS D Pratama dan Praktik Dokter Gigi, serta 3.120 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia, membentuk kerangka kerja solid untuk memberikan layanan kesehatan yang merata di seluruh negeri. Ghufron pun menyoroti pentingnya kolaborasi dengan pihak rumah sakit dan pelayan kesehatan lainnya. “Kerja sama yang baik dengan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)/rumah sakit memastikan pelayanan kesehatan kian optimal,” katanya. Pencapaian ini tidak lepas dari upaya besar dalam mendekati masyarakat melalui Program Petakan, Sisir, Advokasi, dan Registrasi (PESIAR). Dalam program ini, BPJS Kesehatan bekerja keras mendaftarkan masyarakat yang belum terjangkau jaminan kesehatan, memastikan bahwa setiap warga negara dapat merasakan manfaatnya. Selain itu juga dilakukan sinergi penegakan kepatuhan peserta dengan layanan publik sesuai Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.   Halaman selanjutnya     Pencapaian luar biasa juga terlihat dalam jumlah pemanfaatan layanan, yang mencapai 606,7 juta atau 1,6 juta pemanfaatan per hari pada tahun 2023. Ini tidak hanya mencerminkan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan, tetapi juga kesadaran akan pentingnya jaminan kesehatan. Namun, Ghufron juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam upaya ini. “Pemahaman masyarakat tentang pentingnya jaminan kesehatan masih menjadi PR besar bagi kami,” ungkapnya. Dia mengakui peran penting dari berbagai pihak yang bersedia bersama-sama membangun sistem jaminan kesehatan yang kuat. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan berkolaborasi dengan BPJS Kesehatan dalam perjalanan ini, termasuk para donatur dan filantropi yang turut serta mendaftarkan dan menanggung iuran masyarakat yang tidak mampu dalam Program Inovasi Pendanaan Masyarakat Peduli JKN (PIPMPJ),“ ujarnya. Ia menambahkan, kendali biaya, manajemen risiko, dan peningkatan kolektibilitas pembayaran menjadi kunci keberlanjutan keuangan BPJS Kesehatan.   Pentingnya pendekatan inovatif juga menjadi sorotan utama. BPJS Kesehatan mengadopsi berbagai inovasi, seperti antrean online, simplifikasi layanan bagi pasien hemofilia dan thalassemia, serta penerapan telemedisin. Menurutnya, inovasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga dalam hal memberikan solusi nyata bagi berbagai masalah yang dihadapi peserta. Untuk menghadapi tantangan kesehatan yang terus berkembang, BPJS Kesehatan tetap berkomitmen untuk menjadi garda terdepan. “Tantangan seperti pola hidup tidak sehat, penanggulangan penyakit berbiaya tinggi, dan peningkatan kesadaran kesehatan tetap menjadi fokus utama,” jelasnya. Respons positif dari peserta terhadap inovasi baru menjadi pendorong utama dalam penyempurnaan layanan. Ia juga memberikan gambaran mengenai rencana ke depan BPJS Kesehatan untuk meningkatkan layanan. “Dalam rangka meningkatkan mutu layanan kepada peserta JKN serta mencegah terjadinya fraud, BPJS Kesehatan akan menerapkan face matching dan Optical Character Recognition pada pelayanan PANDAWA,” tandasnya.   Halaman selanjutnya     BPJS Kesehatan akan meningkatkan sentralisasi layanan Informasi, dan pengaduan yang berasal dari Aplikasi Mobile JKN, Website, Chatbot, dan FKTP. Akan dikembangkan Sistem Informasi Pelayanan dan Pengaduan yang dapat menjawab pertanyaan peserta menggunakan kecerdasan buatan. BPJS Kesehatan juga menghadirkan berbagai inovasi kecerdasan buatan dan teknologi revolusi industri 4.0 hingga 5.0. Contoh konkretnya antara lain pengembangan fitur finger print dan face recognition, automatic fraud detection, automatic claim processing, dan berbagai teknologi lainnya.   Merangkum semua, Ghufron menggarisbawahi bahwa satu dekade JKN-KIS adalah titik balik dalam sejarah layanan kesehatan Indonesia. Meskipun berhasil mencapai prestasi gemilang, Ghufron mengakui bahwa perjalanan BPJS Kesehatan tidak lepas dari tantangan pemahaman, persepsi, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat, serta kepatuhan peserta masih menjadi fokus perbaikan. Ia menyatakan bahwa BPJS Kesehatan tidak berhenti pada pencapaian saat ini. Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan, BPJS Kesehatan siap memasuki babak baru yang lebih menantang. Melalui komitmen tanpa henti, BPJS Kesehatan berupaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas, menjadi landasan kemajuan dan kesejahteraan bersama.   Tiada Hari Tanpa Inovasi Satu dekade JKN adalah perjalanan panjang program jaminan sosial kesehatan dalam melakukan penataan dan perbaikan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat negeri ini. Dalam sepuluh tahun ini JKN dengan pelayanan BPJS Kesehatan telah membuktikan bahwa negara selalu hadir dalam melayani kesehatan warganya. Pelayanan kesehatan menjadi semakin mudah, cepat, dan setara, tak lepas dari inovasi yang terus menerus dilakukan BPJS Kesehatan kepada masyarakat.   Halaman selanjutnya   Hal ini ditegaskan Ali Ghufron Mukti dalam wawancara khusus dengan Giattri Fachbrilian dari majalah Men’s Obsession di ruang kerjanya. Berikut petikan wawancara dengan Ali Ghufron: Prof, ini sangat luar biasa ya, BPJS Kesehatan berhasil mencapai peningkatan drastis dalam layanan kesehatan tercatat sekitar 1,6 juta pemanfaatan per hari. Apa strategi jitunya, Prof?   Ya, strategi jitunya banyak sekali. Yang jelas banyak negara heran karena biasanya kita mengalami defisit, tetapi sekarang tidak hanya menjadi positif, kita juga memberikan down payment, uang muka sebelum diverifikasi. Sehingga masyarakat maupun dokternya merasa sedikit lebih bahagia. Happier paling tidak dibandingkan sebelumnya. Begitu pula dengan rumah sakit. Kami menjalin kerja sama dengan rumah sakit untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik. Melalui janji layanan tersebut, peserta akhirnya menjadi lebih percaya dan mutu pelayanan meningkat, meskipun belum sangat ideal. Peserta yang awalnya mendengar dari mulut ke mulut, kemudian bisa membuktikan sendiri. Sehingga pemanfaatan layanan meningkat signifikan sekitar 1,6 juta sehari. Sebelum tahun 2014, jumlahnya tidak mencapai 100 juta per tahun, sekarang 606 juta per tahun. Ini luar biasa peningkatannya memang. Apakah pesertanya juga mendapatkan layanan paripurna, Prof, tidak diskriminasi lagi?   Ya, kami berharap demikian. Tidak diskriminasi. Ukuran kita untuk transformasi mutu itu hanya tiga: mudah, cepat, setara atau tanpa diskriminasi. Meskipun terkadang ada oknum rumah sakit yang masih mempertahankan pola pikir lama.   BPJS Kesehatan berhasil mencapai jumlah peserta JKN sebanyak 267,8 juta jiwa melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah. Apa langkah-langkah jitunya?   Cukup banyak. Kami bekerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Selain itu kami punya berbagai macam inovasi bahkan di level desa. Ada program yang kita sebut sebagai PESIAR, yaitu Petakan, Sisir, Advocacy, lalu Registrasi.   Di tingkat desa, jika masih ada yang belum menjadi peserta, kami sisir, lalu bekerja sama dengan berbagai kementerian, termasuk kementerian desa, pemerintah desa, maupun lembaga-lembaga lain.   Halaman selanjutnya   Apakah pesertanya sudah merata di seluruh Indonesia? Ya, kita harapkan demikian. Meskipun mungkin di beberapa tempat masih belum optimal, tetapi di level desa. Luar biasanya, karena sekarang pakai KTP saja bisa mengakses seluruh fasilitas kesehatan, baik pemerintah maupun swasta yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Hampir seluruhnya itu kerja sama. Bisa dibilang, semuanya dimudahkan jadi lebih efisien dan efektif, Prof?   Betul, jadi kalau pemilu rame-rame masalah sistem informasi atau apa itu, kalau BPJS sudah beres. BPJS Kesehatan juga telah mempertahankan kesehatan keuangan hingga mencukupi 4,36 bulan estimasi pembayaran klien ke depan. Sedangkan dari targetnya sendiri minimal 1,5. Bagaimana pendapat Prof? Justru itu, banyak orang bertanyatanya bagaimana bisa kita dari defisit berubah positif. Pada tahun 2021 kita patut berterima kasih kepada para direksi manajemen sebelumnya yang membangun fondasi kuat sehingga arus kas positif. Tetapi benar-benar positif dalam pengertian aset neto kita mencapai lebih dari 4,6 pada tahun 2023 akhir. Hal itu disebabkan beberapa faktor. Pertama, memang ketika pandemi Covid-19, sehingga orang yang biasanya pakai, sedang tidak pakai. Demikian juga karena Covid-19, tentu ada anggaran yang merupakan tanggung jawab dari pemerintah. Kemudian tidak berhenti di sana, penyesuaian iuran sebelumnya terjadi dan efeknya tahun 2021. Lalu tidak hanya itu. Para manajemen sekarang ini pekerja sangat keras. Kita membangun sistem namanya anti fraud dan lain sebagainya, sehingga keuangan itu cukup. Bahkan cara collection rate yang belum pernah mencapai 98%, sekarang sudah 98%. Dengan melalui berbagai macam cara, baik itu via OVO, Indomaret, maupun berbagai macam bank, total ada 950 ribu lebih channel pembayaran. Jumlah 950 ribu ini jadi memudahkan dan tingkat pengumpulan premi menjadi jauh lebih tinggi.   Bagaimana BPJS Kesehatan mengelola dan meningkatkan kerja sama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama atau FKTP Dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan. Apa dampak dari peningkatan jumlah keduanya terhadap pelayanan kesehatan ini?   Tentu masyarakat akan semakin mudah mengakses pelayanan kesehatan, berkat kerja sama semakin luas. Bahkan FKTP atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, seperti klinik atau puskesmas jumlahnya sudah lebih dari 23.600 klinik atau puskesmas atau FKTP.   Situasi rumah sakit juga mengalami perubahan. Dulu, mohon maaf, rumah sakit kadang-kadang ragu bekerja sama dengan BPJS. Namun, sekarang banyak yang mengantre, baik itu rumah sakit pemerintah dan swasta. Tentu sekarang manfaat kerja sama bukan saja mempermudah akses pelayanan, tapi juga meningkatkan mutu layanan dan mengurangi jam atau waktu tunggu.   Dan tidak hanya itu, kecanggihan alat-alat kesehatan sekarang ini luar biasa meningkat. Memang masih menjadi PR terkait SDM, terutama dokter spesialis, tetapi kami yakin secara gradual, atau bertahap nanti bisa diperbaiki.   Halaman selanjutnya   Bicara soal inovasi, apalagi di era terkini sudah banyak yang telah diperkenalkan oleh BPJS Kesehatan antara lain pengambilan antrean online dan juga simplifikasi layanan bagi pasien hemofilia dan thalassemia serta telemedicine. Bagaimana inovasi ini meningkatkan pengalaman peserta JKN?   Saat kami baru masuk di sini, waktu tunggu antrean rata-rata 6 jam, bahkan sebelumnya sandal pun ikut antre. Sekarang sudah jauh lebih baik, waktunya lebih pendek, rata-rata 2,5 jam.   Waktu kami dampingi Presiden dan ditanya berapa menit, rata-rata 30 menit. Sebetulnya yang kami rekam sekitar 2-2,5 jam. Jadi, inovasi-inovasi itu sangat membantu, karena peserta bisa mengantre dari rumah. Ketika datang ke Faskes sudah tinggal pelayanannya. Tidak seperti jauh sebelumnya.   Masyarakat juga tidak perlu menunggu lama, dari 6 jam ke 2,5 jam kemajuan yang besar. Bukan begitu, Prof?   Meskipun masih ada juga yang inginnya datang, jika tidak datang, tidak puas. Sejak awal berjam-jam di sana, masih ada memang yang seperti itu.   Untuk ke depan apakah ada lagi inovasi yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan? Banyak. Betul, BPJS Kesehatan itu selalu berinovasi, bahkan nanti di sini akan ada Innovation Park atau Taman Inovasi. Kami bahkan punya jurnal dan tiada hari tanpa inovasi. Kami juga akan memberikan penghargaan atas berbagai macam upaya teman-teman ini, kerjasama dengan masyarakat, institusi yang punya inovasi, termasuk selalu memperbaiki, baik pelayanan ataupun administrasi dari BPJS Kesehatan. Untuk ke depan, inovasinya kita akan selalu memanfaatkan revolusi industri 4.0 bahkan 5.0 society. Digitalisasi akan kita upayakan. Bahkan misalnya dengan teknologi face recognition, supaya nanti jika peserta datang, hanya dengan muka pun bisa langsung dikenali atau diidentifikasi dengan mudah.   Inovasinya banyak juga, seperti aplikasi Pandawa, JKN, Call Center dan lainnya. Ya, ada bermacam-macam. Bahkan ada yang namanya Poros atau kesan. Sekarang, peserta BPJS dari seluruh Indonesia yang sudah 95,7%, setelah menerima pelayanan bisa memberikan kesan, atau memberikan penilaian dalam bentuk bintang. Mulai bintang 1, bintang 2, sampai bintang 5.   Jadi, dengan adanya rating itu juga bisa mengevaluasi, ya?   Betul. Rumah sakit bisa tahu, bila ratingnya kurang, maka harus dievaluasi.   BPJS Kesehatan juga sekarang sangat menjangkau masyarakat terutama anak-anak muda, dilihat dari kontenkonten di BPJS Kesehatan, bahkan viral. Bagaimana pandangan Bapak?   Banyak hal terutama yang kita amati di masyarakat adalah segmen-segmen tertentu. Contohnya, ada anak-anak muda yang gemar membuat konten yang bisa menyebar dengan cepat di media sosial. Nah, baru-baru ini terjadi satu kasus di sebuah rumah sakit di Jawa Timur. Ada seorang pembuat konten yang tidak menyadari bahwa BPJS telah mengalami banyak perubahan. Dia dengan sangat emosional menyampaikan bahwa ayahnya mungkin tidak akan mendapatkan layanan lagi dan bahkan bisa meninggal, sementara ada 180 orang lain yang juga terkena dampaknya. Kisah ini kemudian menjadi viral di mana-mana.   Hampir setiap hari, kami menerima pesan WhatsApp atau telepon terkait hal ini. Saya kemudian menghubungi pembuat konten tersebut dan menjelaskan bahwa kontennya tidak akurat. Baru setelah itu dia menyadari kesalahannya. Ironisnya, meskipun kontennya sudah diperbaiki, yang tetap menyebar adalah versi yang salah, bukan yang benar. Karena hal tersebut, akhirnya kami membuat konten khusus untuk mengklarifikasi informasi yang salah tersebut. Lagu konten tersebut kemudian diunggah di Youtube. Namun, memang jika kita ingin menggunakan profesional untuk membuatnya akan memerlukan biaya yang cukup besar. Karena keterbatasan anggaran, kami akhirnya membuatnya sendiri bersamasama dengan rekan-rekan dari BPJS.   Halaman selanjutnya   Apakah konten-konten yang dihadirkan oleh BPJS kesehatan itu sengaja dibuat ringan agar lebih bisa menjangkau masyarakat dari segala penjuru? Betul, tidak hanya konten viral. Sebagai contoh, saat kami mengalami defisit, beberapa dokter merasa kurang puas. Mereka para dokter menyanyikan lagu yang menyatakan kekecewaan terhadap BPJS. "BPJS Rasa Telo, BPJS Bikin Gelo." Kemudian kami membuat lagu "BPJS Rasa Duren, BPJS Keren." Lagu ini juga diunggah di Youtube. Perjalanan satu dekade itu bukan perjalanan singkat terbilang panjang juga. Dalam jangka waktu 10 tahun ini bagaimana BPJS Kesehatan berkontribusi pada perubahan sosial dan kesehatan masyarakat, apakah terdapat peningkatan signifikan dalam indikator kesehatan masyarakat seperti tingkat keberlanjutan kesehatan atau pencegahan penyakit? Jika kita menilik output dan outcome dalam hal kesehatan, faktornya menjadi terlalu banyak. BPJS Kesehatan diatur Undang-Undang untuk memberikan pelayanan yang sifatnya UKP, Upaya Kesehatan Perorangan. Namun, misalnya dalam kasus TBC, meskipun kita meraih juara kedua dunia, orang tidak tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab, karena ini adalah urusan kesehatan masyarakat yang sebenarnya bukan menjadi tanggung jawab BPJS. Meskipun begitu, BPJS tetap berupaya memikirkannya dan dengan konsep strategic purchasing, yaitu bagaimana seorang dokter memberikan pelayanan kepada pasien TBC, mulai dari memberikan notifikasi informasi, hingga memastikan pasien sampai sembuh, misalnya menggunakan alat Gene Expert. Setelah pasien sembuh diberikan insentif Saat ini, masalah yang sering terjadi adalah pasien hanya datang beberapa kali saja dan kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu lebih fokus pada peningkatan sistem pelayanan. Sebagai contoh, dahulu ketika seorang dokter melakukan operasi, seringkali rekam medisnya tidak jelas dan terburu-buru. BPJS menegaskan bahwa jika ringkasan rekam medis tidak jelas, mereka tidak akan membayarnya. Sekarang, tulisan rekam medis menjadi lebih jelas. Masih banyak lagi perubahan yang terjadi. Dahulu, proses rujukan seringkali tidak berjalan lancar, dan jika pun berhasil, di Puskesmas hanya dilakukan proses stempel. Sekarang, tidak hanya bicara soal proses rujukan, tetapi juga rujuk balik yang kami upayakan. Universal health coverage, bisa lebih? Belum lagi kalau kita bicara, mohon maaf, tentang orang miskin. Dulu ada pepatah ”Orang miskin dilarang sakit”, terjadi sebelum tahun 2014. Sekarang kami sampaikan, jika ada orang miskin sakit, mereka dilarang bayar asalkan mereka menjadi peserta BPJS. Orang miskin dilarang bayar asal menjadi peserta. Sekarang sudah 95,7% target tahun ini?   Ya, target tahun ini 98%. Tetapi tentu Ini memerlukan kerja sama dan kerja keras semua pihak. Jadi, kolaborasi untuk masyarakat yang belum menjadi peserta. Tentu ini merupakan sebuah tantangan. Sejak diluncurkan 10 tahun yang lalu, bagaimana BPJS Kesehatan menyaksikan perkembangan dan evolusi sistem layanan kesehatan di Indonesia. Apa pencapaian utama yang dianggap sebagai momen titik balik dalam perjalanan ini, Prof?   Iya saya kira pencapaian 95,7% itu tidak banyak negara bisa mencapai. Bahkan kalau bisa mencapai itu waktunya lama. Jerman, yang memulai sistem Asuransi Kesehatan Universal pertama kali dengan Autofone Bismarck pada tahun 1883, membutuhkan lebih dari 127 tahun. Begitu juga dengan Belgia, yang butuh 118 tahun. Di antara negaranegara yang termasuk cepat dalam mencapai Universal Coverage menurut Lancet, Korea hanya membutuhkan waktu 12 tahun. Sedangkan Indonesia hanya butuh 10 tahun untuk mencapai Universal Coverage. Sudah lebih dari 95% populasi dan lebih dari 423 Kabupaten/ Kota telah mencapai Universal Coverage. Bagi saya, hal ini luar biasa dan menunjukkan keberlanjutan dari program tersebut, berubah dari kondisi defisit menjadi positif. Mutu pelayanan yang dulunya sering didiskriminasi juga mengalami peningkatan. Sebelumnya, peserta BPJS yang sakit mungkin akan mendapat jawaban bahwa rumah sakit sudah penuh, atau paling hanya bisa dirawat inap maksimal 3 hari. Namun sekarang, hal-hal seperti itu sudah tidak terjadi lagi. Jika memang terjadi, sudah jauh berkurang atau perbaikannya sudah cukup signifikan.   Halaman selanjutnya     Dengan segala pencapaian yang ditorehkan oleh BPJS Kesehatan, BPJS Kesehatan itu Menjadi percontohan oleh negara-negara lain? Benar, bahkan setelah selesai menjadi Ketua TC Health, ISSA yaitu Technical Commission on Health Insurance, seharusnya jabatan tersebut diambil alih oleh Korea, tetapi Indonesia diminta kembali untuk mengisi posisi tersebut. Hampir setiap kurang dari sebulan, kita memberikan berbagai macam partisipasi dalam upaya membina bagaimana Jaminan Kesehatan di seluruh dunia dapat jadi semakin baik. Untuk itu, bulan depan kita akan mengadakan pertemuan ISSA yang berkaitan dengan teknologi informasi, termasuk inovasi dalam bidang Telemedicine dan hal-hal lainnya. Lokasi pertemuan ini di Bali. Saat ini, sudah lebih dari 300 partisipan dari 71 negara. Apa pesan yang ingin Prof sampaikan untuk masyarakat Indonesia? Masyarakat Indonesia perlu memahami pentingnya menjadi peserta BPJS. Hal ini merupakan realisasi dari nilainilai gotong royong yang merupakan bagian dari budaya Indonesia, kita dapat merasakan manfaatnya secara bersamasama oleh ratusan juta penduduk Meskipun mendoakan bagi orang yang sakit merupakan hal baik, itu tidaklah cukup. Kita perlu saling membantu melalui program (JKN-KIS). Oleh karena itu, saya mengajak lagi mereka yang belum menjadi peserta untuk segera mendaftar. Penting secara berkala memeriksa keaktifan kepesertaan BPJS kita. Jangan sampai kita lupa atau keanggotaannya tidak aktif, sehingga ketika kita membutuhkan pelayanan, kita baru sadar dan merasa kebingungan. Hal ini perlu dihindari. Saya kira pesan ini sangat penting: pertama, menjadi peserta bagi yang belum;kedua, cek keaktifan kepesertaannya. Demikian. (Men’s Obsession/arh)