Kolaborasi Pemangku Kepentingan Pariwisata Harus Dapat Tumbuhkan Kepercayaan Wisatawan

Kolaborasi Pemangku Kepentingan Pariwisata Harus Dapat Tumbuhkan Kepercayaan Wisatawan
Jakarta, Obsessionnews.comKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kembali menggelar webinar internasional yang membahas dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata dan kondisi menghadapi The New Normal pada Kamis (18/6/2020). Webinar sebelumnya membahas pandangan dari para industri hotel dan restoran, kali ini dari perspektif pelaku industri travel dan pariwisata di Asia Tenggara. Baca juga: Sambut New Normal, Pemprov Bali Siapkan Tiga Tahapan Ini Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf Frans Teguh mengatakan, pariwisata adalah sektor yang sangat terpukul akibat pandemi ini. International Air Transport Association (IATA) memperkirakan, Revenue Passenger Kilometers (RPK) di kawasan Asia Pasifik di 2020 akan turun sebesar 53,8 persen. Terlebih lagi berhentinya operasional maskapai penerbangan tentu berdampak sangat besar bagi agen perjalanan dan tour operator. “Kita tidak pernah tahu kapan perjalanan akan kembali dibuka, dan ketika perjalanan itu pun dibuka, kondisinya tentu sangat berbeda. Dibutuhkan pendekatan dan penyesuaian yang baik dari industri," kata Frans dalam keterangan tertulisnya yang diterima obsessionnews.com, Jumat (19/6). Baca juga: Kemenparekraf Dorong Pemandu Wisata Gunung Tingkatkan Kompetensi Menurut dia, industri pariwisata mendapat tantangan yang besar dalam pandemi ini. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah dan industry, baik di dalam negeri maupun kawasan untuk dapat membalikkan pandangan jika pariwisata akan menjadi sektor yang membutuhkan waktu paling lama untuk kembali normal. “Kolaborasi seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus dapat menumbuhkan kepercayaan wisatawan bahwa bepergian di situasi normal baru nantinya dapat tetap memberikan rasa aman dan nyaman,” ungkap Frans. Sementara itu, Deputy of President ASEAN Tourism Association (ASEANTA) Eddy Krismeidi Soemawilaga mengatakan, setiap negara di ASEAN memiliki situasi yang berbeda dalam menghadapi Covid-19. Meski demikian, kesiapan masing-masing negara dalam memasuki era normal baru pariwisata harus dapat seiring berjalan. Menurut dia, menanti kehadiran vaksin masih membutuhkan waktu yang lama. Tapi di saat yang bersamaan, ekonomi di industri ini harus dapat berjalan kembali dengan mengimplementasikan protokol kesehatan yang baik. "Jadi saya pikir implementasi normal baru adalah hal yang harus dijalankan, sebelum kita dapat memasuki situasi ketika vaksin telah berhasil ditemukan," kata Eddy. Kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus kepada industri pun juga bisa tetap dijalankan. Karena kepercayaan travelers di masa ini masih sangat lemah. Tidak hanya karena faktor keamanan dan kesehatan, tapi juga daya beli mereka masih rendah. "Sehingga benar-benar bisa memberikan rasa kepercayaan masyarakat yang tinggi. Untuk tahap awal bisa menyasar wisatawan domestik terlebih dahulu," kata dia. (Poy)