Menjadi anak tertua dari salah satu pahlawan Tanah Air Abdul Haris Nasution, Hendrianti Sahara Nasution Nurdin, dikenal sebagai seorang pegiat sosial dengan mengelola beberapa yayasan.
BERTEMAN dekat dengan orang tuanya sejak kecil, dia telah terbiasa melihat bentuk nyata rasa kepedulian sosial mereka. Sang ibu, Johanna Sunarti Nasution, telah terlibat dengan berbagai kegiatan sosial dengan mendirikan banyak yayasan sosial sejak Pak Nas masih hidup. “Yayasan yang ibu saya dirikan ada banyak sekali. Namun, yang saya urus sampai saat ini ada empat. Yayasan Kasih Ade, Yayasan Jambangan Kasih, Klinik Speech Therapy, dan Yayasan Dana Bantuan,” jelas perempuan yang akrab disapa Yanti ini.
Baca juga:Perjalanan Jenderal Besar TNI (Purn) DR AH NasutionPak Nas dalam Kenangan‘Legacy’ untuk Dunia dari Pak NasMenulis Hingga Akhir HayatAyah yang SempurnaSarung Kotak Sang Jenderal BesarSabar di Pukulan PertamaAH Nasution: Tuhan Maha Besar! Tuhan Masih Melindungi SayaJenderal Besar TNI DR AH Nasution “Sang Penyelamat NKRI”Mengenang 101 Tahun Jenderal Besar A.H. Nasution Kepada tim
Obsession Media Group dia menuturkan tentang keempat yayasan tersebut. Yayasan Kasih Ade merupakan lembaga yang dibangun dengan tujuan meringankan biaya pendidikan dengan pemberian beasiswa kepada anak-anak SD dan SMP. [gallery link="file" columns="1" size="full" ids="299792"]
Halaman selanjutnya Selain untuk anak-anak, kakak perempuan Ade Irma ini juga mengelola yayasan untuk masyarakat lanjut usia, Pusat Santunan Lanjut Usia (Pusaka). Yayasan yang sudah ada sejak bertahun-tahun silam tersebut menjadi bentuk nyata kasih sayang terhadap para orang tua di wilayah Jabotabek. Salah satu kegiatannya, yakni memberikan layanan pengobatan yang berlangsung setiap minggu. Saat momen lebaran, yayasan membagikan 2.000- 3.000 bingkisan hasil kerja sama dengan berbagai organisasi. Tidak bergerak sendiri, dia turut mengajak masyarakat dan teman-teman untuk menggalang dana. “Itu semua alhamdulillah berkat partisipasi teman-teman. Bahkan teman-teman ibu saya juga turut melakukannya dengan ikhlas. Kami mengumpulkan uang juga dari garage sale, dari baju-baju bekas yang dijual untuk membantu masyarakat sekitar. Alhamdulillah sumbangan selalu banyak,” ucapnya penuh syukur. Yayasan Dana Bantuan pun turut menjadi lembaga yang kini dipimpin olehnya. Beasiswa menjadi salah satu celah untuk terus menebar kebaikan lewat lembaga tersebut. Hingga saat ini sudah ada sedikitnya 350 anak di Cisarua Bogor dan Alhidayah di Cinere yang menerima beasiswa. Tidak hanya membantu masyarakat di Pulau Jawa, yayasan ini juga turut merangkul masyarakat di Nusa Tenggara Timur. Berbagai kegiatan sosial dilaksanakan di sana. Salah satunya dengan membangun berbagai fasilitas. Bentuk pengembangan lain juga dilakukan, seperti membangun rumah, pelatihan membuat gula jawa, memberikan alat-alat olahraga, bahkan terdapat empat Taman Kanak-Kanak (TK) yang menggunakan nama ‘Ade Irma’.
Halaman selanjutnya Dibesarkan dengan nilai-nilai agama yang kental oleh kedua orangtua, jiwa agamis tertanam dengan baik dalam diri Yanti. Hal tersebut tidak didapat dengan instan, dia dididik orang tuanya untuk memahami arti demi arti ayat-ayat Alquran yang kemudian menjadi cikal bakal pemahaman baik untuk mengiringi perjalanan kehidupan sebagai manusia bermanfaat. “Saya prihatin dengan keadaan Muslim di Nusa Tenggara. Hingga akhirnya yayasan kami juga menjalankan dakwah Islam ke wilayah tersebut untuk melatih kepandaian dan mendidik agama. Banyak sekali anak yang belum sekolah dan masih dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Selain di sana, saya juga sering mengirim buku dan kliping ke daerah-daerah, agar meningkatkan minat baca anak-anak. Mereka senang sekali. Ke depannya saya ingin membuka perpustakaan kecil di beberapa daerah,” tutur ibu empat orang anak dan nenek empat cucu ini penuh harap. Ada pula Klinik Speech Therapy untuk terapi bicara anak tuna wicara, anak autis, dan anak yang mengalami kesulitan belajar.
Halaman selanjutnya Yanti bersyukur keempat putrinya juga memiliki semangat berbagi yang sama. Sejak kecil, anak-anaknya telah menyaksikan kebaikan hati sang nenek dan hal itu sangat menginspirasi mereka. Dia berharap dapat terus menebarkan kebaikan. “Salah satu kebahagiaan saya para asisten rumah tangga di rumah kami yang sudah berpuluh tahun ikut keluarga saya, anak-anak mereka kami sekolahkan. Bahkan ada yang sampai D3 maupun S1, ada yang sudah PNS, bekerja di Klinik Speech Therapy dan lainnya. Alhamdulillah, dapat membantu kesejahteraan mereka,” katanya. Kini sepeninggal sang suami, Edward Nurdin, kesibukan perempuan yang hobi menjahit ini memang banyak diisi dengan mengurusi yayasan. Semua dilakukan tanpa lelah. Tingginya gairah berbagi seolah menjadi napas dalam hidupnya. “Empati adalah cara kita memahami orang lain dan berbagi menjadi cara mensyukuri hidup. Bagaimanapun juga hidup kita harus bermakna. Kalau banyak bersyukur, kita juga jadi lebih sehat dan bahagia,” tuturnya seraya tersenyum mengakhiri wawancara.
(Angie Diyya)