Sabtu, 27 April 24

Unsoed Dorong Indonesia Timur Swasembada Pangan

Unsoed Dorong Indonesia Timur Swasembada Pangan
* Prof.Ir.Totok Agung,DH.MP.PhD. (Direktur Program Pascasarjana Unsoed dan Dosen Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Unsoed) ajarkan cara bertanam padi gogo aromatik di sela pohon kelapa kepada Ir.H.Ali Ibrahim,M.Si., Walikota Tidore Kepulauan (paling kanan berbaju putih), Ka. Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Maluku Utara, Kepala Kejaksaan, Kepala Pengadilan Negeri, Kepala-kepala SKPD Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, Dekan Fakultas Pertanian Univ. Khairun, jajaran direksi PT.Tidore Sejahtera Bersama (Irjenpol. Purn. Hidayat Fabanyo, Petrus Tjandra, M.BA, Edwin Tjandra, Ph.D.) dan masyarakat Desa Akelamo, Kec. Oba Tengah, Kota Tidore Kepulauan.

Press Release
Setelah Unsoed sukses Panen Raya padi Aromatik di Desa Semangga, Distrik Tanah Miring, Kabupaten Merauke Provinsi Papua pada tanggal 5-6 Februari 2013, pada panen tersebut, varietas padi hasil penelitian UNSOED, yaituINPAGO JSPGA 136 menunjukkan hasil tertinggi (11 ton/ha). Selanjutnya untuk menuju Indonesia Timur swasembada pangan, Unsoed Kembangkan Sentra Produksi Benih Padi di Indonesia Timur lainnya yaitu di Kota Tidore Kepulauan Pulau Halmahera Provinsi Maluku Utara.

Perkebunan kelapa di Provinsi Maluku Utara menghadapi kondisi kritis akibat umur tanaman kelapa yang tak lagi produktif. Produksi yang mengalami penurunan tajam dan kehilangan hasil menjadi ancaman bagi petani kelapa. Peremajaan merupakan jawaban, akan tetapi hilangnya pendapatan petani selama menanti masa produktif menjadi permasalahan tersendiri.

Padi gogo aromatik yang ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman kelapa hingga mencapai masa produktifnya menjadi solusi terbaik bagi petani dan perusahaan pada peremajaan kebun kelapa di Kota Tidore Kepulauan. Di sisi lain, saat ini pemerintah sedang gencar meningkatkan produksi komoditas strategis melalui Upsus Pajale Babe (padi, jagung, kedelai, bawang merah dan cabe).

Peningkatan produksi padi sebagai bahan pangan utama tak lagi bisa mengandalkan lahan sawah irigasi. Pemanfaatan lahan kering termasuk perkebunan yang tersebar luas di luar Jawa sebagai areal tanam padi, jagung, dan kedelai akan mendukung upaya khusus tersebut menuju Indonesia swa sembada pangan.
Awal sinergi pemerintah daerah Kota Tidore Kepulauan, akademisi Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) Purwokerto Jawa Tengah, dan swasta PT. Tidore Sejahtera Bersama terbangun di Desa Ake Lamo Kecamatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan Pulau Halmahera Provinsi Maluku Utara dalam menghidupkan kembali industri berbasis kelapa diharapkan akan mampu meningkatkan akselerasi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Penanaman perdana bibit tanaman kelapa Genjanh Kuning Nias dan padi gogo aromatik Inpago Unsoed 1 pada hari, Kamis, 23 Maret 2017 menandai bangkitnya industri kelapa dan langkah strategis menuju menuju Indonesia Timur swa sembada pangan.
Prof.Ir.Totok Agung,DH.MP.PhD., Guru Besar Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menegaskan bahwa peningkatan produksi padi akan sulit untuk mencapai swa sembada jika hanya bertumpu pada sawah irigasi. Fakta menunjukkan sawah kita makin berkurang karena alih fungsi.

Laju pencetakan sawah baru selalu tidak mampu mengimbangi kehilangan sawah. Terutama di Jawa. Input teknologi untuk intensifikasi juga semakin mendekati kejenuhan. Waktunya untuk merubah paradigma.

Pilar Lumbung pangan kita tidak hanya di sawah. Sawah tetap penting. Tetapi tidak menjadi satu satunya pilar utama lumbung beras nasional. Kita punya ladang, punya lahan kering yang sangat luas dan dianugerahi hujan dan sinar matahari yang berlimpah ruah sepanjang tahun.
Pemanfaatan lahan kering yang masih luas untuk peningkatan produksi beras dapat menjadi prioritas pembangunan swasembada beras. Inpago Unsoed 1 yang merupakan padi gogo yang toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan wereng, sehingga sangat sesuai ditanam sebagai tanaman sela di lahan perkebunan kelapa di Tidore Kepulauan.

Tanam perdana yang dihadiri oleh tiga pimpinan daerah segitiga emas di Maluku, yaitu Walikota Tidore Kepulauan sebagai pemrakarsa, Walikota Ternate, dan Bupati Halmahea Barat semakin meneguhkan komitmen Indonesia Timur untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun swa sembada pangan.

Selama ini bahan kebutuhan pangan khususnya beras di Maluku diperoleh dari luar pulau, yaitu Makasar dan Manado. Ketergantungan dari pihak luar serta biaya transportasi yang tinggi dapat diatasi dengan memproduksi sendiri padi dengan memanfaatkan lahan di sekitar tanaman kelapa.

Tim UNSOED yang terdiri dari Prof.Ir.Totok Agung Dwi Haryanto,M.P.,Ph.D., Agus Riyanto,SP.,M.Si., Dyah Susanti,S.P.,M.P., ketiganya pemulia dan peneliti padi gogo aromatik dari Pusat Penelitian Padi dan Kedelai LPPM Unsoed serta Mustaufik,S.P.,M.P peneliti Gula Center Unsoed melaksanakan transfer teknologi kepada pemerintah daerah dan masyarakat Desa Ake Lamo tentang budidaya padi gogo aromatik dan pengolahan hasil kelapa.

Hasil kelapa dapat dimanfaatkan tidak hanya dalam bentuk kopra seperti yang biasa dilakukan masyarakat setempat dengan cara tradisional tetapi juga dalam bentuk air kelapa sebagai bahan baku minuman ringan, daging buah kelapa sebagai bahan baku industri vitgin coconut oil (VCO), serta nira sebagai bahan baku industri gula kelapa maupun gula kristal/brown sugar yang prospektif dikembangkan sebagai komoditas ekspor.

Peningkatan nilai tambah melalui pengolahan, diharapkan mampu menjadikan petani kelapa menjadi tuan di tanah sendiri, tidak seperti saat ini. Selain itu, pendapatan selama menunggu masa produktif kelapa Genjah Kuning Nias (kelapa unggul yang cepat berproduksi, tidak tinggi tanamannya dan kualitas nira terbaik) selama 3 (tiga) tahun pertama dapat diperoleh dari padi gogo aromatik yang dapat dipanen kurang dari empat bulan.

Kebutuhan bahan pangan terpenuhi, dan jika dijualpun memiliki pasar yang sangat luas karena selama ini beras diperoleh di luar pulau. Kebutuhan beras nasional 35 juta ton, aman jika ada cadangan 10 juta ton. Sawah Indonesia hanya 7 juta Ha, yang semakin menyempit karena tergerus alih fungsi lahan, dan pencetakan sawah baru tidak mampu mengimbangi laju konversi lahan.

Padi ladang menjadi mutiara yang terlupakan karena ladang tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah, padahal potensinya sangat besar. UNSOED yang melihat hal tersebut sebagai tantangan, merakit padi gogo aromatik yang produksinya tinggi di lahan kering, tahan kekeringan dengan rasa nasi yang enak, tekstur pulen dan wangi lembut.

Varietas unggul padi Inpago Unsoed 1 diharapkan dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis lahan kering menuju swasembada pangan di wilayah Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara, Indonesia Timur dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*)

Ir Alief Einstein M.Hum
Humas Program Pascasarjana
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.