Jumat, 26 April 24

Prabowo Bilang Petani Butuh Pupuk, Jokowi Pentingkan Pasar

Prabowo Bilang Petani Butuh Pupuk, Jokowi Pentingkan Pasar

Jakarta – Dalam debat capres-cawapres bertema ‘’Pangan, Energi dan Lingkungan’’ yang digelar KPU di Hotel Bidakara Jakarta, Sabtu (5/7/2014) malam, Rektor Universitas Diponegoro Prof Sudharto P Hadi PhD sebagai moderator melontarkan pertanyaan kepada pasangan Capres-Cawapres  Prabowo-Hatta soal membangun kedaulatan pangan, meningkatkan produksi pangan dengan meningkatkan produktivitas, bagaimana itu dilakukan dan bagaimana menghadapi dampak perubahan iklim?

Menjawab pertanyaan moderator, Prabowo mengatakan, pentingnya perbaikan pupuk. Dengan demikian produksi pangan dapat meningkat. Prabowo juga menyoroti hilangnya lahan pertanian sebanyak 60 ribu hektar per tahun. Menurut dia, berdasarkan data Kementerian Pertanian, pada tahun 2015 mendatang Indonesia akan butuh tambahan lahan sebesar 730 ribu hektar.

“Kalau bicara produktivitas, kita bicara intensifikasi lahan yang sudah ada dan menambah yang 60.000 hektar yang hilang. Ini tantangan besar. Bagaimana meningkatkan produktivitas, pertama perbaiki jenis pupuk,” ungkap Prabowo.

Karena itu, lanjut Prabowo, pertama harus memperbaiki jenis pupuk yang dipakai selama ini. Pupuk yang digunakan petani lokal saat ini masih tertinggal. “Kita harus pakai pupuk majemuk yang spesifik. Kita baru pakai yang umum, tak spesifik. Perlu ada pupuk untuk jagung, beras atau ubi. Bukannya satu pupuk untuk semua,” tambahnya.

Menurut Prabowo saat ini jenis pupuk di Indonesia masih ketinggalan. Seharusnya pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dan spesifik. Dengan pemberian pupuk majemuk, dapat meningkatkan produksi hingga 40 persen. Ini telah dibuktikan di 100 kabupaten dengan peningkatan produksi 41 persen.

“Perlu ada pupuk untuk jagung, beras, ubi, dan sebagainya. Tidak satu pupuk untuk semua. Seandainya kami menerima mandat, kami akan menambah 2 juta hektar lahan baru,” tandasnya.

Terkait kebutuhan tambahan lahan pertanian, Prabowo memaparkan, kalau rakyat dipercaya untuk memerintah maka pengadaan 2 juta lahan sawah baru akan jadi program utama. “Kami akan tambah 2 juta hektar sawah baru di Indonesia untuk hadapi puluhan ribu hektar yang sudah hilang. Intensifikasi, eksetensifikasi, distribusi, pengairan dan penambahan bendungan akan kami laksanakan,” janji Capres nomor urut 1 ini.

Menurut Prabowo, pupuk di Indonesia masih ketinggalan. “Kita baru menggunakan pupuk majemuk yang tidak spesifik, perlu pupuk untuk jagung, beras, ubi dan lainnya. Memberi pupuk majemuk yang umum saja, kita bisa meningkatkan produksi 40 persen. Kami akan menambah 2 juta ha sawah baru untuk mengganti 730 ribu sawah yang dikonversi. Intensifikasi, ekstensifikasi, distribusi, pengairan, penambahan bendungan. Kami siap melaksanakannya,” bebernya.

Pentingkan Pasar
Giliran kepada Jokowi-JK, moderator menanyakan bahwa berdasarkan visi dan misi Jokowi-JK akan membangun ketahanan pangan berbasis agribisnis kerakyatan dengan ekspor pertanian berbasis pengolahan, bagaimana upaya itu dan bagaimana strategi menghadapi liberalisasi perdagangan?

Jokowi menjawab, kalau pemerintahan mendatang harus memperhatikan pasar untuk mengekspor produk pertanian dalam negeri. Ia menilai perlunya upaya pemerintah dalam mempersiapkan pasar sebelum meningkatkan jumlah ekspor hasil pertanian atau bahan pangan. Menurut Jokowi, persoalan yang ada selama ini pemerintah tidak pernah mempersiapkan pasar untuk hasil pertanian.

Ia memisalkan, kalau pemerintah meminta petani menanam pepaya atau komoditas lainnya, maka harus ada pasar yang lebih disiapkan. “Pengelolaan pasca panen ini tidak pernah kita kerjakan. Kita mengereti problemnya, tapi yang belum ada hanya kemauan untuk selesaikan masalah itu. Pakar kita banyak, tanah subur dan petani siap, tinggal ada kemauan atau tidak. Kuncinya di niat dan kemauan,” tuturnya.

“Petani diperintahkan tanam pepaya, melon, dan semangka, tetapi pasarnya di mana? Petani itu asal diberi arahan, dikawal, diberi bibit, itu apa pun bisa. Persoalannya kita tidak pernah siapkan pasar oleh mereka. Kalau diperintahkan tanam pepaya, mestinya disediakan pasar ekstrak jus pepaya. Melon dan semangka, pasarnya mesti disiapkan” ungkap Jokowi

JK menambahkan, setiap ekspor tentu butuh nilai tambah, tentu melalui pengolahan. “Industri hilir harus dikembangkan dengan baik. Kalau daya saing, kita negara agraris yang baik. Maka yang dibutuhkan nilai tambah dalam bentuk dalam pengolahan,” terang Cawapres pendamping Jokowi.

JK Menyerang Hatta, Prabowo Ungkap JK
Pada awalnya menjawab pertanyaan moderator, JK menyayangkan Indonesia mengimpor 2,7 juta ton beras di tahun 2012. “2012 kita impor 2,7 juta ton, padahal 2008 swasembada pangan,” ungkap Mantan Ketua Umum Golkar..

Jokowi pun melanjutkan lontaran JK tersebut. Ia mempertanyakan soal impor beras 2,7 juta ton pada 2012. Sementara pada 2008, bisa terjadi swasembada. Jokowi menanyakan kepada Cawapres Hatta Rajasa mengingat ia adalah Menko Perekonomian di era SBY-Boediono dan Prabowo sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Hatta lantas menjawab pertanyaan Jokowi. Ia menukas, kalau melihat data dari tahun 2000 sampai sekarang, Indonesia tidak pernah mengimpor beras jika tidak terjadi krisis pangan atau gangguan yang genting.

Prabowo menambahkan, selama bertahun-tahun dirinya selaku Ketua Umum HKTI tidak bosan-bosanya mengingatkan pemerintah untuk menghentikan impor beras jika keadaan tidak mendesak yang saat itu JK menjadi Wapres sekaligus ketua umum Partai Golkar.

“Saya selalu ingatkan pemerintah (untuk tidak mengimpor). Tapi Pak JK ingat, waktu itu bapak selaku Ketua Umum Golkar dan saya sebagai anggota Golkar. Bapak pernah menegur saya karena statement saya menolak impor beras,” ungkapnya menyodok JK.

Pada kesempatan terpisah, pengamat pertanian Bustanul Arifin menegaskan, siapa pun presiden terpilih nanti akan dihantuimaka isu pangan pokok karena hingga saat ini Indonesia masih menjadi pengimpor pangan terbesar seperti gandum, jagung, kedelai dan gula. Ia menilai isu penting soal pangan bagi presiden terpilih adalah ketersediaan pangan dan distribusinya terutama 5 bahan pangan pokok seperti beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi. “Kalau ketersediaan bermasalah, siapa pun akan kesulitan,” tuturnya. (Ars)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.