Sabtu, 27 April 24

Perempuan Muda Terkaya di Dunia Ini Dijebloskan ke Penjara

Perempuan Muda Terkaya di Dunia Ini Dijebloskan ke Penjara
* Elizabeth Holmes. (Getty/BBC)

Elizabeth Holmes dijuluki “perempuan miliarder termuda di dunia” oleh majalah Forbes. “The next Steve Jobs” oleh Inc, majalah bisnis lainnya yang memajang wajahnya di sampul.

Pada 2014, Elizabeth Holmes, waktu itu usianya 30 tahun, dipuja-puja. Ia mendirikan perusahaan bernilai US$9 miliar (Rp128 triliun) yang disebut-sebut akan membawa revolusi dalam diagnosis penyakit.

Hanya dengan beberapa tetes darah, Theranos berjanji bahwa tes ini dapat mendeteksi kondisi kesehatan seperti kanker dan diabetes dengan cepat, tanpa perlu jarum suntik.

Para konglomerat, dari Henry Kissinger sampai Rupert Murdoch, ikut berinvestasi di perusahaan tersebut.

Namun pada 2015, kebohongan mulai terkuak, dan setahun kemudian, Holmes diekspos sebagai penipu. Teknologi yang ia gembar-gemborkan tidak berfungsi sama sekali, dan pada 2018 perusahaan yang ia dirikan pun kolaps.

Holmes, kini berusia 37 tahun, diancam hukuman 20 tahun penjara jika terbukti bersalah atas 12 dakwaan penipuan yang dilayangkan terhadapnya. Ia belum pernah mengungkapkan cerita dari sudut pandangnya.

Pengadilan Holmes, yang dimulai awal September ini menarik banyak perhatian; dan ia diperkirakan akan menyatakan dirinya tidak bersalah.

Dan dalam perkembangan yang tak disangka-sangka, akhir pekan ini kuasa hukum Holmes dikabarkan akan berargumen bahwa mantan pacar sekaligus mitra bisnisnya, Ramesh “Sunny” Balwani, melecehkannya secara seksual dan mengontrol emosinya pada waktu tindak kejahatan yang dituduhkan terjadi. Mereka berargumen bahwa perilaku itu melemahkan kondisi mentalnya.

Balwani, 56 tahun, yang menghadapi dakwaan yang sama, menyebut klaim tersebut “keterlaluan”. Balwani akan diadili pada Januari 2022.

Keputusan akan ada di tangan juri, apakah akan bersimpati atau bersikap tegas dalam menghakimi perempuan yang telah menipu banyak orang, dari negarawan sampai menteri.

Tekanan untuk sukses
Masih belum jelas mengapa Holmes mengambil risiko sebesar itu pada teknologi yang ia sendiri tahu tidak berfungsi, meskipun kisahnya telah menjadi topik sebuah buku, dokumenter HBO, dan serial televisi serta film.

Holmes dibesarkan di sebuah keluarga kaya di Washington DC, dan merupakan anak yang sopan namun pemalu, menurut orang-orang yang mengenalnya.

Inventor dan pengusaha Richard Fuisz, 81 tahun, berspekulasi bahwa Holmes menghadapi banyak tekanan untuk sukses. Keluarganya bertahun-tahun hidup bertetangga dengan Holmes namun mereka menjadi tidak akur ketika Theranos menggugatnya dalam perkara paten pada 2011 (yang sekarang sudah diselesaikan).

Orang tua Holmes menjalani sebagian besar karier mereka sebagai birokrat di pemerintahan AS namun “mereka sangat tertarik pada status” dan “hidup untuk jalin koneksi”, ungkapnya kepada BBC.

Pada usia sembilan tahun, Elizabeth muda menulis surat kepada ayahnya yang menyatakan bahwa hal yang “ia inginkan dalam hidup ialah menemukan hal baru, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh umat manusia”.

Ketika ia masuk ke jurusan teknik kimia Universitas Stanford pada 2002, ia mengembangkan ide tentang plester yang dapat mendeteksi infeksi pada penggunanya dan melepaskan antibiotik sesuai kebutuhan.

Pada usia 18 tahun, ia telah memperlihatkan kekerasan pendirian yang tampaknya terus ia miliki dan mendorong perusahaan yang ia dirikan pada tahun berikutnya.

Phyllis Gardner, pakar farmakologi klinis di Stanford, pernah berdiskusi dengan Holmes tentang ide plesternya dan mengatakan kepadanya bahwa itu “tidak akan berhasil”.

“Ia hanya menatap saya,” kata Dr. Gardner kepada BBC.

“Dan ia tampaknya yakin seratus persen akan kejeniusannya. Ia tidak tertarik dengan kepakaran saya dan itu membuat saya kesal.”

Ide yang memikat
Beberapa bulan kemudian Holmes keluar dari Stanford, usianya 19 tahun, dan meluncurkan Theranos, kali ini dengan ide melakukan tes darah lengkap hanya dari setetes sampel – gagasan yang revolusioner, jika terbukti berhasil.

Ide tersebut memikat orang-orang berpengaruh, yang kemudian berinvestasi di Theranos tanpa melihat catatan finansial yang telah diaudit.

Menteri Keuangan AS George Schultz, Jenderal Angkatan Darat terhormat James Mattis (yang belakangan menjadi bagian dalam pemerintahan Presiden Trump), dan keluarga terkaya Amerika, Waltons, termasuk para pendukungnya.

Dukungan itu memberi Holmes kredibilitas, begitu juga tingkah lakunya.

“Saya tahu dia punya ide brilian ini dan dia berhasil meyakinkan semua investor dan ilmuwan ini,” kata Dr. Jeffrey Flier, mantan dekan Sekolah Kedokteran Harvard, yang makan siang bersama Holmes pada 2015.

“Dia begitu percaya diri, namun ketika saya menanyakan beberapa pertanyaan tentang teknologinya tampaknya dia tidak mengerti,” imbuh Dr. Flier, yang tidak pernah menilai teknologinya secara formal.

“Kelihatannya sedikit aneh, tapi waktu itu saya tidak berpikir itu penipuan.”

Skandal Theranos mulai terkuak pada 2015, ketika seorang pembocor rahasia mengungkapkan kekhawatiran tentang alat tes yang dikembangkan perusahaan tersebut, Edison.

Surat kabar Wall Street Journal menulis seri berita ekspose yang mengklaim bahwa hasil tesnya tidak dapat diandalkan dan perusahaan tersebut telah menggunakan mesin-mesin yang dibuat oleh perusahaan lain dan tersedia secara komersial untuk melakukan sebagian besar tesnya.

Gugatan hukum pun menumpuk, para mitra memutus hubungan, dan pada 2016 regulator di AS melarang Holmes mengoperasikan jasa tes darah selama dua tahun. Pada 2018, Theranos bubar. (Red)

Sumber: BBC News

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.