Jumat, 26 April 24

Penguatan Parpol Sebagai Pembenahan Era Demokrasi

Penguatan Parpol Sebagai Pembenahan Era Demokrasi

Semarang, Obsessionnews – Partai politik (parpol) sebagai saluran aspirasi rakyat akhir-akhir ini menjadi sorotan publik lantaran tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Padahal partai politik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan berdemokrasi.

Itulah topik diskusi yang diadakan dalam seminar Internasional oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisanga bekerja sama Center for Election And Political Party (CEPP) di hotel Pandanaran pada Kamis (2/6/2016).

Hadir dalam acara tokoh kontroversial yang saat ini diperdebatkan sebagai pimpinan DPR RI, Fahri Hamzah membuka acara. Seminar dibuka dengan pemukulan gong sebanyak 9 kali oleh Wakil Rektor UIN Walisanga, Musahadi.

Menurut Fahri, penguatan partai politik di Indonesia perlu dipikirkan secara mendalam. Meski berakhirnya otoriteraisme era Orde Baru tidak membuat keadaan negara ini menjadi lebih baik.

“Dan ini karena kegagalan partai politik, kalau dulu partai politik dikendalikan oleh penguasa, sekarang partai politik yang diberikan hak untuk hidup toh tidak begitu baik,” kata dia usai memberikan sambutan.

Ia menilai, dengan kondisi partai politik yang tidak segera memperbaiki diri, maka Indonesia telah masuk dalam kegagalan bernegara. Sebab, jika partai politik gagal berbenah, maka sistem partisipasi rakyat yang ada akan blunder.

“Tradisi kita itu tradisi organisasi. Tradisi partai politik. Kalau partai politiknya gagal maka demokrasinya akan gagal,” paparnya.

“Hal inilah yang menjadi topik serius pertemuan ini,” sambung Fahri.

Ia berharap, para ilmuwan politik yang hadir dalam seminar bisa menyuguhkan sebuah solusi ataupun rekomendasi yang memberikan peringatan kepada pemimpin partai politik bahwa jika mereka gagal berpolitik maka negara Indonesia juga akan hancur.

Sementara Wakil Rektor 1 UIN Walisanga, Musahadi mengatakan, adanya acara ini menjadi tonggak bagi Fisip selaku prodi baru agar bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan demokrasi di Indonesia.

“Harapannya tentu saja supaya Fisip dapat mewarnai kehidupan politik di negara ini,” tandasnya menambahkan.

Seminar ini sendiri dihadiri sejumlah pakar politik baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa diantaranya Prof. Richard Chauvel dari Australia, Kevin Evans asal Griffith University dan Dra. Nuri S. Sannes dari Norwegia. Perwakilan negara sahabat juga hadir seperti Malaysia dan Vietnam. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.