Jumat, 26 April 24

Pengamat Prediksi Pandemi COVİD-19 di Indonesia Baru Akan Berakhir 2021

Pengamat Prediksi Pandemi COVİD-19 di Indonesia Baru Akan Berakhir 2021
* Pengamat politik internasional Arya Sandhiyudha. (Foto: dok. pribadi)

Prediksi TIDI Beberapa Kali Terbukti

Prediksi skenario 2021 yang dikeluarkan TIDI setelah melakukan serangkaian diskusi bersama para doktor dan pakar muda lintas disiplin ilmu.

“Ingat juga prediksi kita sebelumnya sudah beberapa kali terbukti. Misalnya soal kasus melewati angka empat ribu kasus, dan prediksi tersebut terbukti,” ucap Arya.

Ia mengatakan, meski PSBB adalah pilihan kebijakan paling longgar, namun tetap berhasil memberikan dampak penurunan aktivitas/kunjungan masyarakat ke tempat kerja, tempat rekreasi, tempat transit, tempat belanja/pertokoan/mall dan tempat parkir.

“Terbukti menekan aktivitas di tempat-tempat tersebut di atas sampai 80% dari periode sebelumnya. Sedangkan aktivitas di rumah atau tempat tinggal meningkat sampai mendekati 40%. Ini menunjukkan kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan PSBB. Meskipun, untuk tempat kerja penurunan hanya berkisar 40% alias masih ada 60% yang beraktivitas,” kata Arya.

Ia menyebutkan, bahwa dampak PSBB terhadap kasus COVID-19

sebelum penerapan PSBB, jumlah penduduk DKI Jakarta yang terkonfirmasi positif COVID-19 selama PSBB terjadi penurunan kasus baru selama PSBB. Angkanya telah mengikuti tren/garis regresi linier dengan R2 yang tinggi (0,9943).

Dalam kasus ini Arya mengatakan, perlu indikator yang hati-hati untuk menentukan apakah kita sudah saatnya relaksasi atau tidak di sebuah wilayah. Misalnya dengan menggunakan R real-time (Rt), yaitu ukuran tingkat reproduksi efektif, yang menunjukkan jumlah orang terinfeksi oleh orang yang sudah terinfeksi sebelumnya pada waktu t. Tentunya analisis kuantitatif ini musti dilengkapi analisa kualitatif soal perubahan prilaku dan pembatasan, karena pengetatan atau perubahan prilaku akan mengubah Rt. Jadi kalau Rt nya R>1 maknanya penyebaran penularan lebih cepat dan luas. Jika R<1 maka penyebaran melambat dan akan berhenti jika konsisten dalam rentang waktu tertentu.”

Arya juga mengurai beberapa faktor lain yang menjadi argumentasi kenapa akhir Pandemi COVİD-19 bisa berlangsung lama di Indonesia,

“Yang utama selain tentunya terkait healthcare capacity, yaitu fakta tingginya kepadatan sosial (density area), red zone merata di semua kelurahan untuk DKI dan tumbuhnya Jawa Timur sebagai kandidat episenter baru, kultur yang belum mendukung disiplin PSBB efektif, life style, dan tuntutan sosio-ekonomi kelas menengah ke bawah,” ujarnya.

Jadi kembali lagi, Arya menegaskan,”Mau tidak mau dengan prediksi skenario 2021 yang maraton ini healthcare capacity mesti ditingkatkan dan dioptimalkan. Belum lagi keterbatasan ruang isolasi, tekanan negatif, ruang ventilator, dan tenaga kesehatan dengan spesifikasi yang berbeda. Sehingga tidak ada jalan lain, healthcare capacity atau diagnostic capacity mesti ditingkatkan.” (arh)

Pages: 1 2 3 4

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.