Sabtu, 27 April 24

Pastor dan Pelecehan Seksual

Pastor dan Pelecehan Seksual
* Paus Fransiskus tampak merenung dalam Konferensi "Perlindungan Anak-anak di Gereja" yang digelar Takhta Suci Vatikan selama empat hari. (BBC)

Banyaknya kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang melibatkan sejumlah pastor Gereja Katolik, membuat Paus Fransiskus berjanji bakal menempuh langkah konkret untuk menanganinya.

Dalam konferensi yang diikuti semua kepala perkumpulan uskup lebih dari 130 negara, Paus Fransiskus mengatakan pastor pelaku pelecehan seksual adalah “alat setan”.

Adapun kasus pelecehan seksual terhadap anak, kata sang Paus, mengingatkannya pada praktik pengorbanan anak pada ritual-ritual kuno penyembahan berhala.

“Saya diingatkan praktik keji mengorbankan manusia, utamanya anak-anak, dalam ritual pagan yang pada suatu masa dilakukan secara luas dalam budaya tertentu,” ujarnya pada hari terakhir konferensi di Vatikan seperti dilansir bbc.com, Senin (25/2/2019).

“Fenomena tak berperikemanusiaan di dunia ini menjadi lebih serius dan lebih menjadi skandal di gereja karena kontras dengan otoritas moral dan kredibilitas etikanya,” tambahnya.

“Orang-orang yang ditahbiskan, dipilih oleh Tuhan untuk menuntun jiwa-jiwa menuju keselamatan, membiarkan diri mereka ditundukkan oleh kerapuhan manusia atau oleh penyakitnya sendiri kemudian menjadi alat setan. Dalam pelecehan, kita melihat tangan setan yang tidak memedulikan kemurnian anak-anak.”

Menurut Paus, para korban kini menjadi prioritas dan dirinya berjanji akan mengakhiri praktik menutup-nutupi sehingga para pelaku akan diadili. Ia pun menekankan bahwa pelecehan seksual terhadap anak-anak menjadi masalah universal—sebuah “fenomena yang meluas di semua budaya dan masyarakat”.

Sebagaimana diberitakan, konferensi bertajuk “Perlindungan Anak-anak di Gereja” dihadiri semua kepala perkumpulan uskup yang mewakili lebih dari 130 negara.

Mereka diberikan usulan prosedur mengenai cara menangani pelecehan, seperti menyusun tata perilaku bagi pastor, melatih jemaat untuk menangkap insiden pelecehan, dan memberitahukannya ke kepolisian.

Para peserta juga mendengar kesaksian para korban—yang sebagian besar tidak diungkap identitasnya—berisi pengalaman ketika dilecehkan dan menghadapi petinggi gereja yang menutupi kasus mereka.

Seorang perempuan dari Afrika mengaku dipaksa menjalani tiga aborsi setelah disiksa saat remaja selama bertahun-tahun oleh seorang pastor yang menolak memakai alat kontrasepsi. Seorang korban lainnya dari Asia mengaku dilecehkan lebih dari 100 kali.

Tekanan yang Dialami Paus
Ketika dipilih pada 2013, Paus Fransiskus menyerukan “kepastian aksi” pada masalah pelecehan seksual. Tapi, sejumlah kalangan menilai pria tersebut belum berbuat cukup untuk menghukum para uskup yang diduga menutup-nutupi kasus dugaan pelecehan seksual.

Ribuan orang diperkirakan telah dilecehkan oleh sejumlah pastor selama berpuluh tahun dan pihak Gereja dituduh menutup-nutupi kejahatan di seluruh dunia. Para penyintas mengatakan sebuah protokol diperlukan untuk melindungi anak-anak.

Singkat kata, Paus Fransiskus mengalami tekanan luar biasa untuk membuktikan Vatikan tidak tinggal diam dalam mengatasi krisis ini dengan mengeluarkan solusi-solusi konkret.

Paus Tangani Skandal Seks
Sebagai bagian dari usaha mengatasi skandal seks yang menguncang Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus menggelar konferensi khusus para uskup di Roma mulai 21 hingga 24 Februari.

Hal ini dilakukan setelah pengakuannya baru-baru ini yang tidak terduga, bahwa para pastor mengeksploitasi para biarawati menjadi “budak seks” di sebuah biara di Prancis.

Paus Fransiskus memutuskan untuk mengadakan konferensi dunia setelah merundingkannya dengan C-9, kelompok sembilan penasihat uskup yang ditunjuk tidak lama setelah Fransiskus menjadi pemimpin Gereja Katolik.

Paus sangat terdesak untuk menunjukkan kepemimpinan dan menempuh jalan keluar yang dapat diterapkan terkait krisis paling penting yang dihadapi gereja di masa modern.

Berbagai cerita tentang pelecehan muncul dari berbagai tempat dunia. Dan Gereja dituduh menutup-nutupi kejahatan yang dilakukan para pastor, sehingga membuat semangat otoritas gereja hancur.

Paus Fransiskus juga harus menghadapi anggapan, sikap dan praktik yang memungkinkan berkembangnya budaya pelecehan. Skala tantangan ini kemungkinan akan sangat besar. (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.