Jumat, 26 April 24

Pasca Insiden Christchurch, Selandia Baru Larang Senjata Militer

Pasca Insiden Christchurch, Selandia Baru Larang Senjata Militer
* PM Selandia Baru Jacinda Ardern

Setelah insiden penyerangan terhadap jamaah muslim di masjid di kota Christchurch, Selandia Baru yang dilakukan oleh teroris kristen radikal pada Jumat (15/3/2019) lalu, kini Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Ardern, segera melarang semua jenis senjata ala militer.

“Selandia Baru akan melarang semua jenis senjata semi-otomatis seperti yang digunakan dalam penembakan masjid di Christchurch,” kata PM Jacinda Ardern, seperti dilansir BBC, Kamis (21/3). PM Selandia Baru ini berharap undang-undang baru itu mulai berlaku pada 11 April.

Aturan senjata api di negara tersebut menjadi sorotan sejak oleh teroris non muslim Brenton Tarrant (28), bule kulit putih asal Australia bersama dua pria dan satu perempuan, menyerang dengan melakukan penembakan di masjid yang menewaskan 50 orang dan puluhan luka-luka berat di dua masjid, Jumat (15/3) lalu.

Ardern menjelaskan, pihak berwenang akan menyiapkan skema pembelian kembali untuk senjata yang dilarang, dan menerapkan langkah-langkah untuk mencegah pemborongan sebelum aturan baru berlaku.

“Sekarang, enam hari setelah serangan ini, kami mengumumkan larangan terhadap semua jenis senjata semi-otomatis gaya militer (MSSA) dan senapan serbu di Selandia Baru,” kata sang perdana menteri. “Alat-alat terkait yang digunakan untuk mengubah senjata menjadi MSSA juga dilarang, beserta dengan semua magasin kapasitas tinggi,” tambahnya.

Menjawab tentang dampak larangan ini pada pemilik senjata api, PM mengatakan akan ada sedikit pengecualian terbatas bagi para petani Selandia Baru. “Kami juga mengakui bahwa beberapa senjata digunakan secara sah di komunitas pertanian kami, dan karena itu menetapkan pengecualian bagi senapan kaliber 0,22 dan senapan berburu yang biasa digunakan untuk berburu bebek,” jelasnya.

Ardern mengatakan, pihak berwenang memperkirakan bahwa pembelian kembali bisa menghabiskan biaya “antara $100 juta (Rp9,8 miliar) dan $200 juta. Tetapi itu adalah harga yang harus kita bayar untuk memastikan keamanan masyarakat.”

“Saya sangat yakin bahwa sebagian besar pemilik senjata yang sah di Selandia Baru akan paham bahwa langkah ini diambil demi kepentingan nasional, dan akan menerima perubahan ini,” kata PM Seladia Baru.

“Ketika Australia melakukan reformasi serupa, pendekatan mereka adalah mengizinkan pengecualian bagi para petani, termasuk untuk pengendalian hama dan kesejahteraan hewan. Kami telah mengambil tindakan serupa untuk mengidentifikasi senjata yang memang diperlukan di area tersebut, dan mengecualikannya.”

Menteri Kepolisian Selandia Baru Stuart Nash berkomentar tentang perkembangan ini: “Saya ingin mengingatkan bahwa memiliki senjata api di Selandia Baru adalah suatu keistimewaan, bukan hak.”

Ditembak Saat Sholat Jumat
Sebanyak 50 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka dalam penembakan massal di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3) lalu, yang dilakukan teroris Kristen kulit putih asal Australia bersama dua lelaki dan satu perempuan.

Para korban penembakan berasal dari berbagai negara, seperti Pakistan, India, Malaysia, Turki, Somalia, Afghanistan, Bangladesh, dan Indonesia. Korban meninggal asal Indonesia adalah Lilik Abdul Hamid. Pria juga dikenal dengan nama Muhammad Abdul Hamid ini berasal dari Jakarta yang pindah ke Christchurch bersama istrinya pada 2003. Ia bekerja sebagai staf bidang perawatan maskapai penerbangan Air New Zealand dan ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI).

Asosiasi insinyur di Selandia Baru (AMEA) mengatakan bahwa Hamid dikenal sebagai sosok yang disukai. Pengurus AMEA, Stan Renwick, kepada Newshub mengatakan Hamid ia anggap sebagai anggota keluarga. Pada akhir pekan setelah penembakan, keluarga Hamid banyak menerima tamu yang ingin mengucapkan belasungkawa.

Anak perempuan Hamid, Zhania Anindya, kepada Radio New Zealand mengatakan, “Kepribadiannya membuat kami tak pernah merasa kesepian, ia berteman baik dengan siapa saja.” Menurut Zhania, banyak yang meminta bantuan ayahnya untuk memperbaiki sesuatu. “Bahkan untuk memperbaiki jam … ia siap membantu dengan obeng. Ia selalu tahu apa yang harus dikerjakan,” ungkapnya.

Adzan Boleh Disiarkan di TV Selandia Baru
Meski mengundang kepedihan atas insiden penembakan brutal yang menewaskan 50 jamaah Islam dan puluhan luka-luka di masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, yang dilakukan oleh teroris Kristen radikal, Jumat (15/3) lalu, namun kini mendatangkan hikmah.

Setelah Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Jacinda Ardern mengucapkan bela sungkawa yang mendalam dan sibuk mendekati kaum muslim di negerinya menyusul insiden penembakan jamaah muslim saat sholat Jumat di masjid tersebut, ternyata kini Pemerintah Selandia Baru memutuskan adzan disiarkan di TV Nasional sebagaimana di TV-TV Indonesia

Sebagai bentuk penghormatan terhadap umat Islam, pemerintah Selandia Baru memutuskan azan kini wajib disiarkan di televisi nasional di negara tetangga dekat Australia tersebut. PM Selandia Baru, Jacinda Ardern secara resmi mengumumkan akan mengheningkan cipta selama dua menit pada Jumat (22/3), untuk mengenang korban penembakan teroris di masjid kota Christchurch. Selain itu, suara azan akan disiarkan secara langsung di televisi–televisi Nasional Selandia Baru.

Mengheningkan cipta dilakukan untuk mengenang dan memberikan penghargaan kepada Muslim dan keluarga korban penembakan massal tersebut. Ardern mengatakan banyak orang Kiwi (panggilan untuk warga Selandia Baru) ingin mengungkapkan kesedihan mereka seminggu setelah serangan yang menewaskan 50 orang.

“Untuk mengenang para korban akan ada mengheningkan cipta selama dua menit hari Jumat ini. Kami juga akan menyiarkan secara nasional panggilan adzan melalui TVNZ dan RNZ,” katanya seperti dilansir dari stuff.co.nz, Rabu (20/3). (Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.