Sabtu, 27 April 24

Mengenal Bariatrik, Operasi yang Menurunkan Berat Badan Titi Wati

Mengenal Bariatrik, Operasi yang Menurunkan Berat Badan Titi Wati
* Penderita obesitas Titi Wati. (Foto Kompas)

Jakarta, Obsessionnews.com – Titi Wati, wanita berbobot 220 Kg asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bisa jadi menjadi satu-satunya orang Indonesia yang paling berat badannya. Wanita yang menderita obesitas ini telah menjalani operasi bariatrik atau pengecilan lambung, dan kini sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya.

Titi menjalani operasi bariatrik atau pemotongan lambung sebesar 60 persen. Saat ini kondisi Titi dilaporkan sudah membaik dan bisa beraktifitas. Tarikan nafasnya lebih enak, perutnya juga lebih kendor. Tuti pulang menggunakan mobil pikap yang semula mengantarnya ke rumah sakit setempat. Sebab, tidak ada ambulans yang muat.

Salah satu yang membuat penasaran dari kasus Titi ini adalah operasi bariatrik itu sendiri. Apa sebenarnya operasi bariatrik dan seberapa efektif untuk mengatasi obesitas?

Dokter spesialis penyakit dalam Dante S Herbuwono menjelaskan, ada tiga metode pembedahan bariatrik. Ketiganya yaitu, laparoscopic gastric bypass, laparoscopic sleeve gastrectomy, dan laparoscopic adjustable gastric band.

“Bedah ini untuk membuat penyerapan makanan enggak terlalu banyak. Ada yang dipotong sebagian lambungnya sehingga lambung lebih kecil. Jadi gampang kenyang. Ada juga yang diiket lambungnya,” ujar Dante dalam diskusi di Jakarta, Jumat (19/12/2014) lalu.

Operasi ini digunakan untuk orang-orang yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

Keefektifan dan risiko

Dante menyebut bahwa prosedur medis ini cukup efektif untuk mengontrol berat badan seseorang. “Hasilnya signifikan untuk mengontrol gula darahnya, terutama kontrol berat badan. Rata-rata berat badan akan turun dengan cepat,” kata Dante.

Dante mencontohkan, seorang pasiennya bisa menurunkan berat badan 18 kilogram dalam waktu tiga bulan. Gula darahnya pun menjadi normal.

Tak disarankan pada anak

Meski cukup efektif untuk menurunkan berat badan secara cepat, prosedur ini tidak disarankan dilakukan pada anak-anak.

Hal itu disampaikan oleh dokter ahli bedah dari Pusat Operasi Bariatric dan Metabolik Asia-Pasifik di Rumah Sakit Jinshazhou, Guangzhou, China, Wu Liang Ping. Wu beralasan, anak-anak masih dalam masa pertumbuhan.

“Dianjurkannya pada usia 16 tahun ke atas,” ujar Wu.

Akan tetapi, pada kasus tertentu, operasi bisa dilakukan terhadap anak usia di bawah 16 tahun. Salah satu contoh yang bisa kita kenal adalah Arya Permana, anak yang berbobot 192 kilogram.

Arya melakukan operasi bariatrik di RS Onmi Alam Sutera, Tangerang. Langkah itu diambil karena saat bobotnya 192 kg, Arya nyaris tak bisa beraktivitas.

Operasi bypass yang dilakukan pada anak sama halnya dengan orang dewasa, yaitu mengecilkan ukuran lambung sehingga porsi makan jadi lebih sedikit.

Dalam bentuk pil

Operasi baritarik memang dikenal bisa mengatasi obesitas. Tapi, bagaimana jika seseorang takut dengan prosedur invasif semacam itu?

Tahun lalu, para peneliti di Harvard Medical School telah menciptakan pil yang memiliki efek serupa dengan bedah bariatrik.

Obat tersebut berbasis sulcralfate yang disebut Luminal Coating of the Intestine atau LuCI. Nantinya, obat ini melapisi usus kecil sehingga gula dan nutrisi lain dari makanan tidak terserap oleh tubuh.

Hasil uji coba pada tikus yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Materials menunjukkan bahwa dalam satu jam setelah dimakan, respons tikus terhadap gula darah setelah makan turun 47 persen.

“Apa yang kita ciptakan ini pada intinya adalah ‘Operasi dalam bentuk pil’. Kita menggunakan pendekatan bioteknologi untuk menformulasikan pil yang memiliki sifat adhesi yang baik dan bisa menempel pada usus model praklinis,” ujar salah satu pemimpin studi Yuhan Lee, seperti dilansir dari Futurism, Selasa (12/6/2018).

“Setelah beberapa jam, efeknya menghilang,” ujarnya lagi.

Meskipun hasil uji coba kali ini sangat memuaskan, para peneliti berkata bahwa obat ini belum siap untuk dijual dan dikonsumsi manusia.

LuCI harus menjalani berbagai uji coba terlebih dahulu, termasuk pada tikus-tikus yang obesitas dan memiliki diabetes untuk diketahui efektifitasnya, sebelum diujikan pada manusia.

Namun, bila semua berjalan lancar, bisa jadi LuCI akan menjadi solusi non-bedah yang efektif bagi orang-orang dengan obesitas dan diabetes tipe 2. (Albar)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.