Minggu, 5 Mei 24

Lumut Mengurangi Bahaya Banjir

Lumut Mengurangi Bahaya Banjir
* Tumbuhan lumut. (Foto: ist)

Pembatasan interaksi fisik yakni dengan cara dosen dan mahasiswa bekerja dari rumah, sejauh ini dipandang sebagai metode paling efektif demi mencegah penyebaran wabah Covid-19. Saat pelaksanaan sistem bekerja dari rumah (Work From Home / WFH) Unsoed meniadakan kuliah tatap muka langsung, diganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan mengandalkan jaringan internet.

“Selama pelaksanaan sistem bekerja dari rumah (WFH), ada yang menarik untuk dikaji yakni tumbuhan lumut tampak subur di parkiran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unsoed,” ungkap Tim Promosi Unsoed Ir.Alief Einstein,M.Hum.

Ketertarikan Einstein terhadap tumbuhan lumut berawal dari melihat foto di media sosial yang diunggah oleh Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unsoed Amin Fatoni,PhD.

Amin Fatoni mengatakan, pada pagi hari saat datang ke kampus melihat pemandangan menarik dari tumbuhan lumut, kemudian “hoby” lama fotografi dari Amin Fatoni muncul yakni menyempatkan untuk mengabadikan dan mencari sudut yang tepat agar diperoleh hasil gambar yang tajam dari tumbuhan lumut di lantai parkiran.

Selanjutnya Amin Fatoni menggunggah foto lumut di media sosial.
Menurut alumni Program S3 dari Prince of Songkla University, Hat Yai Thailand Amin Fatoni : “banyak sisi Indah secara fotografi dari kampusi Unsoed, jika jeli melihatnya.

Salah satu di antaranya lumut di parkiran ternyata “keren”, kata Amin Fatoni. Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr.Pudji Widodo,M.Sc. mengatakan meskipun kecil, lumut bisa menjadikan lahan parkir di FMIPA menjadi lebih indah.

Alumni S2 Lincoln University Christchurch New Zealand dan S3 IPB Dr.Pudji Widodo,M.Sc.

Kemudian alumni S2 Lincoln University Christchurch New Zealand dan S3 IPB Dr.Pudji Widodo,M.Sc. memaparkan bahwa tumbuhan lumut merupakan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Divisi Bryophyta. Lumut adalah tumbuhan pertama yang beradaptasi dengan lingkungan darat, menyesuaikan diri dengan lingkungan darat yang lembab dan basah.

“Jadi, lumut merupakan peralihan tumbuhan yang tumbuh di habitat air ke habitat darat, maka tumbuhan lumut disebut pula tumbuhan amfibi (amphibious plant),” tandasnya.

Selanjutnya, Anggota Masyarakat Biodiversitas Indonesia Pudji Widodo menjelaskan lumut secara umum merupakan tumbuhan darat yang tubuhnya belum bisa dibedakan antara akar, batang, dan daun.

Selain itu, lumut tidak mempunyai pembuluh pengangkut berupa xylem dan phloem. Tetapi lumut mempunyai klorofil sehingga dimasukkan ke dalam dunia tumbuhan atau Kingdom Plantae.

“Sehingga, lumut sering disebut juga sebagai tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus (Thallophyta) dan tumbuhan berkormus (Cormophyta). Lumut yang paling banyak ditemukan adalah lumut daun (Musci),” jelasnya

Lumut banyak ditemukan di tanah yang lembab, banyak juga yang tumbuh sebagai epifit di pepohonan. Lumut berperan sebagai penghasil oksigen, penyimpan air, dan sebagai penyerap polutan. Beberapa species lumut dimanfaatkan sebagai tanaman hias ruang. Beberapa spesies Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata.

‘Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu menahan air pada musim kemarau. Sehingga bila kita duduk di lantai berlumut maka celana kita akan basah meskipun pada musim kemarau,” kata Puji.

“Bila kita ingin mengetahui lebih banyak tentang lumut, sebaiknya kita datang saja ke Kebun Raya Cibodas yang memiliki koleksi lumut terlengkap,” tambahnya.  (red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.