Minggu, 5 Mei 24

Kartu Merah dari Rakyat

Kartu Merah dari Rakyat

Oleh: Teuku Gandawan, Direktur Eksekutif Strategi Indonesia  

 

Mengada-ada mencari alasan yang tepat itu memang susah jika ternyata membikin kesalahan fatal yang norak total. Tak ada pilihan lain, akhirnya Maruarar Sirait terpaksa pasang badan untuk menyatakan bertanggung jawab penuh atas insiden mempermalukan Anies Baswedan.

Ibarat kaca dilempar batu, sayang sekali kaca itu sudah pecah. Penyesalan dan permintaan maaf atas kejadian menjadi percuma dan sia-sia. Perilaku bodoh atas dendam politik kekanak-kanakan ini mengungkap kualitas siapa dengan mutu seperti apa.

Tentu tidak masuk akal bagi kita semua. Mereka beramai-ramai bersama menonton di GBK dari kursi VVIP. Presiden Jokowi sadar betul siapa Anies Baswedan. Itu juga yang membuatnya menyalami Anies setiap kali Persija menciptakan gol. Maruarar Sirait selaku Ketua SC sadar betul siapa Anies Baswedan, itu kenapa beberapa hari sebelum pertandingan melakukan koordinasi intensif dengannya.

Semua pejabat yang tampil di podium pemberian hadiah juga paham kenapa mereka duduk bersama Anies Baswedan saat menonton pertandingan final. Bahkan Paspampres juga paham siapa Anies sehingga tak pernah dicegah tiap kali bersalaman dengan Presiden Jokowi. Semua sadar dan tahu persis siapa Anies. Bahkan sangat mungkin semua sadar kenapa Sandiaga duduk bukan bersama mereka.

Artinya semua sadar siapa Anies Baswedan dan faktanya semua juga pasti sadar Anies Baswedan tidak ada di lapangan saat semua hadiah diberikan. Semua pasti sadar itu, karena mereka tampil di sana dengan sengaja sebagai pajangan kepada publik. Dengan kata lain, artinya Anies Baswedan memang sedang mengalami pelecehan secara formal. Dia coba dipermalukan di depan publik dengan dilarang tampil. Bukan hanya di depan publik Jakarta, tapi juga publik nasional.

Pura-pura baru menyadari setelah dua hari berlalu tidak menjelaskan apapun, kecuali kebodohan baru. Betapa bodohnya anda baru sadar telah keliru setelah dua hari berlalu. Dalam permainan bola, ini sama seperti pemain yang sudah dapat kartu kuning, bukannya menjaga etika permainan malah mengolok-olok wasit.

Apa boleh buat, kartu kuning kedua yang keluar. Rakyat mayoritas marah atas pelecehan dan mental kekanak-kanakan ini. Resmi sudah sikap publik menilai kebodohan ini. Anda dapat kartu merah! Ya, anda dapat kartu merah dari rakyat!

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.