Jumat, 26 April 24

Inilah Presiden Bernyali Koboi, Berani Bunuh Penjahat Sendiri

Inilah Presiden Bernyali Koboi, Berani Bunuh Penjahat Sendiri
* Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Bukan pencitraan, melainkan sang presiden ini benar-benar berani melakukan hal-hal yang mengandung resiko bagi jiwanya. Presiden Filipina Rodrigo Duterte bernyali besar dan tak takut siapa pun, bahkan terlihat berani mati. Presiden bernyali koboi ini nekat melakukan apa saja jika punya suatu keinginan.

Di negara mana pun, alih-alih membunuh pengedar narkoba, untuk menghukum penjara saja biasanya harus dibawa ke sidang pegadilan dulu. Namun tidak demikian dengan Duterte. Dia berinsitiatif untuk melibas tuintas kaun pemakai narkoba di negaranya. Pada masa kampanyenya, Duterte memang berjanji akan membunuh para pengedar narkotika dan sejak menjadi presiden Juni 2016, diperkirakan lebih dari 5.000 orang dibunuh tanpa proses hukum.

Maklum, nampaknya Duterte melakukan apa saja tanpa beban. Mungkin orang yang bersikap seperti ini tidak pernah mengejar kepentingan finansial atau korupsi, sehingga tak merasa gentar dalam berkata dan bersikap apapun. Malah terhadap pejabat yang korupsi, Duterte bersikap tegas. Sang presiden ini memecat Menteri Dalam Negeri Filipina, Ismael Sueno karena didakwa terlibat praktek korupsi.

Ancam Melempar Koruptor Dari Helikopter
Presiden Duterte pernah mengancam tidak akan segan-segan melempar para pejabat korup dari helikopter, karena dia pernah melakukan tindakan ini sebelumnya. “Jika Anda korup, saya akan bawa Anda ke Manila dengan menggunakan helikopter dan saya akan lempar Anda keluar,” kata Duterte yang tengah menggelar program pemberantasan korupsi dan perang melawan narkoba.

Duterte mengungkapkan bahwa orang yang ia lempar dari helikopter adalah penculik yang membunuh seorang sandera. Tidak disebutkan kapan dan di mana Duterte melempar orang dari helikopter. “Saya pernah melakukannya dan saya akan melakukannya lagi. Mengapa tidak?” kata Duterte yang disambut dengan tepuk tangan meriah.

Bunuh Penjahat dengan Tangan Sendiri
Yang lebih mencengangkan, Duterte adalah satu-satunya Presiden yang pernah membunuh sendiri penjahat. Duterte pernah membunuh langsung secara pribadi tersangka para penjahat ketika masih menjabat Wali Kota Davao. Pengakuan ini dipaparkan Duterte di hadapan para pengusaha di ibu kota Manila untuk memperlihatkan kepada polisi bahwa mereka juga bisa melakukannya.

Presiden bergaya koboi ini memang dikenal edan. Saat jadi Walikota, Duterte bahwa pada malam hari biasa mengenderai sepeda motor berkeliling Davao untuk mencari konfrontasi dengan para penjahat untuk dibunuhnya, dengan tujuan memperlihatkan kepada polisi bahwa mereka bisa menggunakan kekuatan yang mematikan. Duterte juga pernah mengatakan pernah membunuh sedikitnya tiga orang, yang dituduh melakukan penculikan dan pemerkosaan di Davao.

Dengan sikap tegas, Duterte mengaku pernah membunuh penjahat secara langsung dengan tangannya sendiri. Walau kebijakan pembunuhan para tersangka pengedar narkotika dikritik oleh beberapa pihak, Duterte tetap tidak gentar. “Hitler membunuh tiga juta orang Yahudi… Ada tiga juga pecandu narkotika. Saya senang saja membantai mereka,” kata Duterte.

Kini, Presiden Duterte berjanji akan memberikan hadiah sebesar 25.000 peso atau sekitar 480 dolar bagi setiap tentara Filipina yang berhasil membunuh pemberontak Maois. Duterte pun sesumbar, membunuh pemberontak bahkan lebih mudah dari membunuh burung, pasalnya mereka punya kepala yang lebih besar. Perintah Presiden Filipina untuk membunuh setiap pemberontak Maois itu dikeluarkan menjelang digelarnya perundingan damai dengan kelompok pemberontak tersebut. Pasukan pemerintah Filipina dikabarkan telah menewaskan 40.000 pemberontak Maois.

Duterte Siap Dipenjara!
Dalam pemberantasan narkoba, Duterte adalah satu-satunya yang berani melawan arus. Ia tidak takut dengan gugatan HAM internasional sekalipun meski melakukan pembunuhan terhadap penjahat narkoba tanpa pengadilan. Presiden Filipina ini menegaskan, dirinya tidak khawatir jika dipanggil ke pengadilan internasional karena tuduhan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. “Jangan takut-takuti saya dengan hak asasi manusia,” tantang Duterte. “Saya siap dipenjara karena pembunuhan-pembunuhan yang terjadi dalam perang melawan narkotika,” tambahnya.

Kalau di negara-negara di dunia ini, yang ditugasi memberantas penjahat narkoba adalah polisi. Namun dengan adanya dugaan korupsi di tubuh kepolisian, Duterte menekankan berlanjutnya program pemberantasan penyelundup dan pemakai narkotika dengan menggunakan kekuatan militer di Filipina. Baru tujuh bulan menjadi Presiden saja, Duterte sudah melibas pelaku narkoba sekitar 7.600 orang tewas yang lebih dari 2.500 orang ditembak mati. Selanjutnya, dengan blak-blakan Duterte menyatakan seluruh penyelundup dan pemakai narkotika di Filipina akan ditumpas habis.

Pernah Cabuli Pembantu
Presiden bergaya koboi ini juga pernah usil di masa lalu. Duterte mengatakan dirinya pernah mencabuli/menggerayangi pembantunya saat ia masih remaja. Dalam pidatonya, ia mengatakan pernah melakukan pengakuan dosa kepada pastor saat ia menggerayangi pembantu yang tengah tidur. “Saya buka selimut…saya coba raba apa yang ada di dalam celana. Saya raba. Dia bangun dan saya keluar kamar,” ucap Duterte sembari menambahkan, dirinya mengaku kepada pastor bahwa ia kembali ke kamar pembantu dan mencoba untuk menggerayanginya lagi. Kelompok HAM di Filipina mengecam keras komentar tersebut. Duterte juga dikritik saat menjadi wali kota karena melakukan pemerkosaan terhadap misionaris

Duterte adalah pengkritik keras Gereja Katolik yang mengecam langkahnya memberantas perdagangan obat bius dengan ribuan korban tewas. Duterte juga dikritik tajam karena mencium bibir seorang pekerja dalam acara yang direkam langsung televisi. Ia juga pernah mengatakan kepada tentara Filipina untuk menembak pemberontak komunis perempuan di bagian vagina.

Mayoritas Katolik Marah atas Ucapan Duterte
Tak hanya tindakan, ucapan Presiden Duterte juga mengejutkan! Rodrigo Duterte pernah menyebut bahwa Tuhan itu ‘goblok,’ yang karuan saja memicu kemarahan di negeri mayoritas Katolik itu. Dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi, ia mengejek kisah tentang Adam dan Hawa yang diusir dari surga dalam Kitab Injil, dan logika tentang konsep dosa asal. Gereja dan banyak warga negara mengutuk ucapannya kali ini, namun kantor kepresidenan mengatakan Duterte sekadar mengekspresikan keyakinan pribadi.

Duterte dikenal dengan pernyataan-pernyataan kontroversial dan perkataan yang tanpa filter dalam menyerang lawan-lawan politiknya. Presiden juga pernah mengata-ngatai Paus dalam umpatan kasar dan melontarkan berbagai pernyataan lain yang dianggap sangat ofensif, kasar atau misoginis. Pernyataan kali ini dikatakannya dalam sebuah pidato di Davao, kota yang dulu ia pimpin sebagai wali kota sebelum terpilih sebagai presiden.

Presiden Cium Perempuan di Depan Umum
Tingkah pola edan dan ugal-ugalan Duterte penah ditunjukkannnya di depan umum. Presiden Filipina ini secara atraktif mencium pekerja perempuan di hadapan umum, sehingga menuai kecaman. Presiden Duterte mencium seorang pekerja migran asal Filipina di bibirnya dalam sebuah acara yang disiarkan langsung. Yakni, saat menyampaikan pidato di Korea Selatan, Duterte memanggil dua perempuan ke atas panggung dan salah seorang berhasil diyakinkannya untuk mau berciuman di bibir.

Duterte memeluk dan mencium perempuan pertama di bagian pipi sebelum memberi isyarat kepada perempuan kedua untuk berciuman di bibir. Setelah dia maju mundur sambil tertawa gugup -sementara Presiden Duterte terus mengulang isyarat berciuman di bibir- Duterte akhirnya mencium perempuan tersebut di bibirnya. Adegan itu mengundang sorak sorai di kalangan hadirin, yang sebagian besar adalah para pekerja migran Filipina di luar negeri atau OFW. Namun kelompok pegiat perempuan, Gabriela, mengecam Duterte.

Pekerja perempuan yang berciuman dengan Presiden Duterte itu belakangan mengatakan ‘tidak ada maksud buruk’ dari ciuman tersebut. Meski memanen kecaman akibat mencium perempuan, tapi Duterte tetap populer di kalangan warga Filipina dan juga para pekerja migran Filipina di luar negeri. Pekerja migran yang saya temui mengatakan mereka suka dengan Duterte karena dia menampilkan citra Filipina yang kuat dan tegas. Duterte juga dianggap sebagai figur ayah yang menjaga negara dan anak-anaknya saat mereka bekerja di luar negeri.

Berani Sendirian Menantang PBB
Terhadap dunia internasional pun Duterte tidak takut dikecam atas kebijakannya yang dinilai melanggar HAM. Bahkan, Duterte balik mengancam bahwa Filipina akan mundur dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang mulai menyelidiki perang melawan narkoba dengan kebijakannya tembak di tempat. “Tampaknya ICC digunakan sebagai alat politik melawan Filipina,” tantang Duterte terhadap badan PBB ini, dimana ICC lakukan penyelidikan tentang dugaan kriminal terkait dengan upaya Filipina memberantas perdagangan narkoba dengan kebijakan menembak mati para terduga pengedar narkoba.

PBB pun dikecam Duterte. Sebuah pernyataan dari pemerintah Filipina mengatakan penyelidikan ICC sebagai ‘pelanggaran proses hukum’. Presiden Duterte juga mengecam hal yang disebutnya sebagai ‘serangan yang tidak beralasan, belum pernah terjadi, dan memalukan’ dari PBB kepada dia dan pemerintahannya. “Tindakan yang dituduhkan kepada saya bukan genosida dan juga bukan kejahatan perang. Kematian terjadi dalam proses operasi kepolisian yang sah yang tidak bertujuan untuk membunuh.”

Meski terkesan keras kepala dan ugal-ugalan, namun sikap Duterte dikenal konsisten dan konsekuen. Diantaranya, Presiden Filipina ini mengatakan akan memerintahkan putranya dibunuh jika tuduhan dia terlibat perdagangan narkoba terbukti. “Saya perintahkan kamu dibunuh jika kamu ditangkap. Dan saya akan melindungi polisi yang membunuh kamu, jika (tuduhan) ini benar,” kata Duterte kepada wartawan, menirukan apa yang dia katakan kepada putranya, Paolo.

Sejak berkuasa, Presiden Duterte melancarkan operasi besar-besaran untuk melawan narkoba di Filipina dengan mengizinkan aparat keamanan menembak mati para pengedar narkoba. Polisi sudah menewaskan 4.000-an orang terduga pengedar narkoba sementara ribuan lainnya tewas tidak jelas. Duterte berjanji untuk mengundurkan diri jika ada anggota keluarganya yang terlibat dalam perdagangan narkoba.

Ancam Usir Diplomat
Sikap tegas dan keras ditunjukkan Presiden Duterte dengan mengusir seluruh diplomat Uni Eropa dalam 24 jam. Dalam pidato pedas yang sarat kata-kata kasar, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menuduh Uni Eropa mencampuri urusan negeri itu. Duterte mengancam akan mengusir para diplomat Uni Eropa dalam waktu 24 jam. Dia menuduh bahwa Eropa bersekongkol untuk mengeluarkan Filipina dari PBB -ia tidak memberikan bukti-bukti untuk ini. Sebelumnya, seuah delegasi Barat mengkritik perang terhadap narkoba yang dilancarkan Duterte dengan penuh kekerasan.

Namun, kritikan tersebut dilawan oleh Presiden Duterte. Dalam pidatonya, Duterte mengatakan: “Kami akan disingkirkan dari PBB? Kalian bajingan! Ayo coba saja. Kalian mencampuri urusan dalam negeri karena kami miskin, Kalian memberi uang dan kemudian mengatur apa yang harus dilakukan.” Tentang para diplomat Uni Eropa, dia berkata: “Anda harus meninggalkan negeri saya dalam waktu 24 jam, Anda semua.”

Ini bukan pertama kalinya Presiden Duterte menyerang UE terkait mengkritik mereka atas aksi keras dan brutal pemerintah dalam memberantas jaringan obat-obatan terlarang. Tahun lalu, Duterte melancarkan serangan yang sarat dengan makian terhadap blok tersebut, dengan mengatakan bahwa bekas penguasa kolonial yang munafik seperti Prancis dan Inggris mencoba menebus dosa mereka sendiri.

Duterte Pernah Menikam Orang Hingga Tewas
Presiden Duterte mengatakan ketika masih remaja dia pernah menikam orang sampai mati dalam pidatonya tentang kebijakan kerasnya atas pemberantasan penyelundup dan pengedar narkoba. Dia menyampaikan hal tersebut di hadapan komunitas Filipina di kota Danang, Vietnam, menjelang pertemuan APEC. “Ketika saya masih remaja, saya ke luar masuk penjara. Saya bertengkar di sini, bertengkar di sana,” kata Duterte, yang memberi izin kepada polisi untuk menembak mati para tersangka pengedar narkoba.

Meski kerap mengeluarkan komentar yang kontroversial, para wartawan melaporkan bahwa Duterte tetap populer di sejumlah warga Filipina, yang yakin bahwa dia membuat masyarakat lebih aman. Namun kebijakan ‘tembak mati’ atas tersangka pengedar narkoba dikritik keras oleh para pegiat HAM di Filipina maupun komunitas internasional.

Lebih Pilih Nyawa Ketimbang HAM
Semasa Presiden Duterte, perang melawan narkoba diduga dilakukan dengan mengesampingkan asas hukum dan HAM, yang menurut catatan polisi, telah menewaskan lebih 5.000 pengedar dan pengguna. Presiden Duterte pun jadi sasaran kritik masyarakat internasional dan berbagai kelompok HAM atas apa yang dianggap sebagai tindakan pembunuhan di luar hukum.

Lebih 5.000 orang dilaporkan tewas -baik oleh polisi, kelompok pengamanan swakarsa, dan kelompok bayaran- sejak Duterte menjadi presiden. Partai-partai oposisi dan organisasi HAM menyerukan pemakzulan namun Duterte tetap populer di mata rakyat yang ingin dirinya membersihkan Filipina dari korupsi.

Presiden Duterte mengatakan tidak akan mengendurkan perang melawan narkoba di negaranya. Duterte menggambarkannya sebagai upaya yang ‘terus menerus dan tak pandang bulu’. Para pegiat mengatakan apa yang dilakukan Duterte ‘sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan’. Seakan menjawab kritik ini, Duterte dalam pidato kenegaraan menegaskan yang menjadi fokusnya adalah ‘menyelamatkan nyawa manusia’. “Anda mempedulikan hak asasi manusia, yang saya pedulikan adalah nyawa manusia!” seru Duterte.

Meski dikecam masyarakat internasional dan organisasi-organisasi HAM, perang melawan narkoba ini populer di mata rakyat. (RED/BBC/PARS)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.