Jumat, 26 April 24

Inilah Jiwa Orang yang Rusak

Inilah Jiwa Orang yang Rusak
* Jiwa yang rusak. (Tangkapan layar YouTube)

Menurut Qur’an Suci, diantara sebab-sebab terjadinya kerusakan dalam jiwa manusia, sehingga membuat mereka tega melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, adalah orang-orang yang bermuka dua. Tepatnya orang-orang munafik.

Orang-orang yang jiwanya rusak itu, biasanya manis di mulut, busuk di hati. Pandai mencari muka di tengah-tengah masyarakat, namun menggunting dalam lipatan, menghancurkan masyarakat dari dalam.

Ketika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berada di Madinah, pribadi “biang keresahan” adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafikin yang selalu berusaha tampil sebagai orang baik-baik di hadapan nabi Muhammad saw, padahal dibelakang Nabi, Allah menyebut diri orang itu bukan orang yang beriman.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِ نِينَ

Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
(QS. Al-Baqarah : 8).

Golongan orang-orang yang jiwanya rusak dan meresahkan masyarakat di sekitar kita, jumlahnya relatif cukup banyak. Tentu saja berimbas pada tata kehidupan kaum muslim. Sepintas mereka menyeru ke jalan yang benar dan lurus, untuk mendapatkan simpati. Padahal sesungguhnya mereka itu membenci kebenaran agama Allah.
Qur’an Suci menyebut mereka sebagai “aladdul khrisham” (penentang yang paling keras).
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُۥ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيُشْهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِى قَلْبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلْخِصَامِ

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.”
(QS. Al-Baqarah : 204).

Golongan ini adalah orang-orang yang di hadapan masyarakat umum menyerukan kebaikan, padahal di belakang tidak lebih sebagai budak hawa nafsunya. (*/Red)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.