Jakarta, Obsessionnews – Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi I harus berakhir di zona merah akibat terkena aksi profit taking, nilai tukar rupiah terus melaju hingga mampu berada di posisi di bawah Rp 14.000 perdolar Amerika Serikat (AS).
Para analis menilai, spekulasi kebijakan ekonomi jilid III yang bakal diluncurkan Presiden Jokowi akan mengedepankan pembenahan kondisi makro ekonomi lebih konkrit disertai optimisme pertumbuhan ekonomi pada semester II tahun 2015 yang lebih baik.
Pada pukul 11.40 WIB, Bloomberg menyuguhkan data kalau rupiah berada pada posisi Rp 13.917 perdolar AS. Ini berarti, mata uang Garuda menguat 324 poin ketimbang penutupan perdagangan Selasa (6/10) kemarin yang menempatkan rupiah pada nilai Rp 14.241 perdolar AS.
Hari ini, rupiah bahkan sempat menyentuh level Rp 13.869 perdolar AS. Dan ini, merupakan posisi terkuat sejak 19 Agustus 2015 lalu.
Kebijakan pemerintah soal pengurangan pajak bunga deposito bagi eksportir yang menaruh dana hasil ekspor di dalam negeri, tentu menambah likuiditas peredaran dolar AS di Indonesia. Sementara dari sisi eksternal, sentimen terkait naiknya suku bunga acuan The Fed, mulai mereda hingga aset-aset dalam mata uang beresiko dilirik investor sebab imbal hasil yang ditawarkan cukup menggiurkan.
Sementara itu, seperti dilansir Antara, Jepang, Korea Selatan, serta Cina, menggelar pertemuan guna membahas langkah-langkah strategis dalam menangangi perlambatan ekonomi yang turut memberi sentimen positif bagi negara berkembang khususnya Indonesia.
Setelah beberapa hari sempat mengalami kenaikan, IHSG pada sesi I perdagangan hari ini ditutup turun 17,38 poin atau 0,39% ke posisi 4.428,39. Sedangkan nilai transaksinya mencapai Rp 3,01 triliun dengan volume 2,95 miliar lot saham.
Tercatat, 164 saham naik, 116 lainnya turun sedangkan 78 saham stagnan. (Mahbub Junaidi)
