Jumat, 26 April 24

Fuad Amin Berharap Persidangannya Berjalan Adil

Fuad Amin Berharap Persidangannya Berjalan Adil
* Fuad Amin Imron

Jakarta, Obsessionnews – Ketua DPRD Kabupaten Bangkalan nonaktif RKH Fuad Amin Imron menjalani sidang perdananya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, hari ini Kamis (7/5/2015). Dalam keterangan pers yang disampaikan pihak keluarga, Fuad Amin berharap agar persidangannya berjalan adil. (Baca: Ketua DPRD Bangkalan Fuad Amin Imron Diperiksa KPK)

“Beliau ingin agar persidangan nantinya benar-benar adil,tanpa rekayasa dan tidak mengada-ada. Maksudnya yang tidak ada jangan ditambah-tambahi,” ucap Abdul Hafid, kerabat Fuad Amin, di Jakarta, Kamis (7/5) pagi.

Meskipun terjerat kasus gratifikasi, mantan Bupati Bangkalan, Jawa Timur, ini masih mendapat dukungan kuat dari masyarakat Bangkalan, Jawa Timur. Hasan, salah seorang tokoh pemuda Bangkalan, mengatakan warga Bangkalan tetap menganggap Fuad Amin sebagai pemimpin mereka.

“Fuad Amin tokoh yang kharismatik. Kami berharap beliau bisa bebas. Warga Bangkalan seperti kehilangan bapak,” kata Hasan ketika dihubungi obsessionnews.com, Kamis (7/5).

Seperti diketahui, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Fuad di rumahnya di Bangkalan, Selasa (2/12/2014) dini hari. Fuad ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penerimaan suap terkait jual beli gas alam untuk pembangkit listrik di Gresik dan Gilir Timur, Bangkalan. Penangkapan Fuad oleh KPK itu sungguh mengejutkan, karena ia dikenal sebagai orang kuat. Fuad yang pernah menjadi Bupati Bangkalan selama dua periode, yakni 2003-2008 dan 2008-2013, juga adalah ulama yang berpengaruh di kabupaten yang terletak di ujung paling barat Pulau Madura itu.

Fuad dilahirkan di Bangkalan tahun 1948 dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU). Ayahnya, almarhum KH Amin Imron adalah politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan anggota DPR pada era Orde Baru. Amin Imron cucu KH Syaikhona Kholil, ulama kharismatik yang pernah menimba ilmu di Mekah selama belasan tahun. KH Syaikhona Kholil seangkatan dengan KH Hasyim Asy’ari, salah seorang pendiri NU. KH Syaikhona Kholil melahirkan banyak ulama besar. Dengan demikian Fuad adalah cicit KH Syaikhona Kholil.

Dia mengikuti jejak orang tuanya yang gemar berorganisasi. Fuad mengawali kiprahnya di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), lalu menjadi Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)/Kesatuan Aksi Pelajar dan Pelajar Indonesia (KAPPI) Bangkalan tahun 1966-1967. Saat aktif di KAMI/KAPPI Fuad bersama pelajar, mahasiswa, dan pemuda menuntut pembubaran PKI. Selanjutnya Fuad aktif di Gerakan Pemuda Ansor Bangkalan (1969-1972) dan pengurus Pimpinan Cabang (PC) NU Bangkalan. Selain itu ia juga bergabung dalam wadah Badan Silaturrahmi Ulama Madura (BASRA) pada tahun 1990-an.

Sementara itu aktivitasnya di bidang politik diawali dengan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP Bangkalan tahun 1996-1998. Setelah Presiden Soeharto terjungkal dari kursi kekuasaannya tanggal 21 Mei 1998, terjadi reformasi di bidang politik dengan bermunculan parpol-parpol baru. Salah satu di antaranya adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan tokoh-tokoh NU. Fuad pinda ke PKB dan menduduki posisi Wakil Ketua DPW PKB Jawa Timur periode 1998-2000. Selanjutnya tahun 2007 terpilih menjadi Ketua Dewan Syuro DPW PKB Jawa Timur.

Melalui kendaraan PKB pada Pemilu 1999 Fuad menjadi anggota DPR periode 1999-2004. Sayangnya, kiprahnya di Senayan (sebutan untuk gedung DPR/MPR yang berlokasi di Senayan, Jakarta Pusat) itu tidak menarik perhatian pers. Sebagai wakil rakyat Fuad memang tidak populer. Sementara banyak rekannya sesama anggota Fraksi PKB DPR yang melejit popularitasnya, antara lain Matori Abdul Djalil, Muhaimin Iskandar, Ali Masykur Musa, dan Effendi Choirie.

Menjelang berakhir masa jabatannya di DPR, Fuad mencalonkan diri menjadi Bupati Bangkalan pada tahun 2003. Dan ia berhasil menjadi orang nomor satu di Bangkalan pada periode 2003-2008. Prestasi itu diulanginya kembali pada pilkada Bangkalan tahun 2008. Fuad untuk kedua kalinya memimpin Bangkalan pada periode 2008-2013. Ia kemudian menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada anaknya, Makmun Ibnu Fuad. Makmun dilantik menjadi Bupati Bangkalan tanggal 4 Maret 2013 di saat usianya 26 tahun 4 bulan, dan Museum Rekor Indonesia (MURI) menetapkannya sebagai bupati termuda di Indonesia.

Tahun 2008 terjadi perpecahan di tubuh PKB. PKB terbelah menjadi PKB pimpinan Muhaimin Iskandar dan PKB pimpinan Ali Masykur Musa yang didukung KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Pemerintah hanya mengakui PKB Muhaimin Iskandar, dan partai inilah yang berhak menjadi peserta Pemilu 2009. Fuad yang loyal pada Gus Dur merasa kecewa pada pemerintah yang mengakui PKB Muhaimin. Ia lalu meninggalkan PKB dan bergabung dengan Gerinda, serta menjabat ketua DPC Gerindra Bangkalan.

Pada Pemilu 2014 Fuad terpilih menjadi anggota DPRD Bangkalan, serta memenangkan Gerindra di Bangkalan. Dia pun diangkat menjadi Ketua DPRD Bangkalan periode 2014-2019. (Arif RH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.