Jumat, 26 April 24

Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis (Bagian 5 – Selesai)

Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis (Bagian 5 – Selesai)
* Fachmi Idris.

Testimoni Dokter

Lahirnya BPJS Kesehatan tak hanya dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di seluruh Indonesia, tapi juga para dokter di berbagai rumah sakit negeri maupun swasta. Berikut kutipan testimoni para dokter terkait eksistensi BPJS Kesehatan:

Pudjo Hagung Widjajanto, Sp.A(K), PhD 
Dokter Spesialis Anak RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Saya berkecimpung di dunia Hematologi dan Onkologi, khususnya kanker anak. Jika dahulu sebelum ada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan hanya kelompok masyarakat tertentu yang bisa memanfaatkan asuransi kesehatan seperti Askes dan Jamkesmas misalnya, maka sekarang masyarakat umum pun bisa mendapatkannya melalui JKN. Pengobatan kanker rata-rata membutuhkan waktu yang relatif lama, bahkan ada yang hingga 2 tahun atau lebih seperti pada kasus Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). Kondisi ini menjadikan beberapa pasien menjalani pengobatan tidak sampai tuntas karena beban finansial yang berat bagi keluarganya.

Namun, sekarang dengan adanya Program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan masyarakat luas bisa mengakses pelayanan ini dengan membayar iuran yang relatif terjangkau, khususnya bagi masyarakat menengah kebawah yang merasa sangat terbantu.”

drg. Budiono MARS 
Direktur RS Mardi Waluyo, Lampung
Dengan adanya JKN, berimbas positif pada peningkatan pendapatan, seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit mendapatkan jasa pelayanan yang setimpal. Hal ini dibuktikan dengan naiknya persentase survei kepuasan karyawan sebelumnya 70% sekarang menjadi 80%, dan sejatinya tidak lepas dari pelayanan yang ramah, setulus hati dan sesuai ketentuan yang berprinsip kendali mutu dan kendali biaya, serta tidak lupa kerja keras. Bila dilihat dari sudut pandang ekonomi pendapatan bersih yang diterima rumah sakit bisa mencapai 30-40% dari klaim yang dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, dan tentu saja hal ini tidak lepas dari bertambah banyaknya jumlah pasien BPJS Kesehatan. Rumah sakit pun bisa surplus dan selanjutnya digunakan untuk pengembangan rumah sakit.

JKN yang dikelola BPJS Kesehatan ini secara tidak langsung juga membantu pemerintah mengurangi pengangguran khususnya di wilayah Lampung. Betapa tidak jumlah pegawai di RS Mardi Waluyo sebanyak 400 orang sebelum JKN, dan sekarang sudah mencapai 600 orang.

Mohamad Isa Sp.P 
Wakil Direktur Medik dan Keperawatan 
RSUD Ulin – Banjarmasin
Dengan adanya program JKN memberikan dampak positif yaitu peningkatan pendapatan rumah sakit seiring dengan peningkatan jumlah pasien BPJS Kesehatan. Saya menekankan, jika bekerja dengan giat maka petugas rumah sakit akan memperoleh jasa pelayanan dari klaim BPJS kesehatan yang saat ini sudah cukup ideal. Petugas rumah sakit haruslah melayani dengan ramah dan niat tulus kepada setiap pasien termasuk peserta BPJS Kesehatan karena keberadaan peserta BPJS Kesehatan bukan menjadi ‘beban’ bagi rumah sakit melainkan memberikan manfaat bagi manajemen khususnya petugas di rumah sakit. Jumlah pasien yang terbanyak di RSUD Ulin Banjarmasin adalah pasien peserta BPJS Kesehatan sebanyak 80% dan pasien non BPJS Kesehatan hanya 20%.

Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional maka pasien yang sebelumnya merupakan pasien umum rata-rata telah mendaftar menjadi pasien BPJS Kesehatan.

Nirwan Satria, SpAn 
Dokter Anastesi RS Sorulangun, Jambi
Awalnya, jaminan kesehatan nasional yang diselenggarakan BPJS Kesehatan banyak menuai kekhawatiran baik dari peserta, provider, maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya. BPJS Kesehatan pun terkesan dilihat sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Padahal tak ada asuransi mana pun yang bisa menyaingi BPJS Kesehatan. Dengan premi murah dan terjangkau semua jenis penyakit dijamin pembiyaannya, tanpa mempertimbangkan sehat atau sakit, dan tidak melihat usia. Karena itu saya merasa nyaman dengan hadirnya pola pembiayaan kesehatan melalui BPJS Kesehatan. Bisa dibandingkan sebelum dan sesudah ada BPJS Kesehatan.

Dulu, banyak pasien umum yang tidak mampu bayar lalu minta tolong kepada pejabat untuk meringankan biaya atau bahkan minta digratiskan karena memang tidak mampu bayar. Di sisi lain, pendapatan jasa medis sejak adanya program JKN justru meningkat 3 – 5 kali lipat. Jadi saya kira, jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan ini benar-benar memberi kepastian pembiayaan kesehatan. Kalau yang tidak mampu kan sudah ada aturannya menurut negara, itu yang penting.

Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K)
Direktur Utama RS Pelni – Jakarta
Lahirnya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak sekedar memberikan jaminan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat, tetapi juga membuat rumah sakit yang menjadi provider BPJS Kesehatan semakin bertumbuh, baik itu rumah sakit pemerintah maupun swasta. Kami berhasil meningkatkan fasilitas layanan kesehatan dengan penambahan berbagai teknologi mutakhir. Bahkan sejak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, nilai jasa medik untuk para dokternya juga meningkat hingga 45 persen. Pasien senang, tenaga medis di rumah sakit juga ikut senang. Sejak program JKN dijalankan mulai 1 Januari 2014, Rumah Sakit Pelni sudah langsung menjadi provider BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program JKN.

Bahkan jauh hari sebelum program tersebut diimplementasikan, kami telah melakukan berbagai langkah persiapan. Kami sangat meyakini kalau program JKN ini bisa menyelesaikan masalah health care di Indonesia, serta membuka akses yang luas bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. (Sahrudi)

Baca juga:

Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis (Bagian 1)

Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis (Bagian 2)

Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis (Bagian 3)

Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis (Bagian 4)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.