Sabtu, 27 April 24

Benarkah Ada Penumpang Gelap di Istana Jokowi?

Benarkah Ada Penumpang Gelap di Istana Jokowi?
* Teguh Yuwono menekankan agar membedakan penumpang gelap yang bermanfaat bagi bangsa atau yang merugikan bagi kinerja pemerintahan

Semarang, Obsessionnews – Isu penumpang gelap di Istana yang mengelilingi Presiden Jokowi mulai disoroti kembali.  Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sendiri pernah mengatakan agar Jokowi dan seluruh kadernya yang duduk di pemerintahan untuk mewaspadai penumpang gelap di dalam kekuasaan. Namun, siapakah sebenarnya yang dimaksud penumpang gelap, menurut pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Teguh Yuwono, perlu dijabarkan definisinya secara jelas.

“Beliau itu (Jokowi) sebagai pusat kekuasaan. Ada dua konteks, pertama orang-orang profesional yang barangkali tidak berjasa pada Jokowi kemudian dipasang menjadi pejabat. Dan kedua, orang-orang dari jalur politik yang tidak dikehendaki, dan hanya menikmati fasilitas dan keuntungan saja,” terangnya kepada obsessionnews.com, Selasa (19/5/2015).

Menurut Teguh, apabila penumpang gelap yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki kompetensi dan berada di lingkaran Jokowi itu, maka bukanlah suatu masalah. “Kalau orang dipilih karena profesional, dipilih karena kapasitas itu tidak bisa dianggap sebagai penumpang gelap. Penumpang gelap itu mereka yang tidak memiliki kapasitas sehingga dinilai tidak cukup baik,” jelasnya.

Seperti diketahui, beredar nama-nama penumpang gelap yang merupakan orang dekat Jokowi seperti Kepala Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan sampai Menteri BUMN Rini Soemarno. Teguh menilai apabila yang dimaksud penumpang gelap memiliki kemampuan di jabatannya, maka tidaklah perlu mereka disingkirkan dari Istana. “Justru penumpang gelap yang hanya pasang nama dan tidak berkontribusi secara baik yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kebijakan presiden,” tuturnya.

Teguh menegaskan, penumpang gelap itu tidak terhubung langsung dengan pencapaian visi misi presiden. “Bisa saja orang-orang itu hanya mengacaukan suasana. Tidak memperkokoh kebangsaan yang harus disesuaikan. Artinya, tidak memberikan efek baik yang diharapkan,” ujar dosen FISIP Undip ini.

“Efeknya jelas, jika tidak diisi orang-orang yang memiliki ketulusan berpolitik, dia tidak membuat kinerja pemerintahan berlangsung dengan baik. Motifnya pasti cuma keuntungan dan fasilitas,” tambahnya.

Namun, ia melihat sampai saat ini masih ada oknum penumpang gelap tersebut di sekeliling Jokowi. Mereka merasa berjasa karena telah mengusung mantan Walikota Solo itu hingga duduk di kursi tertinggi pemerintahan. Sehingga mereka berharap agar jasa yang telah diberikan mendapat timbal balik.

Oleh sebab itu, Teguh menyarankan supaya Jokowi memiliki filter tersendiri guna menyaring orang-orang terdekatnya. “Jokowi sendiri harus memiliki filter yang kuat agar tidak menghasilkan orang seperti itu. Filter politik yang Jokowi sendiri harus turun tangan tanpa melibatkan broker-broker lain,” tandasnya.

“Saya yakin Jokowi memiliki sensitivitas terhadap masalah ini. Jokowi harus tahu persis orang-orang didekatnya apakah mempunyai kinerja sama dengan beliau, atau orientasi yang sama tidak semata-mata mencari fasilitas. Ini banyak filter-filter yang bersifat psikologis,” paparnya. (Yusuf IH)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.