Jumat, 26 April 24

Atasi Banjir, Drainase di Bandung Harus Dibenahi

Atasi Banjir, Drainase di Bandung Harus Dibenahi

Bandung, Obsessionnews – Nampaknya, Pemerintah Kota Bandung disarankan segera membenahi drainase di wilayah ‘Kota Kembang’ ini. Pasalnya, drainase dinilai buruk sehingga begitu terjadi hujan sebentar saja, sudah keburu banjir melanda sebagian wilayah kota.

Menurut pantauan Obsessionnews, hujan yang mengguyur Kota Bandung sejak pukul 14.00 Wib, Sabtu (4/4/2015), membuat jalan Kiaracondong  banjir Cileuncang. Hujan yang disertai angin kencang dan gemuruh petir yang bergantian tersebut, membawa aliran banjir Cileuncang semakin tinggi di ruas jalan Kiaracondong sebelah kiri dari arah jalan Soekarno-Hatta Bandung.

Ketinggian air mencapai 10-20 cm, bahkan di beberapa titik menjelang jalan Sekejati Bandung air seperti di sungai yang airnya ‘ngagulidag‘ (mengalir deras). Hal ini terjadi akibat drainase yang buruk, sehingga air tidak dapat mengalir dengan deras bahkan tumpah ke jalan raya, sementara ruas jalan sebelahnya cukup tinggi, sehingga hanya genangan sedikit saja.

Sejumlah warga yang sebelum hujan terjadi terpaksa berada di warung atau tempat berteduh pun terpaksa harus bertahan di beberapa titik, seperti di warteg, pedagang es sekoteng, bengkel maupun tempat yang cukup teduh lainnya.

Banjir di Jalan Kiaracondong
Banjir di Jalan Kiaracondong

Maman, pedagang cuankie yang tengah makan di warteg akhirnya harus bertahan di tempat tersebut, sambil mengatakan, “wegah ah hujan badag kieu (besar gini)”.

Senada dengan Maman, Ujang tukang sol sepatu juga bertahan di tempat tersebut sambil sesekali melihat keluar berharap hujan cepat reda. Sampai berita ini diturunkan, sekitar pukul 14.30 WIB hujan pun semakin membesar.

Di beberapa titik, juga terjadi hal yang sama seperti di kawasan Rajawali Barat, dahan ranting dan genangan air semakin bertambah. Hal ini diakui Buddy Wirawan, warga Rajawali Barat yang terpaksa membatalkan kepergiannya menjemput istrinya di kawasan Jalan Oto Iskandardinata Bandung.

“Wah, kalau saya berangkat sekarang akan terjebak banjir lebih besar lagi di kawasan Jalan Pagarsih, kemarin-kemarin juga saya terjebak banjir sampai selutut. Untung saja sepeda motor tidak mati mesinnya,” ungkap dia kepada Obsessionnews.

Sobirin
Sobirin

Di Jawa barat, menurut Koodinator Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin,  curah hujan berkisar 500-4000 mm/bulan, sehingga jika diambil rata-rata setiap tahun, maka sedikitnya 80 milyar meter kubik/tahun pada musin hujan. Namun ketika musim kemarau, air hanya berjumlah sepersepuluhnya atau 8 milyar meter kubik/tahun.

“Sehingga, bila penduduk Jabar yang berkisar 50 juta orang, maka dibutuhkan sekitar 20-30 miliar meter kubik/tahun dan hal itu masih jauh dari harapan,” jelasnya.

Permasalahannya yang muncul saat ini adalah, saat musim hujan air berlebihan sampai terjadi banjir, namun pada saat kemarau terjadi kekeringan. Meski di Jabar terdapat ribuan waduk, bahkan ada 1000 waduk tidak memiliki nama, namun belum dapat menyimpan air saat terjadi kemarau.

“Kalau kita dapat memelihara sejumlah waduk, seperti Cileunca, waduk Jatiluhur, waduk Darma di Kuningan dapat dipelihara dengan baik, maka saat musim kemarau tidak akan kesulitan air,” cetusnya. (Dudy Supriyadi)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.