Jumat, 26 April 24

Angka Partisipasi Kerja Perempuan Turun  

Angka Partisipasi Kerja Perempuan Turun  
* Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Prof Yohanna Susana Yembise menyampaikan kuliah umum di ruang Auditorium Merapi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (9/11/2018). (Foto: Humas UGM)

Yogyakarta, Obsessionnews.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Prof Yohanna Susana Yembise mengatakan, angka partisipasi kerja perempuan mengalami penurunan. Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan saat ini sebesar 48,87 % dibanding laki-laki yang mencapai 82,71 persen. Menurutnya, ada kecenderungan perempuan setelah lulus pendidikan memilih bekerja di sektor domestik. Padahal pemerintah menargetkan pada 2030, angka kesetaraan gender yaitu rasio perempuan dan laki-laki adalah sama.

 

Baca juga: Menteri PPPA Dorong Kampus Responsif Gender

 

“Setelah lulus perempuan banyak lari ke domestik. Yang saya sayangkan, biaya yang keluar selama pendidikan apabila semua masuk ke domestik. Tantangan saya membawa 126 juta perempuan Indonesia ke program planet 50:50 pada tahun 2030,” kata Yohanna saat memberikan kuliah umum di ruang Auditorium Merapi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (9/11/2018), seperti dikutip obsessionnews.com dari keterangan tertulis Humas UGM.

Untuk mendukung kesetaraan gender melalui program planet 50:50 itu, pihaknya akan menggandeng universitas untuk mendorong alumninya yang perempuan bekerja di sektor publik.

“Saya akan cari universitas mana yang sampai 50:50 atau provinsi mana yang sampai 50:50,” tutur Yohana.

Ia menjelaskan perempuan berpotensi untuk memberikan kontribusi pada sektor perekonomian. Selama ini kontribusi perempuan pada ekonomi baru sebesar 35,53 persen. Padahal apabila tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dinaikkan menjadi 64 persen seperti Thailand maka akan terdapat 20 juta angkatan kerja semi-skilled dan skilled baru.

Sementara itu Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno M.Agr. mengatakan, salah satu persoalan demografi di Indonesia adalah soal kualitas sumber daya manusia termasuk dalam hal ini kelompok perempuan yang dinilai belum begitu dominan dalam pembangunan. Menurutnya, di negara maju atau setidaknya di Pakistan, misalnya, peranan wanita begitu dominan.

“Peraih nobel Muhammad Yunus mendekati wanita mendorong pembangunan pedesaan, ketika wanita diberi investasi modal maka  akan digunakan untuk modal usaha,” ujar Djagal.

Ia berpendapat bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia saat ini harus dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemajuan bangsa. “Jangan sampai mereka yang usia produktif tidak bekerja, menganggur dan putus asa,” tegasnya. (arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.