Sabtu, 27 April 24

Aksi Protes UU ‘Anti Muslim’ India Makin Meluas!

Aksi Protes UU ‘Anti Muslim’ India Makin Meluas!
* Nadeem Akhtar dan Amina Zakiah memutuskan untuk memanfaatkan resepsi pernikahan mereka sebagai medium untuk menentang UU kewarganegaraan. (BBC)

Undang Undang (UU) ‘Anti-Muslim’ India yang dipelopori Perdana Menteri (PM) Narendra Modi dan disahkan parlemen India mau menyingkirkan warga minoritas muslim dari negara mayoritas Hindu tersebut yang ternyata para pejabat negaranya terjangkit radikal ekstrim Hindu. Pihak penguasa intoleran melarang aksi demo maslim turun ke jalan, sehingga warga/muslim lakukan protes di acara pernikahan dan wisuda.

Ribuan warga/muslim di India turun ke jalan dalam beberapa pekan terakhir untuk menentang undang-undang kewarganegaraan -di India biasa dikenal dengan singkatan CAA- atau UU ‘Anti Muslim’ yang baru saja disahkan parlemen.

Anehnya, para anggota parlemen India mengatakan, UU ini ditujukan untuk membantu anggota kelompok minoritas di negara-negara tetangga India yang mengalami persekusi. Namun, bantuan tersebut tidak berlaku bagi warga Muslim dan inilah yang mendorong umat Muslim di India melancarkan aksi protes besar-besaran.

Debsmita Chowdhury merobek salinan UU kewargangeraan di acara wisuda Universitas Jadavpur. (BBC)

 

Lebih dari 20 orang tewas dalam sejumlah unjuk rasa. Video-video yang sepertinya memperlihatkan “brutalitas” polisi India dalam menghadapi demonstran viral dan memicu kemarahan di seluruh negeri.

Aparat keamanan sudah melarang pemrotes turun ke jalan dan pihak berwenang juga memblokir internet dalam upaya meredam unjuk rasa. Namun warga tak kehilangan akal dengan memindahkan aksi protes ke acara-acara seperti resepsi pernikahan, wisuda, hingga konser musik.

Warga Delhi, Nadeem Akhtar dan Amina Zakiah, memegang poster menentang UU kewarganegaraan ketika melangsungkan pernikahan belum lama ini.

Saudara pengantin perempuan, Mariyam Zakiah, kepada BBC mengatakan ia dan keluarganya sedih dengan bentrokan antara polisi dan mahasiswa yang terjadi beberapa hari sebelum pernikahan Nadeem Akhtar dan Amina Zakiah

Ia menambahkan, resepsi pernikahan dimanfaatkan sebagai ajang protes karena keluarganya “mengkhawatirkan masa depan Muslim di India”.

Debsmita Chowdhury, mahasiswi Universitas Jadavpur, sementara itu, membuat kaget dosen dan teman-temannya di kampus ketika merobek salinan UU kewarganegaraan di acara wisuda.

Chowdhury mengungkapkan, dirinya memutuskan untuk merobek salinan UU sehari sebelum acara wisuda dan ia tidak memberi tahu siapa pun kalau ia akan menggelar protes di kampus.

“UU kewarganegaraan tidak sesuai dengan konstitusi dan sangat diskriminatif. Kekerasan dan kerusuhan yang ditimbulkan dari aksi menentang UU juga membuat saya khawatir,” kata Chowdhury.

“Saya sebenarnya pemalu, tapi untuk kali ini saya merasa perlu untuk bertindak. Saya ingin menjadi suara bagi orang-orang yang tak bisa menyuarakan pendapat,” katanya.
Di Chennai, India selatan, warga menggunakan seni menggambar kuno kolam untuk memprotes keputusan pemerintah.

Kolam adalah seni menggambar geometris dengan menggunakan tepung beras, yang diyakini untuk menyambut Dewi Kemakmuran dan melindungi penghuni rumah dari niat jahat.

Sejumlah warga telah ditahan karena menggunakan kolam untuk memprotes UU kewarganegaraan. Larangan unjuk rasa dan penahanan demonstran tidak membuat aksi protes surut.

Terdapat sekitar 200 juta Muslim di India dari 1,35 miliar penduduk India yang sekarang dipimpin oleh partai Hindu nasionalis. Banyak pihak meyakini UU ini ditujukan “untuk meminggirkan komunitas Islam di India”.

Selain menggelar protes di acara pernikahan dan wisuda, warga juga melancarkan unjuk rasa di media sosial, terutama Instagram.

Di platform ini, warga juga mengunggah informasi terkini, panduan keselamatan, dan bagaimana koordinasi aksi protes. Banyak perancang yang menawarkan desain poster secara cuma-cuma.

Poster yang dibuat oleh Shilo Shiv Suleman, antara lain berisi kalimat yang berbunyi, “Muslim, kau adalah warga di sini. Warga Hindu, kau warga di sini.” Poster ini sudah dipakai oleh ribuan akun dan dicetak untuk dibawa di berbagai aksi protes. “Seni yang indah sudah menjadi kekuatan perlawanan,” katanya.

Kalangan profesional seperti pengacara, dokter, terapis, dan psikolog juga ambil bagian. “Orang-orang seperti kami tak bisa turun ke jalan untuk menggelar aksi,” ujar Neha Tripathi, terapis di Delhi.

Tripathi mencantumkan alamat emailnya di Instagram dan menawarkan layanan gratis kepada orang-orang yang mengalami tekanan psikologis .”Tadinya saya ingin turun ke jalan, tapi suasananya menakutkan. Akhirnya saya menawarkan diri untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan psikologis,” katanya. (BBC News Indonesia)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.