Jumat, 10 Mei 24

Ada Apa dengan Kacung?

Ada Apa dengan Kacung?
* Fahri Hamzah. (Foto: Pribadi/Facebook)

Oleh: Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR RI

 

#AkuKacungAllah. Begitu aku berbisik pada diriku pagi ini, Ramadan ke-13 memasuki sepuluh ke-2 yang penuh ampunan.

Di luar, orang sedang berbincang tentang kacung yang lain. Kacung-kacung manusia yang latah dan tak berdaya. Manusia saling memangsa.

Kacung itu, bahasa Jawa yang baik, jadi nama anak laki-laki artinya pesuruh, tapi kita telah memberi makna politik.
Kacung, jongos dan sejenisnya adalah pertanda ketertinggalan, ketidakberdayaan dan ketertindasan. Hilangnya kemerdekaan.

Dan makna yang mengikutinya, melahirkan perasaan ditindas, dikendalikan, dipakai, dan hilangnya kemerdekaan.
Maka seorang politisi mengatakan, “Kita bukan bangsa kacung!” Ada apa dengan kacung?

Aku mencoba membaca keadaan manusia pada zaman ketika kita ingin saling mendominasi.

Mungkin karena kita terancam oleh kecepatan kata-kata dan khayalan menjadi kenyataan sehingga kita terasing dan gagal mencari teman sejati. Ini alienasi.

Mendominasi itu tidak baik. Perbudakan telah ditolak oleh umat manusia. Meng-kacung-kan orang itu jahat.
Tapi lebih baik lagi kalau kita melahirkan kesadaran tentang jatidiri yang kuat. Bahwa manusia itu merdeka dan kita adalah pelopor kemerdekaan itu.

Itulah keseluruhan sejarah Indonesia, sejarah tentang belajar menjadi diri sendiri, menemukan makna kemerdekaan sejati, lalu bersatu, melawan dan merdeka serta mempertahankannya sampai titik darah terakhir.
Kita gak peduli yang penting kita merdeka atau mati.

Mahal kemerdekaan itu, diproklamasikan #9Ramadhan1334 lalu. Tapi lebih mahal kesadaran menjadi manusia merdeka sebab itulah kesadaran yang akan menjaga Indonesia dari kemungkinan kolonial baru.

Menjadi manusia merdeka yang bebas adalah kesadaran inti dalam iman.

Sebab hanya dengan cara itu kita memurnikan ikatan dengan Tuhan. Inilah sejatinya tauhid. “Inilah ciri insan kamil” kata Bung Karno dalam suatu peringatan maulid di Istana negara.

Maka terimalah aku atau siapapun menjadi manusia merdeka. Manusia yang akan datang kepada Allah kelak di akhirat.

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.