Sabtu, 27 April 24

Pemicu Konflik Malut Bukan Soal Agama

Pemicu Konflik Malut Bukan Soal Agama
* Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP).

Maluku Utara, Obsessionnews.com – Maluku Utara (Malut) bisa dijadikan percontohan tentang damainya hidup berdampingan antar umat beragama. Sebagai daerah yang pernah mengalami konflik, Malut menyimpan pelajaran berharga bagaimana merajut keharmonisan di tengah keragaman.

“Istilah pela-gandong yang merupakan kearifan lokal di wilayah Maluku ini merupakan intisari modal kerukunan. Sebab, di dalam budaya pela-gandong mengandung arti persaudaraan yang kental. Pela-gandong bukan hanya berarti persatuan tetapi juga ikatan saudara yang saling mengangkat saudaranya,” kata Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin dalam keterangan tertulis yang diterima Obsessionnews.com dari kantor UKP-DKAAP, Rabu (18/7/2018).

Menurut Din kearifan lokal tersebut juga menjadi salah satu kunci penyelesaian konflik di wilayah Maluku relatif lebih cepat dibandingkan daerah konflik lain di Indonesia.

Ia menilai, kerja sama yang riil dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi wahana utama memperkuat kerukunan.

“Pela-gandong antara lain dapat kita lihat saat umat antar-agama gotong royong dalam bencana alam, misalnya. Di situlah kerukunan antar-umat beragama menjadi semakin kokoh,” jelas Din dalam acara Dialog pemuka agama-agama se-Maluku Utara di Grand Dafam Bela Hotel Ternate hari ini.

Sementara Gubernur Maluku Utara Abdul Ghani Kasuba menyatakan hal yang sama. Menurutnya, masyarakat di Maluku Utara sudah cair dan membaur pasca konflik SARA tahun 1999 lalu.

Ia mencontohkan, sudah jamak ditemui masyarakat Muslim dan Kristen maupun Katolik bekerja bersama di berbagai bidang. Dijelaskan, konflik yang mencuat di tengah masyarakat kerap kali dipacu oleh faktor-faktor lain di luar agama.

Menurutnya, faktor ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan justru lebih banyak memantik konflik. “Jadi faktor non-agama inilah sesungguhnya yang memantik konflik itu,” katanya.

Ia pun menyambut baik upaya para pemuka agama merumuskan etika kerukunan. Etika itu kata dia,  seharusnya menjadi pegangan bagi umat dan pemuka agama dalam kehidupan sehari-hari.

“Etika kerukunan diharapkan dapat menjadi pegangan umat beragama ditengah keragaman agama, agar bisa menghindari potensi konflik,” ujarnya. (Popi)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.