Sabtu, 27 April 24

Widyawati Ungkap Resep Suksesnya di Dunia Film

Widyawati Ungkap Resep Suksesnya di Dunia Film
* Widayawati. (Foto: Fikar Azmy/Women’s Obsession)

Obsessionnews.com –  Widyawati mewarisi darah seni dari kedua orang tuanya. Ia serius terjun ke dunia perfilman di Tanah Air sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Ditemui  Women’s Obsession di sela-sela waktu shooting film terbarunya, perempuan yang lahir dengan nama lengkap Siti Widyawati Adisura ini menceritakan bahwa dirinya justru mengawali karier di dunia entertainment melalui seni tarik suara bersama Trio Visca. Grup musik ini terdiri dari Widyawati beserta kedua kakaknya, Winny dan Ria. Awalnya mereka hanya menyanyi di acara keluarga membawakan lagu-lagu populer ketika itu. Didukung sang ibu, ketiganya kemudian memutuskan untuk serius dan sering diundang tampil di televisi.

“Saya memasuki dunia entertainment itu dari menyanyi terlebih dulu, dengan kakak-kakak saya,” kenang Widyawati dikutip Obsessionnews.com dari Women’s Obsession.

Nama Trio Visca itu sendiri merupakan singkatan zodiak ketiga personelnya, Winny yang berzodiak Virgo, Ria berbintang Scorpio, dan Widyawati berzodiak Cancer. Mereka meluncurkan album pertama dan terakhir pada tahun 1968 berjudul ‘Black is Black’, sebuah remake dari lagu yang dipopulerkan Los Bravos pada 1966. Melalui label Elshinta Record milik Soejoso Karsono, Trio Visca diiringi Orkes Gaja Remadja pimpinan Ireng Maulana. Musisi kawakan ini pula yang memberikan sentuhan pop dengan sedikit mengarah ke arah R&B. Beberapa lagu Trio Visca bahkan sempat menduduki tangga lagu di radio, seperti Cempaka, Putus di Ujung Tahun, dan Black is Black.

 

 

 

Grup ini akhirnya bubar, karena Winny sibuk dengan kegiatannya di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta yang kini dikenal sebagai Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Ria yang memilih bekerja di Bali. Sementara Widyawati mulai giat menggeluti seni peran yang melambungkan namanya. ‘Segenggam Tanah Perbatasan’ yang tayang pada 1965 merupakan film pertamanya, tetapi yang membuatnya dikenal seantero Indonesia adalah perannya sebagai Yuli dalam film ‘Pengantin Remaja’.

 

Setia Berakting

Putri pasangan Adisura Soeradibrata dan Aryati ini makin jatuh cinta pada dunia film. Berbagai peran pernah dilakoninya, mulai dari gadis remaja yang jatuh cinta di usia muda di film ‘Pengantin Remaja’, perempuan karier di film ‘Arini, Masih Ada Kereta yang Lewat’, hingga perempuan temperamental dalam ‘Mama Mama Jagoan’.

 

Kini di usianya yang tidak lagi muda, ibu dua anak ini masih terus produktif membintangi sederet film dan serial Indonesia. Sepanjang tahun 2023 dia bermain di empat film, yakni “Hati Suhita”, “Ketika Berhenti di Sini”, “Dear Jo: Almost is Never Enough”, dan “Rumah Masa Depan”. Saat ini pun Widyawati masih sedang sibuk dengan proses reading film yang akan mulai pengambilan gambar pada Maret 2024.

 

Ketika ditanya resep bisa sukses selama ini, Widyawati mrngungkapkan bahwa semua dijalani dengan mengalir.

 

 

“Saya tidak pernah menargetkan tahun ini harus begini atau begitu. Saya yakin karier saya di dunia entertainment sudah diatur Yang Maha Kuasa. Jadi, saya tidak pernah merasa ada beban, meskipun kita tetap harus selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik,” ujarnya dengan nada ringan.

 

Dalam memilih peran, perempuan kelahiran Pasundan ini mengungkapkan bahwa cerita keseluruhan sangat berpengaruh. Dia mengungkapkan lebih lanjut, “Ceritanya menarik atau tidak, lalu seperti apa peran yang akan saya bawakan. Itu biasanya menjadi pertimbangan,” tuturnya mengenai kebiasaannya sebelum menerima tawaran bermain dalam sebuah film.

Kadang-kadang dia akan berdiskusi juga siapa sutradaranya, pemainnya siapa saja. Hal tersebut dilakukannya setelah dirinya merasa oke dengan cerita yang ditawarkan.

 

Pengalaman lain yang berkesan dalam dunia film bagi Widyawati adalah kesempatan untuk menjadi art director dalam salah satu film besutan sang suami berjudul ‘Widuri’. “Karena saya senang, meskipun bukan passion. Banyak hal yang ternyata menjadi tanggung jawabnya, mulai dari lokasi seperti apa, di mana, tata warna, hingga kostum,” kenangnya.

 

“Tadi saya katakan bahwa awalnya saya hanya fun, menikmati saja. Tapi, semakin lama, setelah saya menikah, akhirnya saya merasa bahwa ini adalah dunia saya. Bahwa saya harus tekuni, saya harus betul-betul, katakanlah lebih mendalami,” tegasnya tentang passion yang dijalaninya hingga kini.

 

Prestasi dan Apresiasi

Lebih dari 50 judul film, sinetron, dan FTV telah dibintangi Widyawati sepanjang kariernya. Tak sedikit pula penghargaan yang diraihnya. Dia dua kali memenangkan Piala Citra sebagai Aktris Pembantu Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 1977 dan Piala Citra untuk Aktris Terbaik FFI pada tahun 1987 dalam film “‘Arini, Masih Ada Kereta yang Lewat”.

Dia berhasil meraih penghargaan sebagai Aktris Pembantu Terpuji Festival Film Bandung 2010 dan Aktris Pembantu Terbaik Festival Film Asia Pasifik tahun 2010. Dia juga mendapat anugerah penghargaan Lifetime Achievement dalam ajang Piala Citra FFI pada tahun 2018 atas perjalanan kariernya selama 50 tahun di Tanah Air. Sebelumnya dia pernah mendapatkan Lifetime Achievement dari Piala Citra Film Festival Bandung pada tahun 2015. Piala Citra itu juga menyeret beberapa nama aktris dan aktor papan atas lainnya, seperti Ray Sahetaphy sebagai Pemeran Pembantu Pria Terbaik dalam FFB dan Raline Shah sebagai Pemeran Pembantu Wanita Terbaik.

 

 

 

 

 

Tidak kalah membanggakan pada 2020 Widyawati meraih anugerah dalam ajang Festival Film Asia Pasifik (APFF) yang diselenggarakan di Macau. Sebagai Pemeran Pembantu Terbaik dalam film “Ambu”, ini adalah kedua kalinya dia mendapatkan penghargaan atas kategori tersebut yang sebelumnya pada tahun 2010 silam dalam film Perempuan Berkalung Sorban. Penghargaan tersebut menandakan bahwa dia mampu tetap eksis sebagai aktris senior.

 

Keberhasilannya selama ini tentunya akan menjadi contoh bagi para pemain muda untuk terus berlatih keras dan menikmati pembelajaran. Meski prosesnya panjang, namun jika dilakukan dengan tujuan serius dan pikiran terbuka, hasilnya akan luar biasa.

 

Merawat Kebahagiaan

Mengakui dirinya sebagai orang yang sangat moody dan picky, Widyawati nyaris tidak jadi bermain dalam film “Pengantin Remaja”. Setelah dibujuk sang ibu yang bersahabat dengan sutradara Wim Umboh, dia kemudian setuju untuk memerankan Yuli. Tak disangka, film tersebut mempertemukannya dengan pria yang kemudian menjadi pendamping hidupnya, Sophan Sophiaan.

“Jangan bayangkan momen lamaran romantis dengan sang pria berlutut di depan perempuannya,” kisahnya.

Ketika itu keduanya sedang berada di dalam sebuah mobil dengan atap terbuka, menunggu untuk pengambilan gambar berikutnya. Lantas momen lamaran itu pun terjadi, Sophan mengajak Widyawati menikah. Kisah cinta sejati yang diperankan dalam film itu kemudian berlanjut ke kehidupan nyata.

Keduanya melangsungkan pernikahan pada tahun 1972 di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mengenakan kebaya dengan rambut disanggul dan sedikit perhiasan, Widyawati mengikat janji dengan Sophan yang ketika itu berpakaian sarung pelekat, jas hitam dengan kopiah. Berlangsung sederhana, pernikahan mereka hanya dihadiri keluarga dan teman dekat.

Kehidupan mereka makin lengkap dengan hadirnya dua orang putra yang dinamakan Roma dan Romi. Dikenal sebagai pasangan artis yang serasi, rumah tangga keduanya tidak pernah diterpa berita miring. Sayangnya, kisah cinta mereka harus berakhir, ketika Sophan Sophiaan meninggal dunia pada 2008, akibat kecelakaan sepeda motor.

 

Tidak siap dengan kehilangan tersebut, Widyawati mengalami patah hati. “Semua orang pernah merasakan kehilangan, entah benda atau orang tua, suami, anak, maupun teman dekat. Pasti banyak yang tidak siap, apalagi kalau mendadak. Nah, jujur saya berat sekali,” ucapnya.

Sejak itu dia belajar ikhlas dan yakin setiap cobaan ada hikmahnya. Dia pun sempat meminta bantuan dengan mendatangi psikolog. Butuh waktu beberapa lama setelah itu, Widyawati baru menerima kembali tawaran untuk bermain film. Anak-anak menjadi salah satu alasan kebangkitannya dari keterpurukan.

Sebagai manusia kita pasti punya kekurangan, pasti ada kesalahan-kesalahan. Filosofi ini yang kerap membuat Widyawati lebih legowo menjalani kehidupan.

“Dulu sering membantah suami, tapi ketika sudah tiada muncul penyesalan. Manusiawi, ya. Tapi, kita hidup berproses, dari kesalahan kita belajar,” tandasnya.

Kebiasaan Hidup Sehat

Sebagai seorang aktris, penampilan merupakan aset yang sangat berharga. Widyawati bisa dikatakan bintang yang kecantikannya awet sampai sekarang di usia senjanya. Jika dilihat tidak banyak perubahan pada wajahnya. Dia menyarankan untuk mengutamakan perawatan secara alami.

Menurutnya, menua itu sudah jadi niscaya. Daripada disesali lebih baik disyukuri dan dinikmati saja. Baginya semua itu hanya soal mindset, bagaimana kita menentukan lifestyle yang kita inginkan.

“Satu hal pasti, jangan merokok, karena akan merusak kulit. Makan dengan baik. Setelah usia 50 ke atas, saya lebih banyak menjaga kesehatan dengan pola makan yang banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan,” ungkap Widyawati.

Dia pernah dinasihati dokter, kalau ingin kulit bagus harus makan banyak sayur dan buah. Itu yang dilakukannya.  (Women’s Obsession/arh)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.