Ria Miranda Desainer yang Pantang Menyerah

Jakarta, Obsessionnews.com – Ria Miranda salah seorang desainer yang sedang naik daun. Salah satu sisi menarik dari perjalananan hidupnya adalah ia pernah ditolak oleh orangtuanya ketika akan mengambil sekolah fashion di Jakarta. Alasan orang tuanya adalah ketika itu bisnis fashion belum menjadi sesuatu yang menjanjikan. Berawal dari adanya kesulitan menemukan busana muslim untuk perempuan muda seusianya, nurani Ria Miranda kemudian bergejolak tak bisa berdiam diri dan tertantang untuk mengeluti dunia fashion di lini ini. Pada tahun 2005 dia mendapatkan kenyataan baju muslim identik dengan ibu-ibu. Kebetulan dia senang menonton fashion show di TV, lalu mencoba mix and match, mengores berbagai desain busana muslim, hingga timbul rasa penasaran mendalam. Setelah lulus SMA di Padang, tanpa ragu Ria meminta izin orang tua untuk mengambil sekolah fashion di Jakarta. Namun, sayangnya ayah dan ibunya tidak mengizinkan dengan alasan saat itu bisnis fashion belum menjadi sesuatu yang menjanjikan. Ria kemudian menempuh studi jurusan ekonomi di Universitas Andalas, Sumatera Barat. “Setelah lulus ternyata saya masih penasaran, dan alhamdulillah restu pun mengalir dari orang tua. Saya merasa senang sekali. Kemudian saya bekerja di media, sekaligus menjadi asisten perancang busana,” ujar sang desainer & creative director Riamiranda ini mengawali percakapan dengan Women’s Obsession. https://www.youtube.com/watch?v=BkYLiDM_1uY Halaman SelanjutnyaBerbisnis Fashion Muslim Seiring berjalannya waktu, perempuan kelahiran Padang, 15 Juli 1985 ini kemudian memberanikan diri untuk membuat label sendiri bernama Shabby Chic by Ria Miranda. Terinspirasi dari dunia interior yang tengah tren, yaitu shabby chic style. Waktu itu dia belum percaya diri untuk memakai nama sendiri. Dengan bersemangat Ria berkata, “Saya mengambil benang merah desain yang berkarakter feminin, classy, dan bernuansa pastel. Dari awal saya memang suka mempercantik sosok perempuan lewat busana. Dua tahun kemudian saya mencoba rebranding dengan nama sendiri. Tak disangka kreasi saya ternyata digemari.” Banyak hal telah dikerjakan oleh Ria sendiri, dari pemilihan bahan, membuat pola, maupun kontrol penjahitan sampai ke urusan penjualan. Kebetulan di dalam ‘darahnya’ sudah mengalir jiwa sales dan orang tuanya memang berprofesi sebagai pengusaha. Dua tahun berjalan rasa lelah pun terbayar, bisnisnya berjalan lancar. Namun, tentu yang namanya berbisnis sendiri, setiap hari sudah pasti masalah selalu ada, khususnya yang berkaitan di divisi produksi. “Pas kelahiran anak pertama, saya mulai kewalahan. Melihat ada peluang bisnis bagus ke depan, suami pun kemudian resign dari pekerjaannya untuk full time membantu saya. Dia lalu dikhususkan untuk menangani sales, marketing, dan keuangan. Sementara saya konsentrasi di bidang kreatifnya. Berawal dari tiga karyawan kemudian bisnis pun berkembang hingga mencapai ratusan pekerja. Kami pun bersemangat fokus bahu-membahu mengurus bisnis ini,” lanjut Ria dengan nada serius. Outlet Riamiranda di seluruh Indonesia terus berkembang mencapai 26 dan satu ada di Malaysia. Ditanya mengenai peluang ekspansi di Asia, dia berterus terang tidak mau muluk-muluk, karena baginya pasar Indonesia lebih besar dan menjanjikan. Dia bersyukur dalam mengatur waktu keluarga dan pekerjaan tertolong dengan lokasi rumah, kantor, dan butik berdekatan di area Bintaro. Ruang kantor pun dibuat senyaman mungkin ada space untuk anak-anak bermain, tanpa menganggu suasana kantor. Halaman Selanjutnya Militansi Anggota Komunitas Pembelajaran dan evaluasi terus dilakukan dari tahun ke tahun. Setiap divisi dari desain, sales, marketing, produksi memiliki deadline dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Karena sudah ada head-nya masing-masing, dia lebih mengatur irama kerja, agar tepat waktu deadline dan mengontrol semua divisi berjalan dengan baik. Founder RiaMiranda ini memaparkan, “Saya dan suami memberikan kepercayaan penuh ke tim manajemen masing-masing divisi, semua harus belajar mencari solusinya sendiri. Kalau sudah mentok baru kami turun tangan. Saya tentunya tidak bisa full time terus-menerus terlibat secara langsung, apalagi anak-anak sekarang sudah ada tiga. Saya bersyukur karyawan semakin solid dan ikut merasa memiliki perusahaan ini juga.” Mengenai sistem kepemilikan outlet, untuk area Jakarta sepenuhnya di-manage oleh timnya. Termasuk di Medan, Malang, dan Surabaya. Sementara di luar itu lebih memakai sistem partnership. Dia merasa harus ada sosok yang mewakili dirinya untuk outlet di luar kota. Pendekatan strategi bisnisnya lebih fokus ke customer. Mereka di-treat layaknya seperti sahabat atau keluarga, lalu jika mau berlama-lama di butik juga tetap akan dilayani, sehingga mereka pun loyal terhadap brand ini. Ria berterus terang kekuatan dari bisnisnya bisa berujung sukses, tak lain karena adanya militansi konsumen yang tergabung dalam komunitas Ria Miranda Loyal Community (RMLC). Jika dia tidak melansir koleksi baru akan kena tegur anggota komunitas. Mengenai awal terbentuknya, ini tak lain karena pelanggan di butik saling bertemu kemudian terjalinlah bersahabat. “Mereka memang membuat sendiri komunitas ini dan setelah diketahui manajemen kemudian didukung penuh dengan meresmikan RMLC pada tahun 2014. Kartu keanggotaan maupun aplikasinya juga difasilitasi,” ujarnya. Ria berterus terang kekuatan dari bisnisnya bisa berujung sukses, tak lain karena adanya militansi konsumen yang tergabung ada dalam komunitas RMLC . Sehingga saat diadakan kegiatan bermanfaat seperti sharing session dengan bermacam tema, mereka pun terkomunikasikan. Pertumbuhan komunitas ini sendiri tumbuh secara organik di setiap kota yang ada cabang butik Ria Miranda. Memiliki basis massa yang cukup banyak membuat perusahaan-perusahaan e-commerce besar maupun fashion brand dalam dan luar negeri tertarik berkolaborasi dengannya. Halaman SelanjutnyaKekuatan Pola Sesuai Pasar Berbagai brand busana muslim di Tanah Air terus bermunculan bak jamur di musim hujan. Di satu sisi menjadi kebanggaan bangsa karena ke depannya Indonesia akan menjadi kiblat fashion muslim dunia. Di sisi lain persaingan bisnis pun menjadi semakin ketat. Beragam style ditawarkan dan masyarakat tinggal memilih sesuai karakter masing-masing. Biasanya perempuan yang suka dengan gaya feminin, edgy, dan bernuansa pastel akan memilih brand Ria Miranda. Kekuatan di brand ini adalah pola-pola dasar busana yang diterapkan ke dalam beragam koleksi memang sudah cocok ke badan customer. Jadi meskipun pembelian dilakukan secara online tidak menjadi masalah. Ria menerangkan, “Lima tahun belakangan ini kami menemukan formula yang tepat untuk bajubaju seperti apa saja yang kira-kira disukai oleh para pelanggan. Loyal customer rutin diundang secara khusus baik yang langsing maupun gemuk, tinggi atau pendek, untuk mencoba koleksi busana kami, lalu di-review apa yang kurang dan mesti disempurnakan. Masukan mereka sangat berarti untuk mengetahui keinginan konsumen dan ini menjadi salah satu kunci kesuksesan brand kami.” Ria pun memperhatikan sampai ke hal yang detail, seperti panjang baju atau tangan direvisi terus. Karena ada yang merasa kepanjangan atau kependekan, solusi pun didapat dengan memutuskan untuk koleksi dress tidak masalah dipanjangkan, nanti bisa dipendekkan jika ada yang suka, tapi tubuhnya tidak tinggi. Halaman SelanjutnyaInspirasi Desain Berbicara mengenai cara me-managecashflow, Ria merasa beruntung sempat mendalami ilmu akuntansi sewaktu kuliah. Namun, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai hal tersebut, urusan finance dia bersyukur sudah ada tim khusus yang menanganinya. Dia tinggal menerima laporannya saja dan memberikan arahan selanjutnya. Dalam mencari kreativitas inspirasi desain, Ria memiliki catatan diary khusus dan travelling memberikan banyak ide inspirasi. Bersama sang suami, Pandu Rosadi, yang memegang jabatan sebagai CEO Riamiranda, diskusi mengenai tema koleksi busana pun berjalan seru. “Sewaktu jalan-jalan ke Belanda kami mengeksplorasi seni di berbagai kota di sana dengan pergi mengunjungi berbagai museum maupun butik-butik ber-window display unik. Ini semua kita update ke tim dan diinfokan trend yang sedang berlangsung seperti apa untuk diterapkan ke berbagai koleksi busana,” terang perempuan yang hobi menggambar sejak kecil ini. Halaman SelanjutnyaEfek Domino Wabah Covid-19 Efek domino wabah Covid-19 turut berdampak kepada para desainer di Indonesia. Termasuk berbagai produknya di bawah brand RiaMiranda, RiaMiranda Signature, RiaMiranda Essentials, Luna by RiaMiranda, Mind, hingga RiaMiranda Living yang menyediakan pilihan produk dekorasi rumah. Tak hanya gagal mengelar fashion show, rencana koleksi Fall/Winter 2020 mendatang juga harus dievaluasi ulang untuk dipilih yang esensial saja dan melakukan restrukturisasi cash flow. Saat ini dari 26 butiknya hanya 20% saja yang masih buka dan melayani pembeli, dikarenakan adanya wabah Covid-19 dan mengalihkan penjualannya secara online. Sebelum diberlakukan physical distancing, modest brand ini sempat mengisi pagelaran busana Fashion Nation Fashion Nation 2020 bertajuk ‘Dayu’, menyuguhkan warna-warna berbeda bernuansa pucat dominan lime green. Namun, agenda selanjutnya terpaksa dibatalkan seperti acara pembukaan butik baru di Lombok, Pangkal Pinang, dan sesi foto di Padang untuk launching koleksi ‘Nagari’. Tim Ria pun terpaksa mengadakan virtual open house untuk kedua butik baru tersebut lewat instagram live. Sementara sesi foto dilakukan di rumah dengan mengandalkan anggota keluarga menjadi modelnya. Sehingga meskipun mengurangi koleksi yang diluncurkan pada paruh kedua tahun 2020, Ria tetap menawarkan koleksi terbarunya ’Nagari’ untuk busana hari raya Idul Fitri 1441 H. Halaman Selanjutnya Beberapa cabang outlet Riamiranda terpaksa ditutup, lalu ada staf yang dirumahkan. Namun, sebagian karyawannya masih tetap dipekerjakan untuk membuat alat pelindung diri (APD) dan masker sebagai bantuan pascapandemi. Untuk maskernya sendiri diambil dari sisa bahan-bahan koleksi sebelumnya dan bagian dalamnya bisa dimasukkan tisu. Selain membantu sesama, ini juga sejalan dengan langkah untuk menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah fashion. Selalu penuh dengan ide baru, dia juga terinspirasi menghadirkan koleksi mukena yang sederhana berkolaborasi dengan label Siti Khadijah asal Malaysia di ajang Lebaran kali ini. Meskipun menggunakan bahan katun murni polos, karyanya tetap diberi sentuhan renda yang ada print Riamiranda di bagian pinggir. Perempuan yang pantang menyerah ini berkata, “Alhamdulillah, para karyawan mau mematuhi anjuran kami untuk tidak mudik dan ruangan workshop diberi jarak satu meter lebih untuk para penjahit. Lalu, untuk kuartal pertama 2020 dari sisi target memang mengalami penurunan 20%, namun untungnya masih tetap ada selling transaction, jadi dibandingkan tahun lalu dari sisi keuntungan tetap sama.” Di atas segalanya, bagi Ria kesehatan adalah harta yang ternilai. Itulah sebabnya di tengah wabah corona ini bersama seluruh keluarga selalu menjaga kesehatan tubuh maupun pikiran seprima mungkin. Termasuk selalu mengondisikan diri untuk terus bersyukur dan berpikir positif. Bertemu dengan anak-anak tercinta adalah salah satu yang membuat kelelahan dirinya menghilang seketika dan mendadak rasa gembira muncul. Itulah sebabnya, dia selalu berusaha tidak mau terseret dalam kesibukan pekerjaan yang memang tidak akan pernah selesai jika diikuti terus. Dengan menjaga keseimbangan diri antara pekerjaan, dan rumah tangga, kehidupannya pun mengalir seimbang dan bisa lebih dinikmati secara maksimal. (Women’s Obsession/Elly Simanjuntak/red)