Minggu, 5 Mei 24

Respon ‘Menyakitkan’ Presiden Turki terhadap Permintaan Terbaru AS

Respon ‘Menyakitkan’ Presiden Turki terhadap Permintaan Terbaru AS
* Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki.

Presiden Turki dalam sebuah pernyataan terbaru mengkritik kehadiran jangka panjang pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan dan Irak. Recep Tayyip Erdogan melontarkan kritikan tersebut sebagai respon terhadap permintaan para pejabat AS untuk membatasi waktu dan lingkup operasi militer Tuki di kota Afrin, Suriah utara.

AS pada hari Minggu, 21 Januari 2018 meminta Turki untuk “memastikan bahwa operasi militernya tetap terbatas dalam lingkup dan durasi.” Menanggapi hal itu, Erdogan mengatakan, Operasi Afrin akan berakhir ketika mencapai tujuannya seperti (operasi) Perisai Euphrates (Eufrat).

Erdogan yang berbicara dalam sebuah upacara penghargaan di Ankara pada hari Senin, 22 Januari 2018 itu menambahkan, “AS mengatakan bahwa ‘seharusnya tidak berlangsung lama.’ Dan saya bertanya kepada AS, sudah berapa lama Anda berada di Afghanistan, kapan akan berakhir? Anda datang ke Irak sebelum kita berkuasa. Apakah durasi waktunya berakhir di Irak? Ternyata Anda masih di sana.

Erdogan menegaskan, Turki tidak memiliki rencana untuk mengambil alih “wilayah negara lain” dan pada akhirnya akan meninggalkan tanah Suriah. Menurut Presiden Turki, operasi militer di Afrin tidak menargetkan populasi Kurdi, tetapi hanya teroris. Ia menuturkan, sangat jelas bahwa kita tidak memiliki masalah dengan warga Kurdi kita; Ini juga bukan masalah koridor Kurdi. Tujuan utama dari operasi ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap keselamatan hidup dan hak milik warga Suriah serta integritas wilayah negara ini bersamaan dengan keamanan nasional Turki.”

Presiden Turki lebih lanjut mengkritik kehadiran jangka panjang militer AS di Irak dengan dalih menciptakan keamanan dan memerangi terorisme. Erdogan juga mengkritik langkah AS yang mempersenjatai milisi Kurdi di Suriah utara. Ia mengatakan, sejumlah negara ingin menciptakan penyeberangan teroris di perbatasan selatan Turki. Dalam pernyataan ini, Erdogan tidak menyebut nama negara-negara itu, namun tidak diragukan lagi, negara yang dimaksud adalah AS.

Temel Karamollaoglu, Ketua Partai Saadet Turki mengatakan, AS sedang mengejar kepentingan dan tujuan-tujuan jahatnya di kawasan. Negara ini sedang berusaha merealisasikan rencana Timur Tengah Raya di kawasan. Menurut politisi Turki ini, dalam perencanaan Timur Tengah Raya itu, tidak ada etnis apapun termasuk etnis Kurdi, Turki dan etnis-etnis lainnya, dan hanya menjelaskan tentang perlindungan keberadaan dan keamanan Israel di kawasan.

Terlepas dari upaya hegemoni AS di kawasan, pemerintah Turki tentunya sedang mengejar tujuan-tujuan tertentu di Suriah. Para pejabat Ankara mengklaim bahwa tujuan operasi militernya di kota Afrin adalah untuk menumpas anggota Partai Buruh Kurdistan Turki (PKK) dan kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS) di kota ini serta untuk menyelamatkan warga di kawasan.

Operasi miltier Turki bersandai “Olive Branch” (Cabang Zaitun) di kota Afrin -yang dikendalikan oleh milisi Kurdi yang dipercaya Turki sebagai teroris – dimulai pada hari Sabtu, 20 Januari. Operasi militer ini dimulai dengan serangan udara besar-besaran dan diikuti oleh serangan darat.

Binali Yildirim, Perdana Menteri Turki pada hari Minggu kepada wartawan mengatakan, operasi tersebut bertujuan untuk menciptakan “zona aman” 30 kilometer di wilayah Suriah. Namun pemerintah Suriah menyebut langkah Turki tersebut sebagai agresi terhadap wilayahnya, sementara Rusia telah mendesak Turki untuk menahan diri dan menghormati integritas wilayah Suriah.

Pemerintah Damaskus telah berulang kali memprotes operasi militer Turki di Suriah, namun protes tersebut tidak mampu mencegah pendudukan Turki terhadap wilayah negara Arab itu. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam serangan militer Turki ke kota Afrin dan menyebut langkah tersebut sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah.

Kemlu Suriah juga membantah pernyataan pejabat Ankara yang mengklaim bahwa opearsi militer di Afrin melibatkan pemerintah Damaskus. Departemen ini menuntut PBB untuk mengecam Turki dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menghentikan operasi militer negara ini di kota Afrin.

Tidak diragukan lagi, kehadiran ilegal pasukan Turki di Suriah dan operasi militer negara ini di kota Afrin serta intervensi AS di Suriah akan menyulut perang besar di bagian wilayah Timur Tengah ini. (ParsToday)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.