Kamis, 2 Mei 24

Relbi Husada Selalu Ingat Pesan Orang Tua dalam Menjalankan Bisnis

Relbi Husada Selalu Ingat Pesan Orang Tua dalam Menjalankan Bisnis
* Sociopreneur Relbi Husada. (Foto: Fikar/obsessionnews.com)

Obsessionnews.com – Tidak ada batasan usia khusus yang mengharuskan seseorang menjadi pengusaha. Siapa pun, dari kelompok usia mana pun, dapat menjadi pengusaha jika memiliki ide bisnis yang baik dan kemauan untuk mengambil risiko serta mengelola bisnis.

Usia muda juga bukanlah penghalang untuk berkarya, seperti yang dibuktikan Relbi Husada. Insting bisnisnya telah tertanam sejak kecil dengan menyaksikan keseharian sang ayah yang juga seorang pengusaha. Bahkan ketika liburan, Relbi kecil selalu mengikuti ke mana pun ayahnya pergi, baik ke kantor, rapat, atau sekadar menemui klien maupun suplier.

Menyusul kedua kakaknya yang lebih dulu terjun ke dunia bisnis, Relbi pun tumbuh dewasa dengan bercita-cita ingin mendirikan bisnisnya sendiri. Berbagai bidang sempat dijajalnya, mulai dari bisnis fashion hingga aplikasi booking online yang didirikan bersama sahabatnya. Pandemi pun membawa berkah tersendiri baginya yang kemudian menjalankan usaha frozen food berlabel Rebina Frozen Mart. Bisnis baru tersebut dirintisnya bukan hanya karena melihat peluang yang menjanjikan semata, melainkan juga didorong kepedulian sosialnya.

”Jika hendak berbisnis harus beneficial untuk orang lain, jangan hanya menguntungkan diri sendiri saja,” ujar Relbi, pesan dari orang tuanya yang terpatri di benak Relbi dan diyakininya hingga saat ini, dikutip dari Majalah Women’s Obsession, Selasa (1/8/2023).

Relbi tidak menyangkal kalau dirinya memang mendapatkan privilege dengan terlahir sebagai putri seorang pengusaha. Dia mendapatkan kesempatan belajar berbisnis sejak usia belia, headstart yang tentunya tidak didapatkan semua orang.

“Saya rasa semua orang juga punya privilege masing-masing, dan tergantung bagaimana menggunakannya. Privilege yang saya dapatkan dari ayah saya adalah ilmu, menyaksikan langsung bagaimana mengelola sebuah bisnis. Meskipun dulu saya hanya duduk manis sambil mengamati mereka. Dari situlah saya pikir saya mendapatkan yang namanya ‘headstart’ dalam bagaimana merencanakan bisnis,” tutur perempuan yang baru saja merayakan ulang tahun ke-24 ini.

Meskipun demikian, orang tua tidak pernah menuntut anak-anak mengikuti jejak mereka. Mereka selalu memberi Relbi kebebasan untuk berkarya dan mengikuti passion-nya. Namun, justru karena itu dia malah memiliki fighting spirit untuk membuktikan dirinya. Begitu pula ketika dia memutuskan untuk melanjutkan studi ke Amerika Serikat bersama sang adik kembarnya, Renaldi Husada.

Tanpa dibebani tuntutan untuk mendapatkan nilai bagus atau harus mencetak prestasi, Relbi malah gigih belajar dan bahkan lulus dengan predikat cum laude dari Universitas San Fransisco. Senang menimba ilmu baru, dia memanfaatkan masa studinya dengan bekerja paruh waktu di kantin kampusnya.

Menurutnya ilmu itu bisa didapatkan dari mana pun tidak hanya dari bangku sekolah saja, tetapi juga dari tempat lain. Dia belajar bagaimana menghadapi berbagai jenis orang, produk apa yang disukai, dan cara mengatasi masalah yang timbul. Kemampuan problem solving saat menghadapi krisis pun menjadi sesuatu yang krusial, dan dia mempelajari dan menerapkan secara langsung walaupun dalam lingkup yang lebih kecil.

Terutama adalah dia belajar mengatur waktu, antara sekolah, belajar dan bekerja yang sangat berguna di kemudian hari. Selain dari orang tua, Relbi juga mendapat banyak saran dalam berbisnis dari kedua kakaknya yang terpaut usia cukup jauh dengannya, yakni 10 dan 11 tahun. Karena mereka sudah melalui fase yang akan dilewatinya, mereka selalu memberi masukan.

“Salah satu advice yang selalu teringat dalam pikiran saya adalah untuk selalu jujur. Dalam bisnis, tidak semuanya tertulis, kebanyakan hanya lisan. Maka dari itu, kita harus selalu berkomitmen atas perkataan kita,” tutur Relbi mengenang petuah kakak-kakak perempuannya.

Relbi juga selalu diingatkan untuk selalu melihat sisi positif seseorang, karena setiap individu memiliki keunikan masing-masing, bahkan anak kembar sekalipun. ”Melihat sisi positif membantu kita menghargai keunikan setiap orang dan memahami bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda untuk memberikan kontribusi positif dalam kehidupan,” ucapnya.

Sedangkan di lingkungan kerjanya, dia fokus pada sisi positif rekan kerja dapat membantu menciptakan atmosfer yang positif dan mendukung. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dan kerja sama di antara tim.

”Hal itu diterapkannya ketika memilih para pegawai yang bekerja,”kata Relbi.

Menjadi anak kembar pun merupakan anugerah tersendiri bagi Relbi. Walaupun lebih muda 10 menit darinya, Relbi selalu menganggap serius saat berdiskusi dengan kembarannya Renaldi. Hampir selalu bersama-sama, Relbi kerap mendapat insight dari sudut pandang laki-laki setiap kali menghadapi sebuah masalah. (Poy)

Related posts

Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.