HIPPI Jakarta Selatan Dorong Belanja di Pasar Tradisional untuk Gerakkan Ekonomi Rakyat

Obsessionnews.com — Ketua Umum HIPPI Jakarta Selatan, Azka Aufary Ramli, mengajak seluruh anggota dan mitra usaha untuk mulai dari hal yang paling sederhana tapi berdampak besar yaitu berbelanja di pasar tradisional. Di tengah dinamika perekonomian saat ini, langkah tersebut dinilai bukan hanya soal preferensi konsumsi, melainkan strategi konkret memperkuat ekonomi kerakyatan dari akar rumput.
“Setiap rupiah yang kita belanjakan di pasar tradisional kembali ke masyarakat. Menghidupi pedagang pasar, petani, nelayan, pengrajin, serta pelaku angkutan dan jasa pendukung. Ini adalah strategi penguatan ekonomi kerakyatan,” tegas Azka.
Mengapa Pasar Tradisional?
Posisi pasar tradisional dalam struktur ekonomi Jakarta tidak bisa dianggap remeh. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menunjukkan bahwa sektor perdagangan besar dan eceran menyumbang hampir 18 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta. Artinya, aktivitas di pasar adalah nadi ekonomi kota ini.
Dari sisi infrastruktur, Perumda Pasar Jaya saat ini mengelola sekitar 151 unit pasar yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Jaringan luas ini menjamin akses masyarakat terhadap kebutuhan pokok tetap terjaga dan mendekatkan rantai distribusi dengan konsumen akhir.
Tidak hanya luas secara jaringan, pasar tradisional juga terus dibenahi. Pada tahun anggaran 2024, Pasar Jaya mencatat telah melakukan perbaikan ringan dan pengecatan eksterior terhadap 36 pasar. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan estetika, baik bagi pembeli maupun pedagang.
Jika menengok lebih jauh ke data historis, ada lebih dari 105 ribu unit usaha beroperasi di bawah naungan Pasar Jaya, dengan total nilai perdagangan yang diperkirakan melebihi Rp150 triliun per tahun. Angka ini memang estimatif, namun cukup untuk menunjukkan kapasitas besar pasar tradisional sebagai pusat perputaran ekonomi rakyat.
Dalam konteks yang lebih makro, skala ekonomi DKI Jakarta tahun 2023 mencapai Rp3.442,9 triliun (atas dasar harga berlaku). Sebagian besar pergerakan ekonomi ini didorong oleh konsumsi dan aktivitas perdagangan, di mana pasar tradisional memegang peran penting sebagai simpul distribusi dan transaksi.
Langkah Nyata HIPPI Jakarta Selatan
Menyadari potensi besar tersebut, HIPPI Jakarta Selatan tidak berhenti pada ajakan normatif. Organisasi ini telah menyiapkan sejumlah inisiatif strategis. Di antaranya, mendorong anggota untuk memprioritaskan belanja operasional seperti konsumsi internal kantor, hampers, paket sembako, serta bahan baku F&B dari pasar tradisional di sekitar lokasi usaha mereka.
Selain itu, HIPPI juga membuka ruang kemitraan langsung antara anggota dan pedagang di bawah Pasar Jaya untuk pengadaan rutin. Pemanfaatan kios atau los pasar sebagai outlet suplainya juga tengah dijajaki.
Guna menciptakan efisiensi dan dampak yang lebih luas, HIPPI berencana mengembangkan model belanja gotong royong atau bulk buying lintas anggota. Strategi ini akan membantu menekan biaya, menjaga volume pembelian dari sisi pedagang, serta mempercepat perputaran stok barang.
Langkah lain yang tak kalah penting adalah kolaborasi promosi. HIPPI mendorong adanya cross-promotion di media sosial dan event sampling yang menempatkan pedagang pasar sebagai mitra UMKM dalam rantai pasok modern.
Terakhir, HIPPI tengah menyiapkan kerangka kerja kolaborasi data kebutuhan. Menghimpun komoditas yang dibutuhkan anggota dan mencocokkannya dengan data dari pengelola pasar. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem distribusi yang efisien dan berkelanjutan.
“Kami akan menginisiasi HIPPI x Pasar Jaya Sourcing Program dimana Kami menghubungkan kebutuhan rutin anggota dengan pedagang pasar, disertai pendampingan kualitas, logistik mikro, dan opsi pembayaran yang sehat,” tambah Azka.
Komitmen pada Ekonomi Lokal
Sebagai asosiasi pengusaha, HIPPI Jakarta Selatan memegang teguh prinsip kolaborasi dan nilai tambah lokal. Gerakan kembali ke pasar tradisional yang mereka gaungkan bukan sekadar nostalgia atau romantisme ekonomi rakyat, tapi merupakan wujud nyata dari komitmen untuk menciptakan ekosistem bisnis yang inklusif dan berkeadilan. (Ali)





























