Di Panggung Dunia, Presiden Prabowo Sampaikan Pesan Solidaritas dan Harapan bagi Kemanusiaan

Di Panggung Dunia, Presiden Prabowo Sampaikan Pesan Solidaritas dan Harapan bagi Kemanusiaan
Presiden Prabowo berpidato di hadapan para pemimpin dunia dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 pada Selasa, (23/9/2025) (Foto Dok. Istimewa)

Obsessionnews.com –Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan pidato bersejarah di hadapan para pemimpin dunia dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 pada Selasa, (23/9/2025). Dalam forum tertinggi diplomasi global itu, Prabowo menegaskan pentingnya solidaritas, keadilan, dan komitmen kolektif umat manusia untuk menghadapi tantangan zaman, mulai dari konflik bersenjata, krisis pangan dan energi, hingga ancaman perubahan iklim.

Prabowo membuka pidatonya dengan nada penuh penghormatan kepada keberagaman bangsa-bangsa. Ia menekankan bahwa meski berbeda ras, agama, dan kebangsaan, semua umat manusia pada dasarnya adalah satu keluarga yang memiliki hak hidup, kebebasan, dan martabat yang sama. Ia mengingatkan kembali pada semangat Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 yang telah menginspirasi banyak bangsa, termasuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Presiden menyinggung sejarah kelam kolonialisme yang dialami bangsa Indonesia, ketika rakyatnya diperlakukan lebih rendah dari hewan di tanah airnya sendiri. Dari pengalaman itu, katanya, lahir kesadaran mendalam tentang arti keadilan, kebebasan, dan solidaritas internasional. “Kami, bangsa Indonesia, tahu betul bagaimana rasanya ditolak keadilan. Namun kami juga tahu arti solidaritas yang pernah kami terima dalam perjuangan menuju kemerdekaan,”tegasnya.

Dalam pidatonya, Prabowo mengingatkan bahwa dunia saat ini masih dilanda konflik, ketidakadilan, dan penderitaan. Ia menyoroti tragedi kemanusiaan di Gaza yang terus berlangsung, seraya menyerukan agar dunia tidak tinggal diam melihat penderitaan warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan. Indonesia, lanjutnya, siap berkontribusi nyata dalam misi penjaga perdamaian PBB dengan mengirim hingga 20.000 personel jika diperlukan, termasuk ke Gaza maupun daerah konflik lainnya.

Selain isu perdamaian, Prabowo mengangkat peran Indonesia dalam memperkuat ketahanan pangan global. Ia menegaskan bahwa Indonesia kini mampu swasembada beras dan mulai mengekspor ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk Palestina. Indonesia, katanya, berkomitmen menjadi pusat solusi bagi pangan, energi, dan air dunia.

Prabowo juga menyoroti ancaman perubahan iklim yang nyata dirasakan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Ia menyinggung kenaikan permukaan laut yang mengancam kota-kota besar, serta proyek pembangunan tanggul laut raksasa yang sedang dilakukan sebagai langkah mitigasi. “Kami memilih menghadapi perubahan iklim bukan dengan slogan, tetapi dengan tindakan nyata,”ujarnya, sambil menegaskan komitmen Indonesia terhadap Kesepakatan Paris dan transisi energi terbarukan.

Pidato Presiden tidak hanya berbicara tentang tantangan, tetapi juga menawarkan harapan. Ia menekankan bahwa setiap bangsa, besar maupun kecil, memiliki tanggung jawab moral untuk menolak doktrin bahwa yang kuat berhak menindas yang lemah. “Benar haruslah benar. Kekuatan tidak bisa menjadi alasan. Perserikatan Bangsa-Bangsa lahir untuk menolak doktrin itu,”ucapnya dengan penuh penekanan.

Menutup pidatonya, Prabowo menyampaikan dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara bagi Palestina dan Israel. Menurutnya, hanya dengan pengakuan dan jaminan keamanan bagi kedua bangsa itulah keadilan dan perdamaian sejati bisa terwujud. Ia mengajak seluruh pemimpin dunia untuk menanggalkan ego dan membangun masa depan berdasarkan keadilan, kemanusiaan, dan solidaritas.

“Apakah ini mimpi? Mungkin. Tapi ini adalah mimpi indah yang wajib kita wujudkan bersama. Mari kita lanjutkan perjalanan kemanusiaan, perjalanan yang dimulai oleh para pendiri bangsa, dan perjalanan yang harus kita selesaikan,”tutupnya.

Pidato Presiden Prabowo di PBB menjadi penegasan posisi Indonesia di kancah global: bukan hanya sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, tetapi juga sebagai bangsa yang siap mengambil peran lebih besar dalam menjaga perdamaian, keadilan, dan keberlanjutan planet ini. (Ali)