Pesan Perdamaian Presiden Prabowo di PBB: Rekonsiliasi, Dialog, dan Kolaborasi untuk Dunia yang Lebih Adil

Obsessionnews.com —Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyampaikan pesan yang sarat makna dalam kunjungannya menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di Amerika Serikat pada Senin (22/9/2025). Dalam forum yang mempertemukan para pemimpin dunia itu, Prabowo menekankan pentingnya kolaborasi, rekonsiliasi, dan dialog sebagai jalan menuju perdamaian serta masa depan umat manusia yang lebih baik.
Prabowo membuka pernyataannya dengan menyoroti posisi Indonesia di tengah dinamika geopolitik global. Menurutnya, meski dunia kian kompleks, Indonesia berusaha konsisten menjaga keseimbangan. “Kita menghormati semua kekuatan besar, kita menghormati mitra kita, dan kita percaya satu-satunya cara bagi kemanusiaan adalah kolaborasi, kerja sama, serta hidup berdampingan dengan damai,”tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Prabowo menyinggung sosok Nelson Mandela sebagai teladan. Ia mengisahkan bagaimana Mandela, meski pernah ditahan bertahun-tahun, memilih jalan rekonsiliasi ketika bebas. “Itulah pelajaran besar Mandela: kekalahan bukan akhir, melainkan jalan menuju rekonsiliasi. Saya mencoba menerapkannya di politik dalam negeri. Saya berdamai dengan banyak mantan lawan saya,”ungkap Prabowo.
Sebagai contoh, ia menyinggung konflik berkepanjangan di Aceh. Selama lebih dari 25 tahun, Gerakan Aceh Merdeka berhadapan dengan pemerintah pusat. Namun kini, tokoh GAM justru bergabung dengan pemerintahan Indonesia. “Dulu kita berhadapan di medan perang, sekarang kita bekerja bersama membangun bangsa. Ini membuktikan musuh lama bisa menjadi sahabat,”ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Prabowo juga menegaskan dirinya sebagai seorang prajurit yang memahami arti keamanan, sekaligus pentingnya perundingan. “Lebih baik berbicara daripada saling membunuh. Posisi saya selalu sama: negosiasi, negosiasi, negosiasi,”tegasnya. Pesan itu menjadi garis merah dalam pidatonya: konflik hanya membawa penderitaan, sementara dialog memberi harapan.
Menjawab pertanyaan terkait konflik Ukraina dan hubungan dengan Rusia, Prabowo menegaskan sikap Indonesia yang konsisten mendorong penyelesaian damai. Ia mengingatkan bahwa pada dua tahun lalu Indonesia pernah mengajukan usulan gencatan senjata dan zona demiliterisasi, meski sempat mendapat kritik dari sebagian media Barat. “Usulan itu semata-mata untuk menyelamatkan nyawa rakyat di kedua belah pihak. Sama seperti di Semenanjung Korea, perang belum berakhir tapi ada mekanisme yang menjaga agar senjata tidak lagi berbicara,”jelasnya.
Menurut Prabowo, dunia tidak bisa lagi hanya mengandalkan logika konfrontasi. Sanksi, blokade, dan isolasi bukan jawaban, sebab hanya memperpanjang penderitaan rakyat. “Kami ingin mempromosikan penyelesaian damai. Bukan tentang siapa yang kalah atau menang, tetapi bagaimana menyelamatkan umat manusia,”ujarnya.
Pesan Prabowo di forum internasional ini tidak hanya mencerminkan sikap diplomasi Indonesia yang independen, tetapi juga menghidupkan kembali semangat rekonsiliasi yang telah menjadi ciri khas perjalanan bangsa. Bagi Prabowo, pengalaman sejarah Indonesia —dari konflik hingga perdamaian —adalah bukti bahwa jalan dialog selalu lebih bermartabat daripada kekerasan.
Pernyataan ini menegaskan posisi Indonesia sebagai bangsa yang memilih untuk menjadi jembatan, bukan sekadar penonton, dalam arus besar perubahan dunia. Di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian, pesan Prabowo menghadirkan inspirasi bahwa perdamaian selalu mungkin dicapai ketika manusia memilih untuk duduk bersama, berbicara, dan membangun kembali kepercayaan. (Ali)