Adi Prayitno: Figur Ketua Umum PPP Harus Mampu Konsolidasi Internal

Adi Prayitno: Figur Ketua Umum PPP Harus Mampu Konsolidasi Internal
Ilustrasi logo Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (Foto Dok. OSyomewa)

Obsessionnews.com – Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menegaskan bahwa keberhasilan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk kembali lolos ke parlemen pada Pemilu 2029 sangat ditentukan oleh figur ketua umum yang mampu menyatukan dan mengonsolidasi kekuatan internal partai.

“Itu kuncinya. Di 2029 PPP sangat potensial lolos karena ambang batas parlemen turun. Kunci selanjutnya mempertahankan mesin politik dan caleg yang maju di 2024 lalu,” ujar Adi kepada wartawan di Jakarta.

Menurut Adi, meski gagal menembus parlemen pada Pemilu 2024, basis politik PPP sebenarnya masih cukup solid. Dengan parliamentary threshold (PT) di bawah 4 persen, peluang partai berlambang Ka’bah itu untuk kembali menempatkan wakilnya di Senayan terbuka lebar. “Kuncinya caleg yang maju 2024 lalu kembali bertarung, ditambah mencari caleg potensial baru untuk meningkatkan suara. Karena kunci pileg itu ada di kekuatan caleg,” tegasnya.

Adi juga menyoroti pentingnya pemimpin PPP ke depan memahami perubahan perilaku pemilih. Menurutnya, partai perlu melakukan transformasi agar tetap sesuai dengan aspirasi umat Islam sekaligus mampu merespons modernisasi politik. “Ketua umum PPP harus bisa memodifikasi sekaligus mentransformasi wajah Islam yang melekat pada PPP dengan realitas pemilih yang berubah total. Di situlah pekerjaan besar menanti,” jelas Adi.

Nama-nama calon ketua umum pun mulai mencuat. Selain Plt Ketua Umum Mardiono, ada mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, mantan Menparekraf Sandiaga Uno, hingga politisi senior Epyardi Asda. Meski begitu, Adi mengingatkan tradisi PPP selama ini lebih mengedepankan kader internal untuk menduduki kursi ketua umum.

Dinamika dukungan pun mulai terlihat di daerah. Di Aceh, Wakil Ketua DPW PPP Ishak Yusuf menyebut mayoritas kader arus bawah berkomitmen mendukung Epyardi Asda. Sementara Sekretaris DPW PPP Aceh menyatakan dukungan untuk Mardiono. Menurut Ishak, perbedaan dukungan itu wajar karena memang tidak ada arahan khusus dari pusat. “Untuk kali ini tidak diselenggarakan Mukerwil sebagaimana biasanya. Artinya DPW memberi ruang kebebasan kepada DPC-DPC menentukan pilihan,” ujarnya.

Ishak menegaskan, PPP perlu berhijrah menuju kepemimpinan yang lebih progresif. “Epyardi Asda adalah kader senior dan organisatoris handal. Sudah saatnya beliau diminta menakhodai PPP agar kembali meraih kursi Fraksi PPP di DPR dan menempatkan eksistensi PPP sebagai udara bagi kehidupan umat,” katanya.

Epyardi sendiri mengamini banyaknya dukungan kader kepadanya. Menurutnya, dorongan tersebut merupakan semangat bersama untuk mengembalikan PPP sebagai partai besar. “Saya mendapat dorongan dari kader di daerah untuk maju. Tujuannya satu, mengembalikan PPP sebagai rumah politik bagi umat Islam,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (20/9).

Ia menekankan pentingnya persatuan kader dalam menghadapi tantangan ke depan. “Kader PPP harus bersatu, guyub, dan menyamakan suara agar kembali ke parlemen. Itulah cara menjadikan partai ini besar lagi,” tandasnya.

Sebelumnya, sejumlah Ketua DPW PPP dan forum komunikasi DPC se-Indonesia juga telah mendeklarasikan dukungan mereka untuk Epyardi Asda sebagai ketua umum periode 2025–2030. Dukungan tersebut menambah dinamika persaingan menuju kursi tertinggi di PPP, sekaligus menjadi penentu arah partai dalam lima tahun mendatang.  (Rud)