Indonesia-Cile Perkuat Kerja Sama, Wamendag Roro: Momentum untuk Tumbuh Bersama

Indonesia-Cile Perkuat Kerja Sama, Wamendag Roro: Momentum untuk Tumbuh Bersama
Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti Widya Putri, dalam seminar bertajuk Chile-Indonesia Trade Engagement: Unlocking Opportunities & Building Synergies yang digelar di Jakarta, pada Senin (8/9/2025) (Foto Dok. Humas Kemendag)

Obsessionnew.com — Indonesia dan Cile kembali menegaskan komitmen untuk mempererat hubungan dagang dan investasi yang telah lama terjalin. Hubungan bilateral kedua negara dikenal konstruktif, saling memberi manfaat, dan terus berkembang dalam berbagai sektor. Hal ini ditegaskan Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti Widya Putri, dalam seminar bertajuk Chile-Indonesia Trade Engagement: Unlocking Opportunities & Building Synergies yang digelar di Jakarta, Senin (8/9/2025).

Kegiatan yang diprakarsai oleh ProChile itu menghadirkan sejumlah pejabat tinggi, termasuk Wakil Menteri Hubungan Ekonomi Internasional Kementerian Luar Negeri Cile, Claudia Sanhueza, Duta Besar Cile untuk Indonesia, Mario Artaza, serta Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Fajarini Puntodewi. Forum ini menjadi ajang penting untuk mempertegas arah kemitraan ekonomi komprehensif yang dibangun Indonesia dan Cile, khususnya melalui skema Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA).

Dalam sambutannya, Wamendag Roro menekankan bahwa Indonesia dan Cile telah lama menjalin hubungan hangat yang didasari pada keterbukaan, kerja sama, serta prinsip saling menguntungkan. Ia menilai momen ini sangat tepat untuk mendorong kerja sama agar lebih erat di tahun-tahun mendatang, terutama menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Cile merupakan negara Amerika Latin pertama yang menandatangani perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan Indonesia. IC-CEPA yang ditandatangani pada 2017 dan berlaku sejak 2019 menjadi tonggak penting yang membuka akses pasar lebih luas, menurunkan hambatan tarif, serta menghadirkan peluang baru bagi dunia usaha. Dampak positif implementasi perjanjian ini terlihat jelas. Nilai perdagangan bilateral meningkat signifikan, dengan rata-rata pertumbuhan dari sekitar USD 304 juta menjadi USD 446 juta per tahun setelah IC-CEPA berlaku. Bahkan pada 2024, penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) melonjak hingga 48 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan kontribusi besar dari produk otomotif, alas kaki, kertas, minyak nabati, dan mesin.

Awal 2025, kerja sama kedua negara memasuki babak baru dengan diratifikasinya Protokol Perdagangan Jasa dalam IC-CEPA. Protokol ini memperluas cakupan kerja sama tidak hanya di sektor barang, tetapi juga jasa. Bidang seperti arsitektur, teknik, konstruksi, telekomunikasi, distribusi, pariwisata, dan rekreasi menjadi prioritas. Menurut Roro, langkah ini menegaskan komitmen kedua negara untuk menjadikan jasa sebagai pilar penting kerja sama ekonomi yang lebih modern, inovatif, dan berkelanjutan.

“Menindaklanjuti kemajuan penting ini, tugas kita adalah memperkuat dan memperluas kemitraan yang sudah terjalin. Kolaborasi tidak boleh berhenti pada perdagangan barang dan jasa, tetapi juga harus diperluas ke investasi, pembangunan berkelanjutan, serta keterlibatan dalam rantai nilai global,” tegas Wamendag Roro.

Usai seminar, Roro juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Wamen Claudia Sanhueza. Dalam pertemuan tersebut, dibahas implementasi IC-CEPA di sektor barang serta peluang kerja sama teknis di bidang aturan asal barang, standar sanitasi dan fitosanitasi, produk halal, hingga peningkatan kapasitas dalam rantai pasok global. Roro menyampaikan harapannya agar pemanfaatan IC-CEPA di sektor barang lebih optimal, sehingga produk-produk unggulan kedua negara dapat bersaing di pasar internasional.

Roro juga mengapresiasi dukungan Cile sebagai Mitra Pembangunan ASEAN sejak 2019 dan partisipasi aktifnya dalam forum Komite Kemitraan Pembangunan ASEAN-Cile (AC-DPC). Menurutnya, perpanjangan Practical Cooperation Areas (PCA) ASEAN-Cile hingga 2026 menjadi bukti keseriusan kedua pihak dalam memperluas kerja sama regional.

Sementara itu, Claudia Sanhueza menekankan pentingnya memperkuat kemitraan di tengah ketidakpastian global. Ia menyebut Indonesia sebagai mitra strategis Cile di kawasan ASEAN. “Dengan IC-CEPA, kami tidak hanya ingin memperkuat perdagangan, tetapi juga meningkatkan kehadiran Cile di Asia dan Pasifik. Kami berharap kemitraan ini bisa lebih inklusif, termasuk dalam pemberdayaan perempuan, sebagai bagian dari komitmen kita terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Data perdagangan terkini menunjukkan prospek positif. Pada periode Januari—Juli 2025, total perdagangan kedua negara mencapai USD 327 juta, naik 23,46 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor Indonesia ke Cile tercatat sebesar USD 269,5 juta, sementara impor dari Cile mencapai USD 57,5 juta, menghasilkan surplus USD 212 juta bagi Indonesia.

Dengan tren perdagangan yang terus meningkat, ratifikasi protokol jasa, dan keinginan bersama untuk memperkuat kerja sama teknis, hubungan Indonesia dan Cile kini memasuki fase baru yang lebih inklusif dan berorientasi masa depan. Bagi kedua negara, kemitraan ini bukan hanya tentang perdagangan, melainkan juga tentang membangun jembatan kerja sama yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat, membuka peluang investasi baru, dan memperkuat posisi di tengah dinamika global yang penuh tantangan.  (Ali)