Menko PMK Pratikno Dorong Penguatan Ekosistem Layanan Kesehatan Daerah: Padangan Menuju Pusat Healing and Wellness Nasional

Menko PMK Pratikno Dorong Penguatan Ekosistem Layanan Kesehatan Daerah: Padangan Menuju Pusat Healing and Wellness Nasional
Menko PMK Pratikno dalam peresmian Katarak Center dan audiensi pengembangan RSUD Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, pada Selasa (5/8/2025) (Foto Dok. Humas Kemenko PMK)

Obsessionnews.com — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan agenda utama peresmian Katarak Center dan audiensi pengembangan RSUD Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur, pada Selasa (5/8/2025). Dalam kunjungan ini, Menko PMK menyampaikan pesan kuat tentang urgensi membangun ekosistem kesehatan daerah yang komprehensif sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kualitas dan ketersediaan tenaga medis, khususnya dokter spesialis.

Dalam sambutannya, Menko PMK menyoroti tantangan utama yang dihadapi layanan kesehatan daerah, yaitu keterbatasan jumlah dan jenis tenaga medis spesialis. Ia mengungkapkan bahwa hingga saat ini, RSUD Padangan hanya memiliki 15 jenis dokter spesialis, dan untuk bidang oftalmologi atau mata, hanya ada satu dokter spesialis yang melayani seluruh wilayah.

“Ini menjadi tantangan serius, apalagi jika kita lihat penyakit yang prevalensinya tinggi di sini, seperti kardiovaskular, paru, dan gangguan penglihatan. Tanpa kehadiran dokter spesialis yang memadai, tentu layanan yang diberikan menjadi terbatas, dan masyarakat harus dirujuk ke luar daerah,” ujarnya.

Untuk mengatasi kendala tersebut dalam jangka pendek, Menko PMK mengusulkan pelaksanaan program spesialis keliling (speling), yakni skema di mana rumah sakit besar dengan tenaga spesialis yang lengkap secara berkala mengirimkan dokter spesialis ke rumah sakit daerah seperti RSUD Padangan.

Program ini diharapkan menjadi solusi antara sebelum sistem pendidikan tenaga medis dan spesialis di daerah bisa diperkokoh. Skema ini telah diterapkan di beberapa daerah lain dan terbukti cukup efektif memperluas akses layanan spesialis tanpa harus menunggu pembangunan fakultas kedokteran atau fasilitas pendidikan tinggi lainnya.

Namun, Menko PMK menekankan bahwa strategi jangka pendek ini hanya akan efektif jika dilandasi dengan pembangunan ekosistem kesehatan daerah yang kuat dan berkelanjutan.

Dalam pandangan Menko PMK, penguatan SDM kesehatan tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan instan. Dibutuhkan pembangunan ekosistem yang mencakup seluruh siklus pengembangan tenaga kesehatan: mulai dari talent development, talent retention, hingga talent acquisition.

Pertama, untuk talent development, ia mendorong skema pendidikan kedokteran dan spesialis berbasis beasiswa dengan kontrak pengabdian. Artinya, lulusan pendidikan yang dibiayai oleh negara atau daerah diwajibkan kembali mengabdi ke tempat asal, seperti Bojonegoro.

Kedua, untuk talent retention, daerah harus mampu menciptakan lingkungan kerja dan hidup yang nyaman bagi dokter. Ini mencakup insentif finansial, fasilitas kerja yang memadai, serta akses pendidikan dan fasilitas sosial lainnya bagi keluarga tenaga medis.

Ketiga, untuk talent acquisition, Menko PMK menggarisbawahi pentingnya strategi menarik minat dokter dari luar daerah agar mau tinggal dan bekerja di Bojonegoro. Hal ini bisa dimulai dengan menyediakan insentif rumah dinas, pendidikan anak, hingga akses gaya hidup yang memadai.

“Dengan APBD Bojonegoro yang cukup besar, saya pikir ini sangat memungkinkan. APBD harus digunakan untuk hal-hal produktif yang berdampak jangka panjang. Investasi pada SDM kesehatan adalah investasi masa depan,” tegasnya.

Selain ekosistem kesehatan itu sendiri, Menko PMK juga menyoroti pentingnya ekosistem pendukung lainnya. Ia menilai bahwa kualitas hidup tenaga kesehatan akan sangat ditentukan oleh ekosistem pendidikan dan pariwisata yang baik.

Menurutnya, ketika seorang dokter pindah ke daerah, mereka akan mempertimbangkan banyak aspek, seperti: apakah tersedia sekolah berkualitas untuk anak-anak mereka, apakah mereka bisa menikmati rekreasi dan gaya hidup yang layak, dan apakah ada jaminan keamanan serta kenyamanan hidup.

Untuk itu, ia mendorong pemerintah daerah membangun ekosistem pendidikan dari hulu ke hilir, mulai dari PAUD, sekolah dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Selain itu, pariwisata lokal juga perlu dikembangkan sebagai bagian dari daya tarik tinggal dan bekerja di Bojonegoro.

“Jangan hanya membangun rumah sakitnya, bangun juga tempat healing-nya. Kalau dokter sudah nyaman, anaknya sekolah bagus, ada tempat healing, mereka pasti betah,” jelas Menko PMK.

Lebih lanjut, Menko PMK menggagas sebuah konsep besar: menjadikan Padangan sebagai The Capital of Healing and Wellness. Ia membayangkan kawasan ini sebagai distrik medis yang terintegrasi dengan pusat peribadatan, kesenian, sejarah, hingga area industri kesehatan modern.

“Bisa kita bayangkan, di sini ada RSUD Padangan sebagai pusat layanan, di Sonorejo ada sentra pekerja, lalu ada spiritual wellness di Masjid An-Nahda, art wellness di Kasiman yang terkenal dengan kerajinan kayu jati, dan historical wellness di Kota Tua Padangan. Semua menyatu dalam satu kawasan healing,” ungkapnya penuh semangat.

Menurut Menko PMK, bila konsep ini diwujudkan, Padangan tidak hanya melayani masyarakat lokal, tetapi bisa menjadi destinasi health tourism dan education hub di tingkat nasional, bahkan regional. Ia menyebut bahwa konsep pendidikan dokter berbasis rumah sakit (hospital-based education) bisa dimulai tanpa menunggu hadirnya fakultas kedokteran konvensional.

“Di rumah sakit besar, bisa langsung ada program spesialis. Di situlah dokter muda belajar dari kasus nyata. Ini sangat efisien dan sudah banyak diterapkan di luar negeri,” katanya.

Menko PMK juga menegaskan bahwa pembangunan ekosistem ini tidak bisa berjalan sendiri. Ia menyerukan kolaborasi lintas sektor antara rumah sakit, dinas kesehatan, bupati dan wakil bupati, DPRD, hingga kementerian pusat.

“Direktur rumah sakit dan Kadinkes mengelola teknis layanan. Bupati, wakil, dan DPRD harus memberi dukungan politik anggaran dan kebijakan. Kemenkes dan Kemenko PMK memberi dukungan regulasi dan koordinasi nasional. Inilah kerja kolektif,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa pembangunan layanan kesehatan tidak boleh dilihat sebagai beban anggaran, tetapi sebagai investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat sehat, produktif, dan berdaya saing.

Dalam kesempatan tersebut, Menko PMK turut meninjau berbagai fasilitas di RSUD Padangan yang sedang dikembangkan. Di antaranya adalah:

  • Katarak Center: pusat layanan khusus mata yang diresmikan langsung oleh Menko PMK, sebagai bagian dari upaya penanganan gangguan penglihatan masyarakat pedesaan.

  • Ruang Rawat Inap Kelas KRIS: ruang yang telah memenuhi standar Kelas Rawat Inap Standar, mencerminkan peningkatan mutu layanan rumah sakit daerah.

  • HCU Interna dan Ruang Operasi: fasilitas layanan intensif dan ruang tindakan yang semakin dilengkapi dengan peralatan modern.

Kunjungan ini disambut antusias oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Bojonegoro Setyo Wahono, Wakil Bupati Nurul Azizah, Dirjen Kesehatan Lanjutan Kemenkes RI Azhar Jaya, Deputi Kemenko PMK Sukadiono, Kepala Dinas Kesehatan Ninik Susmiati, Direktur RSUD Padangan Whenny Dyah Prajayanti, dan jajaran Forkopimda Kabupaten Bojonegoro.

Menko PMK menutup kunjungannya dengan seruan optimistis agar semangat membangun ekosistem kesehatan yang dimulai di Bojonegoro dapat menjadi inspirasi daerah lain.

“Padangan bisa jadi model nasional. Kalau ini berhasil, daerah-daerah lain bisa mencontoh. Yang penting ada niat, sinergi, dan keberanian untuk berubah,” pungkasnya.

Dengan pendekatan yang menyeluruh, visi yang jelas, dan dukungan multisektor, pembangunan SDM kesehatan yang kuat di Bojonegoro bukanlah mimpi. Melainkan fondasi nyata menuju Indonesia yang sehat, cerdas, dan sejahtera.  (Ali)