Atasi Gagal Panen, Desa Mernek Andalkan Teknologi dan Energi Terbarukan dari Pertamina

Atasi Gagal Panen, Desa Mernek Andalkan Teknologi dan Energi Terbarukan dari Pertamina
Inovasi keberlanjutan Desa Energi Berdikari Pertamina di Desa Mernek, Kabupaten Cilacap, berhasil mendorong ketahanan pangan, sekaligus menaikkan ekonomi masyarakat dan mengurangi emisi karbon. (Foto: Istimewa)

Obsessionnews.com - Cuaca ekstrem dan bencana banjir masih menjadi tantangan serius bagi ketahanan pangan Indonesia. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sepanjang 2023 terjadi 331 kejadian banjir—setara dengan 44% dari total bencana tahun itu. Akibatnya, lebih dari 50 ribu hektare sawah di 20 provinsi mengalami gagal panen.

Desa Mernek di Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, menjadi salah satu wilayah yang terdampak. Padahal, kawasan ini dikenal sebagai lumbung padi andalan daerah, dengan total luas lahan sawah mencapai 293,4 hektare. Untuk mengatasi ancaman gagal panen, warga desa kini mulai beralih ke inovasi teknologi.

“Bersama mitra, kami mulai memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi pangan. Konsepnya pertanian organik yang memanfaatkan inovasi teknologi tepat guna dan energi baru terbarukan (EBT),” ujar Kepala Desa Mernek, Bustanul Arifin, dilansir Jumat (2/5/2025)


Salah satu inovasi yang diterapkan adalah alat pengering padi Rotary Dryer atau dikenal juga sebagai Pinky Rudal, hasil kerja sama kelompok tani dengan PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Maos. Alat ini menggunakan energi gas dan listrik dari panel surya, sehingga petani tak lagi bergantung pada panas matahari saat musim panen tiba.

“Lebih dari 2.100 petani sudah terlibat aktif mengoperasikan alat ini. Biaya operasionalnya kami tanggung bersama lewat sistem iuran,” jelas Bustanul.

Desa Mernek sendiri menjadi bagian dari program Desa Energi Berdikari (DEB) yang digagas Pertamina. Hingga kini, terdapat 172 desa binaan DEB di seluruh Indonesia, dengan 31 di antaranya fokus pada ketahanan pangan.

“Desa Mernek adalah salah satu contoh sukses pemanfaatan energi terbarukan yang memberi dampak positif, baik untuk lingkungan maupun ekonomi desa,” ujar Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso.

Baca Juga:
Hari Hutan Sedunia: Pertamina Perkuat Program Hutan Lestari untuk NZE 2060

Fadjar menambahkan, DEB merupakan bentuk komitmen Pertamina terhadap transisi energi dan pengurangan emisi karbon. Energi dari matahari, angin, dan biogas dimanfaatkan langsung untuk kegiatan produktif masyarakat desa.

Hasilnya tak main-main. Petani di Mernek kini mampu menyuplai hingga 120 ton gabah ke distributor pangan. Kualitas panen meningkat dan harga jual gabah naik Rp200.000 hingga Rp300.000 per ton.

Tak hanya sektor pertanian, pemberdayaan ekonomi juga menyasar kaum ibu. Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Mewah, Apriliyanti, menyebut ibu-ibu di desa mulai memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayuran hidroponik berbasis PLTS.

“Hasil panennya kami jual, lumayan menambah penghasilan keluarga,” ujarnya.

Kini, kawasan pertanian Mernek berkembang menjadi Kawasan Wisata (Kawista) berbasis edukasi pertanian. Dengan konsep one-stop farming, pengunjung diajak belajar menanam padi organik, budidaya melon hidroponik, hingga peternakan kambing dan teknologi tepat guna.

Bustanul menyebut semua capaian ini tak lepas dari kolaborasi lintas pihak.

“Sinergi tanpa batas jadi prinsip kami. Sudah lima tahun kami bermitra dengan banyak pihak, termasuk Pertamina, dan hasilnya nyata,” tuturnya.

Program Desa Energi Berdikari juga turut mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), khususnya TPB 2 (Tanpa Kelaparan), TPB 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), dan TPB 13 (Penanganan Perubahan Iklim).(Arfi)